1.6 : Jung siblings

544 135 12
                                    

- ending fairy -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- ending fairy -

"Sudah puas bermainnya? Dasar kalian, aku sudah menunggu kurang lebih satu jam di tempat makan ini. Untung aja tidak diusir sama pemiliknya," keluh Jaehyun yang tampak kesal melihat kedatangan Jeje dan juga Jiji.

"Tadi ada kendala sedikit, ya kan, Sung?" Jiji mengangguk.

"Yayaya, sekarang makan dulu. Habis ini kita pulang," ucap Jaehyun. Kedua orang itu kini duduk dan mulai menyantap makanan yang ada di piring. Namun, ada yang aneh. Jeje merasa ada sesuatu yang janggal di sini.

Terutama, Jaehyun.

Pria itu tampak begitu cemas sedari tadi. Bahkan tangannya terus saja tidak berhenti bergerak—tanda kalau dia cemas akan suatu hal. Jeje melirik sekilas ke arah sang Kakak, sebenarnya apa yang terjadi selama dia dan Jiji meninggalkan Jaehyun?

Apa mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi nantinya?

"Je." Jeje mengadah.

"Kenapa?"

"Mobil kita ... akan kujual."

Detik itu pula, Jeje tersedak. Jiji yang ada di samping gadis itu langsung memberikan segelas air putih padanya. "H-hah? Kenapa?"

"Tidak apa-apa," jawab Jaehyun dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Kak? Kau tidak menyembunyikan sesuatu, kan?" Jaehyun menghela napas sebelum dia menggeleng lemah.

Firasat Jeje benar, ada yang tidak beres dengan Kakaknya. Tapi, masalah apa yang membuat Jaehyun harus menjual mobil itu? Seketika perasaan Jeje menjadi tidak tenang. Ketiganya kini diam seraya memakan hidangan di atas meja, tak lama mereka pun pergi dari tempat tersebut.

Selama di perjalanan, tidak ada yang berbicara sama sekali. Sangat hening hingga Jeje sendiri tak menyadari kalau Jiji menyalakan radio. Ia memejamkan matanya sejenak seraya memijat dahinya sendiri. Walaupun Jaehyun terkadang sangat jahil padanya, bagaimana pun dia yang mengurus Jeje selama ini.

Dan sekarang, pria itu sedang mendapatkan sebuah masalah. Masalah yang belum diketahui sumbernya dan berhasil membuat Jeje ikut cemas.

Kendaraan itu berhenti tepat di depan rumah mereka. Ketiganya kini turun dari mobil dan masuk ke dalam sana, masih sama. Hening dan tidak ada yang enggan membuka topik. Jiji yang merasakan ada sesuatu pun menggaruk tengkuknya tak mengerti, entahlah. Interaksi dua saudara ini sedikit aneh. Padahal kemarin-kemarin tidak seperti ini, semuanya baik-baik saja.

Tapi, kenapa jadi berjauhan seperti ini?

"Kalian kenapa?" bisik Jiji yang menarik ujung baju Jeje.

"Tidak tau, Kak Jaehyun aneh. Tapi nanti aku coba tanya padanya, pasti ada yang tidak beres," jawab Jeje. Pemuda itu pun mengangguk, ia segera masuk ke dalam kamar dan menunggu informasi saja dari Jeje.

"Kak, kau tidak mau berbagi denganku?" Jaehyun menoleh, tampak begitu jelas wajah tampannya kini terlihat begitu lelah—frustrasi. Jeje semakin tidak mengerti, Jung Jaehyun sangat jarang seperti ini.

Itu berarti, masalahnya sangat besar?

"Tidak ada apa-apa, kau tenang saja," elak Jaehyun sambil mengusap wajahnya sendiri. Jeje berdecak, dia segera duduk di sofa sebelah kakaknya itu.

"Kak, kau dan aku sudah tinggal selama bertahun-tahun. Tidak mungkin aku tidak mengenal sifat kakakku sendiri, sebenarnya ada masalah apa?" Jeje menatapnya penuh khawatir. Jaehyun pun mengambil ponselnya dan mengotak-atik sesuatu di sana.

"Ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ini." Jaehyun menyerahkan ponselnya pada sang Adik.

"K-kak? Maksudmu ... kau bangkrut?" Jaehyun mengangguk lemah diiringi helaan napas begitu panjang. Kepalanya terasa pusing memikirkan hal ini, Jaehyun pun menyenderkan badannya ke sofa.

"Para investor menarik modal mereka karena belakangan ini usaha memang sedikit sepi. Lalu, hutang dari bank juga harus dibayarkan, ditambah gaji pegawai ...." Jaehyun menunduk sambil menutup wajahnya sendiri. Jeje terdiam, jujur saja dia juga ikut terkejut mengetahui masalah ini.

Perusahaan milik Kakaknya sudah dibangun dengan begitu susah payah dan sekarang harus bangkrut. "Kak, tapi tidak mungkin kalau investor itu narik investasi mereka begitu aja, kan? Pasti ada sebuah perjanjian di atas materai, ba—"

"Je, di surat perjanjian itu dikatakan kalau mereka bisa menarik investasi mereka. Aku tidak bisa ikut campur, itu hak mereka."

"Tapi, Kak. Ada yang aneh, investor di perusahaan Kakak bukan hanya ada satu atau dua. Tapi, banyak. Gak mungkin mereka narik investasi mereka secara bersamaan, kan? Ada yang salah di sini," opini Jeje.

"Kalaupun ada yang aneh atau ada yang menghasut, apa yang bisa kulakukan lagi? Mereka sudah menarik investasinya, sekarang bank mengejarku untuk membayar hutang. Kalau sekarang aku mencari dalangnya, itu hanya buang-buang waktu," jelas Jaehyun.

"Untuk sementara, kau tinggal di rumah bi—"

"Gak mau! Kondisi Kakak udah begini, kalau aku pergi ke rumah bibi bukannya aku jadi adik yang berdosa banget? Jeje gak mau pergi ke rumah bibi, bibi jahat," tolak Jeje sambil bersidekap dada.

"Je, tolong mengerti ya? Kakak mana sih yang mau lihat Adiknya kesusahan? Sebentar aja, Kakak bakal jemput kamu kalau urusan ini udah selesai, ya?" Jeje mengulum bibirnya sendiri, kedua matanya kini memanas karena perkataan Jaehyun. Kenapa dia jadi merasa bersalah?

"Jeje minta maaf. Jeje gak bisa bantu Kakak dalam hal ini, tapi Jeje bakal bantu Kakak se—"

"Jeje, fokus sama sekolahmu. Urusan ini biar Kakak yang atur, ya? Sekarang kau tidur saja." Jaehyun mengacak pelan rambut Jeje.

"Tapi, Jeje gak mau ke rumah bibi! Terus, Jiji gimana? Dia gak mungkin kan tinggal di rumah bibi?" Jaehyun terdiam. Jeje benar, Jiji itu orang asing. Tidak mungkin jika Jeje dan Jiji pergi bersama ke rumah sang bibi.

"Kak, Jeje gak akan tinggalin Kakak disaat seperti ini. Jeje janji bakal bantu Kakak semampuku," tutur Jeje sambil tersenyum manis.

Jaehyun tersenyum. "Selama ini, Kak Jaehyun udah menjaga Jeje dan menggantikan peran orang tua dalam hidup Jeje. Kak, kita ini keluarga. Masalah Kak Jaehyun, berarti masalahku juga. Kita hadapi sama-sama, ya?"

Pria itu tersenyum manis, ia pun menarik sang Adik ke dalam dekapannya. Ia tidak menyangka kalau anak kecil yang dulu dia gandeng ketika menyebarang jalan, kini sudah dewasa pemikirannya. Jeje-nya sudah besar.

- TBC -

Haii, maaf yak updatenya agak lama wkwkwk. Gimana kabar kalian? Jangan lupa jaga kesehatan yes, bubayy💚💚💚

Ending Fairy | Park Jisung✓Where stories live. Discover now