9. Pernyataan yang tak pernah di harapkan

1.8K 221 57
                                    

- JANGAN LUPA VOTE + KOMEN! -
-
-
- HAPPY READING! -

———

Setelah jam pertama selesai, Hagan terus uring-uringan sampai jam istirahat sekarang. Raganya berada di kantin, namun pikirannya terus melayang jauh entah kemana.

"Makan woi! Dingin nanti makanan lo." tegur Mandra yang berada di sebelah pemuda itu.

Jendra dan Jinan yang berada di hadapannya juga menatapnya. Hagan menatap satu persatuan sahabatnya, lalu berkata, "Gue takut nggak lolos." ucapnya.

Jinan berdecak, "kalo pikiran lo negatif terus, hasilnya bakal negatif! Please deh Hagan Arkharaja, lo tuh udah berusaha semaksimal mungkin. Belajar 2 hari penuh, masih aja nething sama hasilnya?!"

Jendra mengangguk sembari menelan sisa makanan yang baru saja ia kunyah. "Lagian ya, Hagan. Mau gimana hasil lo, lo nggak bakal mati. Gagal itu nggak buat lo berhenti hidup. Justru kegagalan itu buat lo lebih banyak lagi belajar!"

Mandra melebarkan mulutnya, lalu bertepuk tangan. Ya, manusia satu ini, memang selalu menjadi manusia terheboh. "Wah, keren!! Kata-kata lo semua keren! Nggak nyangka gue, temen-temen gue ternyata bijak!" ucapnya.

Mendengar respon Mandra, Hagan terkekeh. Entahlah, rasanya seberat apapun hidupnya, teman-temannya selalu saja membuat ia menjadi sedikit lebih tenang.

"Makan deh! Gue takut lo pingsan disini. Males gue gotong-gotong." ucap Jendra.

"Seret aja, lumayan kan kain pel jadi nganggur. Biarin badan Hagan yang bersihin dari area sini sampe UKS." sahut Jinan.

Lagi-lagi, Mandra tertawa. "Gue jadi bayangin kalo beneran kaya gitu."

"Nggak usah di bayangin!" ketus Hagan membuat tawa Mandra semakin kencang, di susul oleh tawa Jinan dan Jendra.

Suara bel masuk membuat keempatnya cepat-cepat menyelesaikan kegiatan makannya. Berbeda dengan Hagan, manusia itu hanya memakan sedikit lalu bangkit dan pergi begitu saja.

Ketiganya menoleh, lalu disusul oleh Jendra yang mengikuti langkah Hagan. Berbeda dengan Jinan dan Mandra, mereka berdua malah saling tatap lalu dengan cepat berebut mengambil makanan Hagan yang masih tersisa banyak.

"Gue dulu, Mandra!" teriak Jinan ketika Mandra sudah mengambil mangkok berisi mie ayam.

"Awas! Gue mau habisin!" ucap Mandra yang seberusaha mungkin kabur dari tarikan Jinan.

"Oke, barengan!!!" teriak Jinan lagi yang masih tak di pedulikan oleh Mandra.

Tak peduli bel sudah berbunyi beberapa saat lalu, kedua manusia itu masih saja santai berebut makanan di kantin. Sedangkan kedua temannya yang lain, sudah berjalan menuju kelasnya.

"Eh, lo berdua udah lihat hasil di mading belum?" tanya ketua kelas kepada Hagan dan Jendra yang baru memasuki kelas.

"Hasilnya di tempel di mading?" tanya Jendra.

Ketua kelas tersebut mengangguk, "Soalnya biar tau siapa yang wakilin olimpiade buat sekolah kita." balasnya.

Hagan tak mengucapkan apapun. Setelah mendengar itu, ia langsung berlari menuju mading. Sungguh, ia benar-benar berharap bahwa nilai kali ini tak mengecewakan.

HOME ( SELESAI✓ )Where stories live. Discover now