5. Demam

2.5K 292 29
                                    

- JANGAN LUPA VOTE + KOMEN -
-
-
- HAPPY READING -

----

Suara alunan gitar yang Hagan mainkan di balkon kamarnya terdengar sangat merdu. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Hagan masih belum bisa menutup matanya rapat untuk tidur.

Besok ada ulangan harian. Namun bukannya belajar, Hagan malah melamun sembari memainkan gitar kesayangannya di balkon kamar.

Hagan menatap langit malam yang mendung, sama seperti suasana hatinya saat ini. Ia lelah, namun ia harus terus tetap menuruti apa keinginan Cakra.

"Gue mau ngembangin hobby gue." monolognya.

Hagan suka bermusik, apalagi bermain gitar. Suaranya juga merdu. Namun, untuk memainkan dan menunjukkan ke semua orang, ia takut. Ayahnya pasti tak memperbolehkan dirinya bermusik. Karena yang Ayahnya inginkan, hanya ia menjadi unggul dalam bidang akademik.

Hagan ingin memberontak, namun Hagan sadar diri. Cakra sudah menyelamatkan dirinya dari kecelakaan 15 tahun lalu yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal dunia.

Jika bukan karena Cakra, sudah di pastikan Hagan tidak hidup sekarang. Di selamatkan dari kecelakaan itu saja, Hagan sudah bersyukur. Namun dengan baik hati, Cakra malah mengangkat dirinya menjadi anak pertama keluarganya.

Suara ketukan kamarnya membuat ia langsung menaruh gitarnya asal. Ia bangkit, dan langsung membuka pintu. Terdapat bocah kecil yang sudah berdiri dengan membawa sebuah bantal guling.

"Ngapain?" tanya Hagan.

"Raja mau tidur disini." ucapnya, lalu langsung melangkahkan kakinya masuk menuju tempat tidur Hagan.

Hagan diam sejenak, matanya tak lepas dari pergerakan bocah kecil itu. Hingga beberapa detik kemudian, ia menutup pintu kamarnya.

"Lo belum tidur?" tanya Hagan lagi.

"Udah, tapi kebangun."

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

Hagan menghela nafas pelan, lalu membiarkan adiknya melanjutkan tidur.

"Abang, matikan lampunya!" ucap Raja dengan mata yang tertutup.

"Gue masih ngerjain tugas."

Tak ada jawaban lagi dari Raja. Hagan tidak mempermasalahkan itu, ia langsung duduk di meja belajarnya. Memang sebenarnya ia harus belajar untuk ulangan besok. Jika nilainya kecil, ia akan terkena masalah lagi.

Suasana kamar itu menjadi sepi, hanya suara detik jarum jam saja yang terdengar. Hagan yang sedang fokus belajar, tiba-tiba di kejutkan dengan Raja yang memeluknya dari samping.

"Maafin Raja Abang..." ucapnya lirih.

Hagan diam, tubuhnya membeku.

"Pipi Abang sakit ya? Maafin Raja..." ucap Raja lagi.

Hagan melepaskan pelukan itu, lalu ia turun dari kursi, dan berjongkok agar sejajar oleh adiknya. "Kenapa?" tanyanya.

HOME ( SELESAI✓ )Where stories live. Discover now