31 | me, and the sun, and the girl-who-will-go to reach her dream

2.7K 399 82
                                    

Udara dingin pergantian musim gugur ke musim dingin kurasakan menusuk ke celah-celah pakaianku. Tidak peduli. Sejak tadi aku hanya terus mengayuh pedal sambil bercerita pada Julia betapa indah namun sederhananya kota ini tanpa memperhatikan apakah aku kelelahan atau tidak. Kami bahkan sempat melewati Karst Farm Park, yang betapa masa bodohnya, itu sekitar delapan kilo dari rumah kami. Sempat beberapa kali kutoleh ke belakang, tepat di mana Julia tertawa ketika kucelotehkan lelucon kelas rendahan versi diriku kepadanya yang kupikir itu tidak lucu sama sekali. Aku kembali mengarahkan pandangan ke jalan di depanku ketika pikiran-pikiran di otakku tentang Julia membuatku merenungkan sesuatu. Seandainya saja Julia bisa bicara, dan seandainya saja aku bisa mendengar apa yang sebenarnya selama ini ia pendam meski aku tahu secara logika Julia mungkin tidak tentu akan terus terang akan masalahnya terhadapku.

Julia menaruh tatapan penasarannya ketika memandangi bangunan Sample Gates—salah satu bangunan bersejarah di kota ini—yang kami lalui begitu saja. Aku menceritakan sejarahnya sejauh yang kuketahui. Sample Gates, yang terletak di antara Franklin Hall dan Bryan Hall, berfungsi sebagai pintu masuk bagi para siswa ke kampus Old Crescent di Indiana. Aku ingat Mom pernah berkata bahwa, konon, Edson Sample mendanai pembangunan gerbang pada sekitar tahun 1980-an (tepatnya aku tidak yakin) dan mendedikasikan bangunan itu untuk orang tuanya, Louise Waite Sample dan Kimsey Ownbey Sample Sr. Yah, setidaknya hanya itu yang kutahu, dan jelas aku bukanlah orang tua yang terobsesi akan sejarah kota, jadi, beginilah anak malas.

Kami sampai di tepian Minnesota River sewaktu jarum jam di tanganku menunjukkan pukul lima lebih seperempat; artinya sudah satu jam kami melakukan tur dengan sepeda. Apa yang membuatku mengajak Julia akhirnya ke pinggiran sungai ini sebenarnya aku tidak tahu. Entahlah, hanya secara asal saja ke sini karena sebenarnya tadi Julia sempat kutawari untuk melihat matahari terbenam dan ia menjawabnya dengan penuh semangat. Aku duduk di rerumputan bersama Julia—gadis teranggun yang pernah kutemui dan kulihat dari dekat—di sampingku. Tidak ada yang banyak kukatakan sembari menunggu matahari tenggelam perlahan di balik bangunan perkotaan di seberang sana; bagian kota yang lain.

Kucoba untuk memeluk tubuhku sendiri karena rupanya angin sore lumayan terasa dingin. Julia tidak berkata apa-apa—maksudku, ia belum mengisyaratkan tanda-tanda apa pun—selama kami duduk-duduk diam di rerumputan. Seandainya kami berada di sebuah ruangan (yang biasanya adalah kamar Julia sendiri) mungkin tidak ada yang benar-benar bisa kukatakan karena ruangan itu benar-benar senyap karena kecanggungan yang benar-benar mencekam kami. Untungnya, ini di luar ruangan, dan suasananya bising; seperti kota pada umumnya, separuh suara deru kendaraan juga suara hembusan angin di separuh alam. Dan rasanya begitu berbeda sekali dengan ketika hanya melihat Julia yang hanya terus-terusan berada di dalam kurungan (alias kamarnya) dengan situasi yang—kurasa—agak tersiksa.

"Apa kau tidak kedinginan?" tanyaku tiba-tiba. Julia menggeleng, membuat helaian rambut cokelatnya bergerak-gerak, dan, oh, itu, semakin, membuatnya, kelihatan, cantik. Sial, aku bilang apa barusan. "Baiklah, tapi, setidaknya, beri aku kode jika kau sudah mulai kedinginan," kataku selanjutnya.

"Julia, omong-omong, sejauh ini, apa kesukaanmu?" aku menjeda, berpikir tentang hobi-hobi Julia yang selama ini tidak kuketahui sama sekali, lalu, "Aku hanya tahu kalau kau suka sekali minuman taro, itu saja. Bisakah kau bercerita sesuatu—mengenai segalanya, kurasa?" Ketika aku mengatakannya, jantungku berdebar terburu-buru, seolah mau copot, seolah itu sedang benar-benar memburu Julia agar mau berterus terang tentang hidupnya, tentang kesuramannya selama ini.

Aku melihat tangan Julia yang membuka buku catatan kecilnya untuk ia tulisi setelahnya kemudian kubaca apa yang ia tulis dengan segera. Aku suka menulis puisi, dan menggambar, maksudku, melukis.

Ten Rumors about the Mute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang