20. Kenyataan yang sulit di terima

1.4K 174 3
                                    

- JANGAN LUPA VOTE+KOMEN! -
-


-
- HAPPY READING -

---

2 bulan kemudian...

"SAH!!" suara kompak orang-orang yang berada di sebuah gedung itu tentu membuat hati Rajawali terasa sakit.

Sudah berbulan-bulan dirinya terpisah dari Ayah dan kakaknya, tak membuat ia bisa melupakan mereka. Justru kehilangan benar-benar menyakitkan baginya. Meskipun Om Putra orang yang baik, dan selalu ada untuk dirinya, Ayahnya-Cakra tak akan pernah bisa terganti sampai kapanpun.

Rasa sakit di hatinya perlahan memudar ketika senyum Bunda terpampang nyata di wajah cantik itu. Senyumnya benar-benar sempurna, dan Raja bahagia melihatnya.

Rajawali duduk bersama ketiga teman Hagan, yang hari ini bolos sekolah hanya untuk menemani Rajawali di pernikahan Ibunya. Jendra yang sedari tadi sudah mengamati ekspresi wajah anak kecil itu, Mandra yang fokus menatap kedua mempelai, dan juga Jinan yang kini tengah fokus memilih makanan yang ada disana.

Raja mendongak, menatap Jendra yang ada di sebelahnya. "Kenapa?" tanya Jendra ketika mata mereka bertemu.

"Bunda bahagia banget ya, Bang?" tanya si kecil.

Mendapat pertanyaan itu, Jendra sekilas menatap Wina yang kini tengah senyum bersama dengan Putra. "Raja seneng ngga liat Bunda bahagia?" tanya Jendra.

Raja mengangguk, "Senang." Tatapan Raja beralih menatap Bundanya kembali yang ada di depan sana. "Tapi lebih senang jika ada Abang dan Ayah disini." ucapnya.

"Kalo ada Ayah lo, Bunda nggak akan nikah sama orang lain." sahut Jinan dengan tatapan mata yang masih fokus pada makanannya.

Plak

Jinan mendesis ketika Mandra memukul bahunya dengan kencang. Meskipun ucapan Jinan membuat Mandra ingin sekali tertawa.

"Mau ke Bunda ngga?" tanya Jendra.

"Emang boleh?"

Jendra terkekeh, "Boleh dong! Kamu kan anaknya."

Belum sempat mereka berdiri, Wina sudah lebih dulu berjalan ke arah mereka, membuat mereka mengurungkan niatnya untuk pergi ke depan sana.

"Makasih ya, kalian udah dateng temenin Raja disini." ucapnya pada ketiga teman Hagan.

Mereka bertiga mengangguk, "Jinan nggak akan nolak kalo banyak makanan, Bun." ucap Mandra membuat Jinan menepuk kasar bahu Mandra.

Jinan tersenyum pada Bunda, "Selamat ya Tante! Makanannya juga enak-enak." ucapnya di akhiri dengan tawa ringan.

Wina terkekeh, "Kamu bawa pulang juga nggak apa-apa, Nan." Mendengar itu, Jinan tersenyum senang dan langsung memberikan kedua ibu jari pada Wina.

Wina menunduk, menatap Rajawali yang kini tersenyum ke arahnya. "Makasih ya sayang!" ucapnya dengan mengusap lembut kepala si kecil.

"Untuk apa Bunda?"

"Untuk semuanya. Raja udah selalu ada di samping bunda, dan selalu mendukung keputusan Bunda."

HOME ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang