8 | why Mrs. Carpenter gets mad?

5.9K 684 22
                                    

Aku berlari menuju lantai bawah,  tempat di mana terakhir kali aku melihat Nyonya Carpenter dan suaminya sebelum aku naik ke lantai atas. Aku pikir, harusnya memang orangtua Julia yang harus diberitahu yang pertama kali, benar? Mengingat di ruangan itu juga Julia belum mengenal siapa pun kecuali aku dan orangtuanya. Jadi, begitu aku melihat Nyonya Carpenter berdiri di hadapan para tetangga wanitanya—membicarakan sesuatu entah apalah itu—aku pun memanggilnya, "Permisi, Nyonya Carpenter."

Wanita itu menoleh padaku, diikuti beberapa wanita lain yang kukira, jika dilihat menurut raut wajah mereka, mereka pasti merasa, hei, siapa yang berani menyela pembicaraan para wanita di saat seperti ini? Dan oh, begitu mereka semua melihatku—seorang lelaki kuper yang berpakaian culun dengan tampang yang amat datar—aku pikir mereka akan, oh, hanya seorang anak ingusan. Bukan masalah yang berarti. Dan, ya. Mereka mengabaikanku; melanjutkan obrolan mereka, dan membiarkan Nyonya Carpenter berbicara denganku.

Aku berbicara dengan Nyonya Carpenter di belakang para wanita itu, "Nyonya Carpenter, apa anda tahu...."

"Apa?"

Aku menunduk, menatap ujung-ujung sepatuku yang mengilap. Tetapi tentu saja aku memikirkan bagaimana caranya berbicara dengan wanita dewasa yang mana merupakan ibu dari temanku yang terkunci di kamarnya sendiri? Eh, maksudku adalah, b-bagaimana jika wanita ini bertanya padaku tentang, bagaimana bisa kau naik ke atas? Dan wanita ini bahkan belum mengizinkanku untuk naik ke lantai atas tetapi aku sudah melakukannya.

"Ju-Julia. Ehm, Nyonya Carpenter, aku tahu aku lancang dan tidak sopan. Kau boleh memanggilku apa pun. T-tapi, Julia terkunci di kamar. Di lantai atas," jelasku terbata.

Tepat sekali.

Wanita itu menuduh, "Kau sungguh tidak sopan, anak kecil! Ah, I see. Kau tengah mencoba mengambil sesuatu di atas sana dan rupanya mengetahui Julia ada di sana, benar? Dan kau tidak jadi mencuri karena di sana ada Julia karena kau takut akan ketahuan olehnya, benar? Hei, dia bahkan tidak bisa bicara, ingat?!" Nyonya Carpenter menghela napas kesal. Ada jeda beberapa detik dan itu memberiku kesempatan untuk melirik keadaan orang-orang di sekitar kami; dan ternyata seluruh dari mereka sedang mengawasi percekcokan ini. Nyonya Carpenter lalu melanjutkan, "huh, sungguh. Semua orang di komplek ini sama saja!"

"S-sungguh. Itu tidak benar, Nyonya Carpenter. Saya hanya—"

"Sebaiknya kau mengurus dirimu sendiri saja. Katakan pada orangtuamu bahwa mereka harus memberitahu anaknya jika tidaklah sopan masuk ke ruangan orang lain tanpa permisi. Aku bisa mengatasi Julia sendiri," Nyonya Carpenter berkata dengan tergesa-gesa lalu meninggalkanku, berjalan menuju tangga, ke lantai atas.

"T-tapi Nyonya, maafkan sa—"

"Sudah kumaafkan!" sela Nyonya Carpenter yang saat ini sudah sampai di tengah tangga. Tapi nada bicaranya sama sekali tidak menunjukkan bahwa wanita itu telah memaafkanku. Sama sekali tidak. Aku sendiri bingung sebenarnya wanita itu marah kepada siapa? Kepadaku, ataukah kepada orang yang sengaja mengunci Julia di kamar atas?

Sungguh, pikiranku kacau. Aku mengacaukan semuanya. Pesta ini, Nyonya Carpenter, orangtuaku—ya, mereka akan malu, diriku sendiri, dan oh, Julia.

Detik dimana Nyonya Carpenter telah sampai di lantai atas, aku bisa mendengar teriakan wanita itu. Entah itu maksudnya apa, mungkin rasa syukur yang amat berarti baginya—karena, untunglah putrinya tidak apa-apa.

Saat ini aku tidak bisa berpikir jernih. Yang kulakukan sedari tadi sepeninggal Nyonya Carpenter adalah aku hanya berdiri di sini, menunduk mengamati seluruh sisi sepatuku. Aku bisa melirik Tuan Carpenter buru-buru naik ke lantai atas setelahnya. Namun, akhirnya aku tidak bisa berlama-lama lagi di tempat itu. Semua mata mengarah padaku, dan aku berasumsi bahwa, ya, mereka mendengar sang tuan rumah berkata secara tidak langsung bahwa aku telah melakukan percobaan pencurian.

Aku tidak suka diamati. Maka aku pergi. Tidak peduli lagi dengan para tetangga—meskipun mereka hanya berenam orang karena yang datang hanya sepuluh orang dan empat diantaranya adalah keluargaku. Dan oh, aku bahkan tidak mengingat ada keluargaku di situ karena dengan tanpa ragunya, aku menerobos di antara kerumunan orang, berlari menuju pintu sambil menunduk; menghindari wajah-wajah mereka.

Bruukkkk!!! Rupanya aku tidak menyadari bahwa aku telah sampai di depan pintu, dan di sana ada seseorang yang baru saja datang sebelum akhirnya aku menabraknya pelan.

"Jason! Apa-apaan kau? Kau punya mata kan?!"

Aku mendongak, setengah kaget mendapati Penelope—hei, siapa kira dia akan mau datang?—yang berdiri di depanku sambil mengelus lengan dan bajunya dengan cepat; berusaha membersihkannya dari sesuatu, dan dengan wajahnya yang jijik itu, seolah-olah dia baru saja terkena kotoran cicak yang menempel di bajunya.

Kuabaikan Penelope dan langsung saja menerobos melewati pintu, lalu keluar. I'm out. []

 []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ten Rumors about the Mute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang