14. goodbye, my home

1.6K 215 64
                                    

- JANGAN LUPA VOTE+KOMEN! -
-
-
- HAPPY READING -

———

Hagan tak pernah sama sekali membayangkan sesakit apa rasanya ketika meninggalkan rumahnya. Ini bukan rumah yang melindungi dirinya dari panasnya matahari, dan basahnya air hujan. Ini tentang rumah yang membuat hari-harinya penuh bahagia hanya dengan melihat senyumnya saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan Hagan masih berada di kamar Raja. Ia menatap anak kecil itu begitu lama. Berat rasanya ketika ia harus pergi meninggalkan adiknya. Masih banyak sekali hal yang harus ia lakukan bersama dengan adiknya. Ia ingin melihat adiknya tumbuh besar menjadi anak yang baik dan hebat.

"Sehat-sehat, dan jadi anak hebat ya, Raja! Maafin gue, gue nggak bisa nemenin lo main lagi." ucapnya yang tentu saja air matanya sudah mengalir membasahi pipinya.

"Tapi lo nggak akan pernah kesepian. Temen-temen gue bakal selalu ada buat temenin lo." ucapnya lagi.

Hagan menghapus air matanya, lalu mencium kening adiknya cukup lama. "Goodbye, Raja. Makasih udah menjadi rumah terbaik buat gue. Semoga, nanti kita ketemu lagi." ucapnya lalu benar-benar melangkahkan kakinya pergi dari sana.

"Bunda, Hagan pamit." ucapnya ketika melihat Bunda yang sudah ada di ruang tamu.

Bunda memeluknya erat. "Maafin Bunda sekali lagi, Hagan. Maaf sudah membuat kalian terpisah. Jaga diri kamu, dan Bunda akan jaga adik kamu, seperti yang selama ini kamu lakukan." ucapnya.

Hagan tersenyum, meskipun ini sangat sakit rasanya. "Jangan terus minta maaf, Bunda. Semua berjalan dengan takdir yang sebaik-baiknya. Terus kabarin Hagan tentang Raja ya, Bunda?"

Bunda mengangguk cepat. "Pasti! Bunda akan selalu kabarkan tentang Raja ke kamu."

Hagan meraih tangan Bundanya, lalu ia cium dengan sangat lama. "Makasih juga udah ngerawat Hagan selama ini, meskipun Hagan bukan anak Bunda."

Bunda menggeleng cepat. "Kamu anak Bunda! Selamanya akan seperti itu." Bunda menangis membuat hati Hagan semakin sakit.

"Jangan nangis, Bunda! Dada Hagan sesak lihatnya. Bunda harus bahagia disini sama Raja ya? Sehat-sehat! Sampai takdir mempertemukan kita lagi." ucapnya seraya memeluk Bundanya erat.

Setelah lama memeluk Bunda, ia kemudian melangkahkan kakinya keluar rumah. Ia harus benar-benar pergi dari rumah ini. Di luar, orang suruhan Ayah sudah menunggunya.

"Boleh antar saya ke sesuatu tempat dulu?" tanya Hagan.

Kedua orang suruhan Ayahnya menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Tapi sudah tidak ada waktu lagi."

"Searah, dan nggak menghabiskan banyak waktu. Saya janji." ucapnya membuat keduanya mengangguk pasrah.

Hagan tersenyum tipis, lalu masuk ke dalam mobil. Matanya tak pernah lepas dari kaca mobil. Apakah ia benar-benar akan meninggalkan kota ini?

"Stop, Pak!" ucap Hagan ketika sudah sampai di tempat dimana ia tuju.

Ia turun dari mobilnya. Matanya langsung menangkap ketiga sahabatnya yang sudah duduk di warung biasa mereka tempati.

HOME ( SELESAI✓ )Where stories live. Discover now