18. Bullying

1.4K 182 9
                                    

- JANGAN LUPA VOTE+KOMEN! -

- HAPPY READING -

———

Seperti yang Bunda ucapkan tadi, bahwa Raja kini berangkat bersama dengan Bunda dan juga Om Putra. Mobilnya terhenti tepat di depan gerbang.

"Semangat belajar ya, Raja!" ucap Putra membuat Raja mengangguk.

"Dadah!" ucap Raja setelah mencium tangan Wina dan Putra.

"Eh, ini botol Raja, kan, Win?" tanya Putra ketika salah fokus pada botol minum bergambar kartun kudanil putih.

"Loh iya," Wina langsung mengambil botol tersebut. Ketika hendak keluar, Putra menahannya. "Biar saya aja. Kamu di mobil saja." ucapnya yang langsung di berikan anggukan oleh Wina.

"Raja!!" teriak Putra dengan berlari kecil menghampiri Raja yang sudah ada di koridor sekolahnya.

Raja menoleh, "Ada apa Om?"

"Ketinggalan." ucap Putra dengan tangan yang menyerahkan botol minum tersebut.

Raja menepuk dahinya sendiri, lalu menghembuskan nafas kasar. "kenapa pelupa sekali sih Raja?" tanyanya pada diri sendiri, membuat Putra terkekeh gemas.

"Gemes banget sih! Kalau gitu, sana ke kelas. Udah mau jam 8." ucap Putra dengan tangan yang mengusap gemas pipi Raja.

"Baiklah! Terimakasih ya Om!" ucap Raja lalu pergi menuju kelas.

Pagi ini indah sekali, meskipun tanpa Hagan di sisinya. Walaupun sulit, Raja akan terus berusaha agar bisa ikhlas menjalani hari tanpa Hagan. Ia selalu mengingat apa yang di ucapkan Hagan. Katanya, "Setiap pertemuan itu pasti ada perpisahan, Raja. Mau sebaik apapun perpisahannya, kita harus ikhlas. Itu udah jalan terbaik yang Tuhan kasih."

Senyum anak kecil itu mengembang sempurna dengan langkah kaki yang menuju kelas. Hari ini ia semangat sekali belajar. Ia harus pintar, dan mendapatkan peringkat satu, agar Ayah juga bangga padanya, dan mengajaknya ke luar negeri bersama.

Byur

Langkah Raja terhenti. Tangannya reflek melempar botol minum yang sedari tadi ia pegang, dan mengusap air yang sudah membasahi wajah serta seluruh tubuhnya. Ia gelagapan.

"HAHAHAHA BASAH SEMUA!!" teriak si bocah gendut yang kemarin membully Raja.

Raja diam, tangannya sudah mengepal. Ia masih menatap bocah gendut itu dengan tatapan tajam.

"Om tadi itu selingkuhan Bunda kamu ya? Kamu kok nggak malu sih?" tanya salah satu siswa yang merupakan teman bocah gendut itu.

"Bundanya nggak bener, pantas saja dia bodoh! Dia nggak pernah dapat nilai besar." sahut murid lain.

Hati Raja sakit sekali mendengar hinaan dari teman-teman kelasnya itu. Mata Raja bergantian menatap para teman-teman kelasnya yang kini tengah menatap dirinya dengan tatapan remeh. Raja tak suka ini.

"Untung aku dari dulu tidak mau berteman dengan kamu! Sudah tidak pintar, anak orang yang doyan selingkuh pula." ucap bocah gendut itu.

Tawa mereka menggelegar mengisi ruang kelas ini.

"Kalau tidak mau berteman, ya udah! Raja juga tidak mau berteman dengan kalian! Jika mengatai Raja bodoh, tidak apa-apa. Tapi jangan pernah kamu menghina Bunda! Bunda itu tidak selingkuh! Om Putra itu teman kerja Bunda." ucap Raja lantang.

Suasana kelas kini semakin panas, mereka semua tak ada habis-habisnya menertawakan Raja dan juga memakinya.

"Abang... Ayo pulang dan marahin mereka karena sudah melukai Raja." ucapnya dalam hati.

HOME ( SELESAI✓ )Where stories live. Discover now