12. Pertengkaran hebat

1.6K 203 68
                                    

- JANGAN LUPA VOTE + KOMEN! -
-
-
- HAPPY READING -

---

Suara dering telepon milik Hagan berkali-kali berbunyi, sedangkan sang empu tengah asik bercanda tawa bersama ketiga temannya di sebuah warung yang biasa mereka kumpul.

"Kenapa kalo naik motor bawaannya ketawa mulu?" tanya Jinan ketika tawanya mereda.

Sudah 1 jam mereka tertawa hanya karena saling melempar tebak-tebakan yang jawabannya di luar nalar.

"Gue nggak pernah ketawa kalo naik motor." jawab Jendra.

"Gue juga, yang ada kering gigi gue kalo ketawa di atas motor." sahut Hagan.

Mandra tertawa dengan tangan yang memukul bahu Hagan berkali-kali. "Apa emang?" tanya Mandra penasaran di sela tawanya.

"Karena kita duduk di atas joks." ucap Jinan membuat mereka diam dulu, lalu tertawa.

"Udah anying! Gue sakit perut banget." ucap Mandra dengan tangan yang mengelus-elus perutnya.

"Itu handphone siapa nyala terus dari tadi." ucap pemilik warung yang kebetulan melewati meja mereka, dan tak sengaja melihat handphone Hagan menyala.

Entah karena tawa mereka yang menggelegar atau bagaimana, sampai Hagan tak mendengar handphonenya berbunyi. Padahal, tak ia heningkan sama sekali.

"Bentar, bocil nelfon." ucapnya membuat mereka seketika diam.

"Abang dimana?" ucap Raja dari seberang sana.

"Gue lagi sama temen-temen. Kenapa? Lo laper?" tanya Hagan.

"Tidak—" PRANGG!!  "Abang ayo pulang sekarang! Raja takut, Ayah pulang dan berteriak kencang seperti penjahat yang ada di film tadi siang Raja tonton bersama bang Jinan."

Suara ketakutan, di tambah suara pecahan sesuatu dari seberang sana membuat Hagan khawatir.

"Gue pulang sekarang. Lo diem di kamar, jangan kemana-mana! Ngerti?"

"Iya Abang, Raja mengerti."

Mendengar jawaban itu, Hagan langsung memutuskan sambungannya sepihak. "Gue harus balik sekarang." ucapnya lalu pergi tanpa ada jawaban dulu dari ketiga temannya.

"Kenapa ya?" tanya Jinan.

Mereka hanya saling pandang. Karena mereka juga tak tau. "Semoga nggak ada apa-apa. Tunggu kabar dia aja." ucap Jendra membuat kedua temannya mengangguk.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Hagan sampai di rumah. Di halaman rumah, sudah ada mobil Ayahnya. Baru saja masuk, ia langsung di sambut oleh suara keras dari masing-masing kedua orang tuanya. Baru kali ini, Hagan melihat mereka berdebat hebat.

Ia berlari menghampiri kamar kedua orang tuanya. Tanpa takut, Hagan membuka pintu kamar itu tanpa permisi. Keadaan kamar sudah berantakan seperti kapal pecah. 

Keduanya berhenti berdebat ketika Hagan masuk. Mereka diam sebentar, sama-sama saling menatap putra pertamanya. Detik berikutnya, Cakra mendekat pada Hagan yang masih berdiri di ambang pintu.

HOME ( SELESAI✓ )Where stories live. Discover now