2.2 : worried

525 130 15
                                    

- ending fairy -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- ending fairy -

Jeje malu setengah mati.

Kejadian tadi masih terngiang-ngiang di benaknya, tapi yang ia bingungkan kenapa Jiji bisa sesantai itu? Dia bahkan sibuk berbincang dengan yang lain. Menjengkelkan sekali.

Jeje pun beranjak menuju sebuah meja yang dipenuhi beberapa jenis makanan. Ia segera mengambil piring dan juga kue di sana. Acara ulang tahun Sunji masih berjalan, dia kini melirik sebentar ke jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Apakah kakaknya sudah pulang?

"Aku lihat, kau cukup dekat dengan Jisung ya?" Jeje segera menoleh ke sebelah kanan. Tampaklah seorang perempuan berambut panjang yang kini menatapnya aneh.

"Hah?" beo Jeje.

"Tidak tau diri sekali, berbuat hal tak senonoh di rumah sahabatnya sendiri," cibir teman dari perempuan itu.

"Apa sih, gak jelas," desis Jeje yang kembali memakan kue dari piringnya.

"Jauhi Jisung!" Seketika tangan Jeje berhenti bergerak, kedua netranya kini bergulir menatap tajam perempuan yang namanya Wonyoung.

"Maaf, perkataanmu tidak terdengar jelas. Aku sedang makan," sahut Jeje. Dia pun memutuskan untuk menjauh dari Wonyoung yang merupakan teman sekelasnya.

"Kau tuli? Wah, Jisung pasti tidak akan suka dengan perempuan cacat sepertimu," cibir Eunbi—teman Wonyoung.

Baiklah, Jeje mulai kesal sekarang.

"Kalian mau apa sih? Aku tidak ada urusan ataupun masalah sama kalian." Jeje melipat kedua tangannya di depan dada. Wonyoung tersenyum manis sebelum dia menunjuk wajah Jeje dengan jari telunjuknya.

"Jisung. Jauhi dia," tegas Wonyoung.

"Cih, mauan. Jisung mana mau sama perempuan begini," cibir Jeje sambil menyeringai tipis.

Ia melirik sekilas ke arah pemuda bernama Jiji itu. Masih sama, dia tengah berbincang dengan Renjun dan juga Yera di sana. Sedangkan Sunji, dia sibuk melayani tamu—maklum, dia sedang berulang tahun hari ini. Jeje pun menghela napasnya, sungguh dia malas kalau berurusan dengan hal seperti ini.

Buang-buang waktu dengan omong kosong.

"Kau berani padaku? Wah, lihat siapa yang sangat sombong di sini," desis Wonyoung.

"Won, bukankah bakal seru kalau ada suatu atraksi di sini?" celetuk Eunbi sambil menaik-turunkan alisnya.

"Tentu saja." Jeje merotasikan matanya dan segera berangsur dari sana. Namun, tangan Jeje langsung ditahan oleh dua makhluk betina itu.

"Kalian mau apa sih? Lepas!" Jeje berusaha memberontak, tapi tidak bisa. Mereka dua orang, dan dia hanya sendiri. Tentu saja kalah tenaganya. Dua orang itu kini membawanya ke tepi kolam renang milik Sunji.

Ah ya, semua orang tengah melakukan konser kecil-kecilan dan juga menari. Jadi, tidak ada yang menyadari kalau Jeje sedang ditindas oleh dua perempuan itu. "Lepaskan! Caramu ini murahan sekali," umpat Jeje.

"Ck, maka aku akan tunjukkan betapa hebatnya murahan ini."

Wait, what?!

Byur!

Anjim.

Jeje tidak bisa berenang.

Seketika semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka ke kolam renang. Di sana ada Jeje yang berusaha untuk menggapai permukaan. Namun, sayangnya terlalu sulit. Entah berapa banyak juga air dari kolam yang sudah dia telan tanpa sengaja.

"Huaa, tolong dia! Astaga, Jeje tidak bisa berenang! Ayo cepat tolong dia!" pekik Wonyoung dengan raut wajah paniknya—pencitraan.

Jeje masih berusaha untuk menghirup udara sebanyak mungkin. Sunji, Yera, Renjun, dan Jiji segera mendekat ke kolam renang. "Jeje! Jun, bantuin! Jeje gak bisa berenang!"

Baru saja Renjun hendak melompat ke kolam, Jiji sudah masuk terlebih dahulu ke kolam tersebut. Jiji segera membawa tubuh Jeje ke permukaan. Keduanya basah kuyup sekarang. Perempuan berambut pendek itu kini menghirup banyak-banyak pasokan udara di sekitarnya.

Dadanya terasa sesak, perutnya pun kembung karena air kolam yang tak sengaja dia telan. Sunji segera mengambil handuk dan membaluti tubuh Jeje.

"Kau baik-baik saja? Siapa yang—"

"O-obatku, Sun," ucap Jeje dengan nada lemah.

Jiji tampak panik melihat kekasihnya tampak kesulitan bernapas. Belum lagi dengan perkataan Jeje tadi. Obat apa yang dimaksud gadis itu? Renjun, Yera, dan juga Sunji yang sudah mengerti pun segera memeriksa tas milik Jeje.

"Obatmu tidak ada!" pekik Sunji.

Jeje terbatuk-batuk, dadanya terasa semakin sesak dan kesulitan untuk bernapas. "Jeje kenapa?" tanya Jiji.

"A-asmaku ...."

Wonyoung dan juga Eunbi langsung membulatkan mata mereka. Keduanya benar-benar tidak tahu kalau Jeje memiliki penyakit asma, soalnya gadis itu jarang sekali terlihat sakit ketika di sekolah.

"Cepat bawa ke rumah sakit." Jiji mengangguk. Dia segera membawa Jeje ke dalam gendongannya dan masuk ke dalam mobil Renjun.

Renjun ikut sebagai sopir, mobil itu menyala dan segera melaju ke rumah sakit terdekat. Napas Jeje semakin tersengal-sengal, dadanya terasa dihimpit dan semakin kesulitan untuk bernapas. Jiji sangat panik, ini pertama kalinya dia melihat perempuan itu berbaring lemah di atas pangkuannya seperti sekarang.

"Penyakit asma itu seperti apa?" tanya Jiji.

"Itu ... anu, apa namanya? Oh, dia susah bernapas. Yang aku tau, Jeje menderita penyakit asma dari dia kecil. Faktor gen, ibunya juga penderita asma dan dia kena juga," jawab Renjun.

"Separah apa penyakit ini?"

"Kalau sudah akut, bisa menyebabkan kematian karena oksigen di dalam darah menurun dan karbon dioksida meningkat." Jiji tercengang, dia semakin cemas sekarang. Ia tidak mau kalau hal itu terjadi pada Jeje nantinya.

Mobil itu berhenti di depan rumah sakit. Jeje segera dibawa ke ruang UGD untuk penanganan. Baik Renjun ataupun Jiji, kini keduanya duduk di bangku rumah sakit sambil menunggu Jeje selesai ditangani.

Jiji benar-benar takut kalau sesuatu yang buruk akan menimpa Jeje. Dan ia berharap itu tidak akan terjadi. Jeje tidak boleh menderita sama sekali.

- TBC -

Haiii, apa kabar??

Makasih yak udah mampir chapter kali ini, dan semoga aja kalian suka🌚🌝 janlup buat komen wkwkwkwk

Bubay kalian💚💚💚

Ending Fairy | Park Jisung✓Where stories live. Discover now