17. Perlahan menerima kenyataan

1.4K 190 2
                                    

- JANGAN LUPA VOTE+KOMEN! -
-
-
-

HAPPY READING -


Sebuah pintu kamar Mandra terbuka lebar, sehingga menampilkan kondisi kamar yang sudah seperti kapal pecah. Di atas tempat tidur, sudah ada Mandra dan juga Jinan. Sedangkan Jendra berada di sofa panjang yang ada di kamar Mandra. Beberapa bungkus makanan dan juga beberapa kaleng berserakan di karpet. Raja menggeleng heran, lalu memasuki kamar itu, mendekat pada manusia-manusia yang masih menutup matanya rapat.

"BANGUN-BANGUN!!! SEMUANYA HARUS BANGUN!!!" teriakan itu mampu membuat ketiganya membuka mata.

"Sial! Lo ngabangunin orang atau ngajak tawuran?!" tanya Jinan kesal.

Sedangkan Jendra, sudah bangkit dan mendekat pada si kecil yang tengah berdiri di samping kasur Mandra. "Udah engga marah?" tanyanya.

Raja menghela nafas kasar, "Sebenarnya masih kesal, tapi kata Bang Hagan, Raja nggak boleh lama-lama kalo marah." jawabnya.

Mereka bertiga tersenyum, tangan Jendra mengusap puncak kepala Raja dengan pelan. "Pinter! Maaf ya..." ucapnya.

Raja mengangguk, "Tapi, bang Jendra harus bantu Raja belajar, agar bisa menjadi peringkat satu!" ucap si kecil.

Jinan melongo mendengar ucapan si kecil. "Lo nggak salah ngomong cil?" tanya Jinan.

Raja menggeleng cepat. "Tidak! Raja harus pintar, agar Ayah juga mengajak Raja." ucapnya yang membuat ketiganya saling tatap.

"Iya, nanti abang bantu kamu belajar." ucap Jendra.

"Bang Mandra juga nanti ajarin kamu bahasa inggris. Biar kalo ke luar negeri bisa ngomong sama bule." ucap Mandra membuat mereka tertawa.

Raja mengangguk cepat. "Mau! Raja mau sekali bisa bahasa inggris." ucapnya semangat.

"Gue bagian ajarin lo godain cewek-cewek bule." ucap Jinan yang langsung mendapatkan pukulan bantal dari Mandra.

"Sesat!" omelnya.

Raja tertawa melihat itu, membuat Jendra lega. "Ayo mandi-mandi! Sudah setengah 7!" ucap Raja pada ketiganya.

"Kamu sekolah engga? Nanti Abang anter kamu. Nanti kita ke rumah dulu." ucap Jendra.

Raja mengangguk, "Iya dong! Raja kan mau cepat pintar." senyumnya mengembang sempurna. "Raja juga harus meminta maaf kepada Bunda." ucapnya lagi.

"ANAK-ANAK AYO SIAP-SIAP TERUS MAKAN!!" teriak nenek dari lantai satu tepatnya di ruang makan.

"Raja turun bantuin nenek ya! Kalian mandi!!" ucapnya lalu langsung pergi menghampiri nenek.

Mereka bertiga saling berhadapan, "Pinter banget tuh bocah." ucap Jinan.

"Didikan Hagan keren juga." sahut Mandra.

"Ada kabar nggak dari Hagan?" tanya Jendra.

Jinan mengambil ponselnya, mengecek pesan yang semalam ia berikan pada Hagan, namun tak ada juga balasan dari pemuda itu.

"Nggak ada." ucap Jinan dengan menunjukkan ponselnya pada Jendra.

Jendra menghela nafas kasar, "Katanya suruh berkabar tentang Raja, tapi malah sendirinya yang nggak ada kabar."

HOME ( SELESAI✓ )Where stories live. Discover now