28. Benar-benar berpisah

2.2K 249 20
                                    

- JANGAN LUPA VOTE+KOMEN -
-
-
- HAPPY READING! -

———

Setelah pertemuannya dengan Hagan kemarin, Rajawali jadi jarang tersenyum lagi. Anak kecil itu juga hanya bicara seperlunya kepada Putra dan Wina. Jam menunjukkan pukul setengah 2 siang, dan mereka tengah berada di bandara untuk menunggu pesawatnya yang akan landing 30 menit lagi. Sebenarnya liburan mereka tersisa 2 hari lagi, namun karena Rajawali sudah tak bersemangat dan meminta pulang, mau tak mau mereka pulang hari ini juga.

Mata Rajawali bergerak kesana-kemari memandangi orang-orang yang berlalu lalang di bandara yang sangat ramai ini. Namun lagi-lagi, matanya kembali menemukan sosok Hagan yang tengah berjalan ke arah toilet. Anak kecil itu segera bangkit, membuat Putra dan Wina menghentikannya.

"Mau kemana?" tanya Wina.

Rajawali diam sejenak, "Kamar mandi, Bunda."

"Papah antar ayo!" sahut Putra, membuat Rajawali langsung menggeleng cepat. "Tidak usah, Pah! Lagian kamar mandinya deket dari sini." ucap Rajawali dengan tangan yang menunjuk tulisan toilet pria.

"Yaudah hati-hati ya! Nih bawa teleponnya, barangkali ada apa-apa telpon Bunda." ucap Bunda dengan segera memberikan ponsel Raja.

Tangan Rajawali dengan cepat mengambil handphone itu, lalu pergi dari sana. Kakinya terhenti ketika ia sampai di toilet pria. Ia menghela nafas pelan ketika tidak menemukan Hagan disana.

Beberapa detik setelahnya, seseorang memanggil namanya ketika kakinya kembali ingin melangkah keluar dari kamar mandi itu. "Raja?"

Rajawali sontak menoleh, terlihat bahwa Hagan yang tengah berdiri di depannya sekarang. Dengan cepat, Hagan berjongkok ketika anak kecil itu merentangkan tangannya untuk memeluk dirinya.

"Lo kok ada disini?" tanya Hagan, setelah melepas pelukannya.

"Raja ingin pulang..." ucapnya.

Hagan tersenyum, "Gue juga."

"Ke Indonesia?" tanyanya penuh harap.

Hagan menggeleng, "Rumah gue sekarang di Paris, Raja." jawabnya membuat dada Raja sesak sekali.

"Maaf karena gue nggak bisa gagalin perpisahan Ayah sama Bunda." Hagan menatap lekat mata indah adiknya. "Maaf karena gue nggak bisa lagi tumbuh bareng lo." ucapnya lirih.

"Ayo kita kabur saja, Bang! Raja tidak mau hidup tanpa Abang." ucap Rajawali yang kini matanya sudah berkaca-kaca.

Hagan terkekeh, "Nggak boleh nakal! Gue masih sekolah. Gue belum punya rumah, belum punya penghasilan. Mau kemana kalau kita kabur? Mau makan apa nanti kita?" ucap Hagan berusaha membuat Raja mengerti.

"Dengerin gue!" ucapnya dengan tangan yang memegang erat tangan mungil Raja. "Gue bakal terus anggap lo sebagai rumah ternyaman gue, Raja. Gue bakal bilang ke seluruh dunia, kalau gue punya adik yang sekarang jadi anak hebat. Gue nggak bakal lupain lo, dan gue bakal temuin lo lagi kalau gue udah bisa cari uang sendiri."

"Abang janji?" tanya Raja, memastikan ucapan Hagan.

Hagan mengangguk, lalu berdiri. "Asal, lo harus bisa terima semua ini. Lo harus tumbuh jadi anak yang baik, dan bahagia. Nanti kita ketemu lagi, kalau tinggi lo udah segini." ucap Hagan dengan mengukur tinggi badannya sendiri.

Rajawali mengangguk, "Raja akan menjadi anak hebat sampai besar! Raja akan jadi anak pintar seperti abang!"

Hagan tersenyum, lalu berjongkok kembali. "Pintar! Kalau gitu, sekarang balik ke Bunda sama Ayah kamu." ucap Hagan.

HOME ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang