19. Kabar

1.4K 166 10
                                    

- JANGAN LUPA VOTE + KOMEN! -
-

-
— HAPPY READING —

————


Sudah 2 hari setelah kejadian pembullyan Rajawali, anak kecil itu tak berangkat sekolah karena sakit. Awalnya Jendra ingin menindak lanjuti kasus ini, namun Rajawali terus menerus tak memperbolehkan dan mengancam tidak akan berbicara dengan siapapun.

Malam ini, masih di temani dengan ketiga abangnya, Rajawali tertawa puas karena berhasil mengalahkan Jinan dalam permainan monopoli.

Sore tadi, Bunda memberitahu bahwa ia akan sampai di rumah pukul 10 malam, dan ini masih jam 7 malam. Kondisi Rajawali juga sudah sehat, dan besok ia akan mulai beraktivitas seperti biasa lagi di sekolah.

"Aduh, Raja capek sekali tertawa." ucap Raja yang kini sudah berguling-guling di karpet yang ada di ruang keluarga.

Pada dasarnya, bahagia Rajawali itu sederhana. Padahal, hanya berhasil mengalahkan Jinan dan berakhir wajah pemuda itu di penuhi dengan bedak bayi milik Rajawali.

"Sialan lo cil!" kesal Jinan, ia tak terima bahwa ia di kalahkan oleh anak kecil.

"Terima saja kekalahan itu! Lagian Bang Jinan lebih ganteng memakai bedak." ucapnya yang lagi-lagi di akhiri oleh tawa yang menggelegar memenuhi ruangan itu.

Bukan hanya tawa Rajawali saja, pemuda yang terkenal mempunyai humor rendah juga saat ini sudah tertawa sampai tak ada suara. Mandra sudah lelah sekali menertawakan ulah teman-temannya, bahkan ia sampai mengeluarkan air mata.

"Den, makanan siap!" ucapan Bi Inah yang baru saja masuk ke ruang keluarga itu membuat mereka menghentikan permainannya.

"Yuk makan dulu!" ajak Jendra pada mereka.

"Jangan di hapus Bang! Biar saja seperti itu." ucap Raja yang langsung berlari mendahului mereka menuju meja makan.

Bi Inah hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah laku mereka. Ia bersyukur sekali ada mereka yang mau terus-menerus berada di sebelah Raja, ketika anak kecil itu masih belum mau bermain bersama dirinya.

"Bi, Jinan gantengan gini kan ya?" tanya Mandra pada Bi Inah, dengan tangan yang menunjuk wajah Jinan.

Bi Inah terkekeh, lalu mengangguk sembari mengangkat kedua jempolnya. "Den Jinan mah mau gimanapun juga  ganteng terus!" ucapnya.

Mendapatkan pujian yang tiba-tiba, Jinan tertawa senang. "Tuh! Pesona orang ganteng emang nggak akan pernah luntur mau gimanapun gue." ucapnya percaya diri.

"Liat kan Bi, lain kali nggak usah di puji orang kaya dia." ucap Jendra membuat Mandra tertawa, begitu juga dengan Bi Inah.

"Heii!! Ayo cepat! Kalian mau makan tidak?!" teriakan Rajawali mampu membuat mereka segera menyusulnya.

Belum sempat duduk, ponsel Jendra berbunyi membuat ia menghentikan langkahnya. Ia menatap ponselnya yang menampilkan nomor tak di ketahui yang menghubungi dirinya.

"Siapa Jen?" tanya Mandra yang sudah duduk di samping Raja.

"Nomor nggak kenal." balas Jendra.

Pemuda itu memilih untuk menolaknya. Lalu kakinya melangkah mendekat pada mereka, dan duduk di sebelah Raja juga.

Detik berikutnya, handphone Jinan yang berada di meja makan berbunyi, menampilkan nomor yang sama dengan nomor yang tadi menelpon Jendra.

"ITU HANDPHONE GUE BUNYI, SIAPA YANG TELEPON?!" teriak Jinan dari kamar mandi yang ada di dekat dapur, begitupun dekat dengan meja makan.

HOME ( SELESAI✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang