28 | she said she really sorry for her father

3.7K 401 50
                                    

Herbert Carpenter. Pagi ini aku mendengar kabar dari Seth bahwa tetangga paruh baya samping rumahku itu punya gangguan kejiwaan yang menyebabkan emosinya kadang-kadang bisa tiba-tiba memuncak pada saat-saat tertentu. Aku bertanya-tanya apakah itu semacam bipolar disorder yang kronis hingga menyebabkan pria itu sampai berbuat kekerasan terhadap orang lain bahkan dengan tetangganya sendiri. Tentu saja itu barulah hanya kabar burung semata dan belum dibuktikan secara ilmiah melalui laboratorium apakah benar pria yang bernama Herbert Carpenter mengidap penyakit kejiwaan.

Aku hampir-hampir muak ketika kutanya pada Mom perihal Herbert Carpenter—apakah Mom tahu soal penyakit kejiwaan pria itu—karena Mom malah menjawab, "Ya, ya, pria itu memang gila." Ya, Mom-ku seperti masih tidak bisa terima sampai sekarang. Parahnya lagi sewaktu kuminta kejelasan apa maksud perkataan Mom itu, Mom malah mengaku bahwa dialah yang menyebarkan berita tersebut. Benar-benar aku ingin mengumpat, tapi, mengumpat pada siapa? Tidak mungkin sekali aku marah pada Mom karena pasti nanti aku kalah telak dan hei, di dunia ini siapa juga yang mau membantah omongan ibunya sendiri?

Setelah kejadian dari kantor polisi dua hari kemarin, aku dan Mom mulai jarang bicara. Paling-paling aku hanya berani menyapanya sewaktu pagi mau berangkat sekolah dan sore hari selepas pulang. Omong-omong, sebetulnya kami—Mom dan aku—dari dulu memang jarang bicara untuk urusan yang serius. Selebihnya hanya bercandaan biasa sementara saat-saat sekarang selepas kejadian bersama Herbert Carpenter kemarin, justru hubungan kami menjadi renggang.

Sore nanti selepas pulang sekolah, rencananya aku ingin mengunjungi Julia ke rumah (dengan cara baik-baik tentunya, bukan menyelinap lewat jendela kamar atas Julia). Kemarin sore, ketika aku baru saja memarkir sepeda di sisi pagar halaman rumah, kulihat van milik keluarga Carpenter telah berada di depan rumah mereka. Dugaanku adalah, mungkin Julia sudah pulang dari rumah sakit. Ah ya, aku baru ingat. Sudah empat hari gadis itu opname.

Asumsiku ternyata benar karena sewaktu bicara dengan Nyonya Carpenter lewat telepon, wanita itu bilang Julia sudah dibawa pulang dan sedang istirahat di kamarnya. Waktu itu aku cukup heran dengan Nyonya Carpenter karena pasalnya, ia yang biasanya selalu berbicara sarkastik terhadapku tahu-tahu berubah 180 derajat menjadi penuh keramahan. Tidak ada yang mencurigakan dari nada bicara wanita itu di telepon sehingga itu cukup membulatkan tekadku sore nanti menjenguk Julia.

---

Tanganku siap memencet bel pintu rumah Julia lagi ketika pintu itu mengayun terbuka. Pria berjas yang berdiri di balik pintu adalah Herbert Carpenter. Terdapat kegelisahan di antara kedua matanya yang biru begitu melihatku—antara ekspresi kaget dan ketakutan.

Kubilang, "Hai," dan pria itu mengangguk, kini tanpa ekspresi.

Melalui cara pria ini menatapku, aku yakin sekali dia pasti belum bisa melupakan kejadian kemarin. Ah, padahal kejadian itu sudah kuanggap angin lalu meskipun itu baru beberapa hari berlalu.

"Maaf mengganggu sore harimu, tuan," kusisipkan senyum tipis sebelum akhirnya aku berkata lagi, "Saya hanya ingin bertemu Julia, bolehkah?"

Herbert Carpenter tidak banyak bicara sewaktu aku melintasi pintu dan masuk ke ruang tamu. Sedetik kemudian dia bicara, "Dia ada di kamar," yang kemudian kujawab dengan anggukan kecil sebelum akhirnya sejurus kemudian aku langsung menuju kamar Julia.

Aku tidak melihat tanda-tanda keberadaan Nyonya Carpenter di lorong, atau pun ruang televisi, begitu juga di tangga—tempat di mana aku bisa melihat setidak-tidaknya beberapa penjuru ruangan dari atas tangga. Begitu aku sampai tepat di depan pintu kamar Julia, langsung kuketuk permukaan kayunya. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu gadis itu membukakan pintu dari dalam, aku langsung mendapati wajah pucat Julia yang meskipun ia sedang dalam masa pemulihan dari sakitnya, sialnya gadis itu tetap kelihatan cantik secara utuh. Astaga, melamun apa aku, sialan.

Ten Rumors about the Mute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang