7. Semoga kuat, ya?

2K 250 4
                                    

- JANGAN LUPA VOTE+KOMEN! -
-
-
- HAPPY READING -

----

Sudah 2 hari setelah nilainya turun, Hagan menjadi selalu berdiam diri di kamar. Yang biasanya pulang sekolah ia sempatkan menongkrong di warung belakang sekolah, sudah dua hari juga ia langsung kembali ke rumah.

Seperti saat ini, pemuda itu tengah duduk di kursi meja belajarnya dengan mata yang fokus membaca materi soal pembahasan untuk ulangan besok.

Sebenarnya ia juga lelah, hari-harinya full belajar dan membaca materi. Tidak di sekolah, tidak di rumah, matanya tak akan lepas dari semua tulisan dan rumus di bukunya.

"ARGHHH!!!" pemuda itu mengacak rambutnya kesal, ketika tak kunjung menyelesaikan soal pembahasan yang ada di buku.

Ia melempar asal pensil dan mengacak buku-bukunya di atas meja. "Cape banget bangsat!!" Ia menutap matanya sejenak sembari menetralkan nafasnya yang memburu akibat emosi yang sudah menguasai dirinya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kamarnya membuat ia membuka matanya kembali, lalu pandangannya menoleh pada sebuah pintu kamar itu.

Ia menghela nafas dulu, sebelum akhirnya bangkit dan membuka pintu kamarnya. Baru saja membuka pintu, tubuh Hagan sudah di serbu dengan pelukan oleh si kecil. "Raja sembuh!!!" ucapnya senang.

Hagan terkekeh, lalu berjongkok agar sejajar dengan adiknya. "Pinter!" ucapnya dengan tangan mengusap lembut kepalanya.

"Abang sedang apa? Ayo makan dulu! Bunda masak banyak loh!" ucapnya.

"Abang sakit ya?" tanya Raja lagi ketika menatap mata Hagan yang memerah, dan wajahnya yang pucat.

Hagan menggeleng cepat. Dengan senyum paksanya, Hagan berusaha meyakinkan adiknya bahwa dirinya tidak apa-apa.

"Bohong! Abang sakit. Muka Abang pucat." ucap Raja lagi.

"Gue kecapean aja. Di bawa tidur juga seger lagi." balas Hagan.

Kedua telapak tangan anak kecil itu menangkap kedua pipi Hagan. "Abang jangan sakit!" ucapnya.

"Engga, cil." balas Hagan meyakinkan.

"Kalo gitu ayo makan!" ucap Raja yang hanya di jawab anggukan oleh Hagan.

"Abis makan, main ya, Abang?" ucap Raja sembari berjalan menuju meja makan dengan tangan mereka yang saling bertautan.

"Udah malem, Raja."

"Masih jam 8 kok. Ada waktu satu jam untuk main."

"Gue harus belajar. Besok ulangan."

Raja melepaskan genggaman tangannya, membuat Hagan menghentikan langkahnya. Bocah kecil itu menghadap kakaknya dengan tangan yang berkacak pinggang.

"Dari pulang sekolah Abang udah belajar. Nggak selesai-selesai?!" tanyanya.

"Belum, tugas gue banyak."

"Anak SMA gitu ya? Kalau begitu Raja nggak mau SMA."

Hagan tertawa. "Engga seburuk itu. Gue cuma harus punya nilai bagus."

HOME ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang