4.4 : dream

330 83 6
                                    

Kangen gak?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kangen gak?

- ending fairy -


Kedua mata Jeje mulai berkaca-kaca, hatinya seolah-olah tergores oleh benda tajam berkali-kali. Ia tidak tahu apa tujuan pemuda ini mengajaknya ke sini—menyaksikan dirinya dan juga orang lain di depan sana.

Dejavu.

Jeje tidak mengerti mengapa perempuan itu mirip dengannya, lalu pemuda yang bersama dengan dirinya juga tampak tak asing. Tapi, siapa? Kenapa Jeje tak mampu menebak siapa namanya?

"S-siapa? Mereka ... kenapa aku ada di sana?" tanya Jeje dengan raut wajahnya yang bingung. Belum lagi air mata yang mengalir begitu saja tanpa permisi sama sekali.

"Kita. Mereka adalah kita," jawab sosok laki-laki di samping Jeje.

"Tidak, aku tidak pernah melakukan itu semua. Aku tidak ingat apapun tentang kejadian itu," sangkal Jeje.

"... aku tidak mengerti apa yang ibumu makan saat mengidam? Kenapa kau ... bo—polos sekali, huh?"

"Ibuku katanya mengidam sup jahe, kangkung bakar, kepiting saus tiram, asinan jamur, kue rumput liar, telur—" Jeje masih setia menyaksikan interaksi yang ada di hadapannya sekarang.

"Cukup. Cukup. Aku tidak peduli apa yang ibumu makan saat hamil," desis perempuan yang mirip sekali dengan Jeje di sana.

"Tapi, tadi kamu tanya makanan ibuku saat hamil. Jadi, aku jawab apa yang dikatakan oleh ayahku padaku."

"Ayo kita lihat yang lainnya lagi. Masih banyak hal yang harus kau ingat, Je," ucap pemuda tersebut sambil menarik lengan Jeje lagi. Perempuan tersebut kini berhenti, dia menghempaskan pelan tangan yang menarik lengannya.

"Siapa dirimu? Kenapa kau membawaku melihat ini semua? Lalu, kenapa kau bisa mengatakan kalau itu adalah aku?" seru Jeje. Wajah pemuda itu tidak terlihat dengan jelas juga. Hal itulah membuat Jeje sulit untuk menebak siapa orang yang ada di hadapannya.

"Apa itu penting? Kau akan tau jika sudah mengingat sebagian kecil yang kita lakukan." Pemuda yang belum diketahui bagaimana lekukan wajahnya kini mengusap rambut Jeje dengan pelan. Gadis itu terdiam mencoba mencerna semua perkataannya tadi.

Ingatan apa? Bukannya dia tidak mengalami amnesia sama sekali?

"Tapi—"

"Jeje, tunggu aku ya. Sebentar lagi. Jiji pastikan kalau semuanya akan baik-baik aja."

Napas Jeje tercekat, dadanya mulai terasa sesak dan kedua netranya kini berkaca-kaca. Suara berat itu ... kenapa dia seperti pernah mendengarnya? Orang yang ada di hadapan Jeje juga tidak asing baginya. Namun, siapa? Kenapa tidak ada satu ingatan akan pemuda itu yang terlintas dalam pikirannya?

"Kau berbohong. Aku bahkan tidak mengenali dirimu, bagaimana bisa kau memintaku untuk menunggu?"

Saat itu juga, sesuatu yang begitu kuat kini menarik tubuh Jeje entah ke mana membuat keduanya kini berpisah. Jeje memejamkan matanya ketika merasa bahwa dirinya akan terjatuh ke dasar di bawah. Kepalanya kini terasa pusing, suara-suara bisikan dan juga canda tawa kini memenuhi telinganya.

"Jiji gak mau kamu sakit."

"Itu, Jeje mau Jiji cium lagi?"

"Jeje suka kan sama ciuman tadi? Jiji juga suka kok, mau lagi gak?"

"Jiji akan sayang Jeje sampai kapanpun itu. Jiji janji akan kembali lagi, Jeje mau kan tunggu Jiji?"

"Sung, jangan pergi."

"Tidak! Jangan pergi, kau tidak boleh meninggalkan diriku!"

"Ji—Jiji," gumam Jeje. Dia menangis akan sebuah ingatan yang begitu menyesakkan dadanya. Ia memang tidak mengenali wajah pemuda yang ada di dalam benaknya, tapi dia mengenal dirinya sendiri yang sedang menangis ketika pemuda itu mulai menghilang.

"Jangan pergi," parau Jeje. Dia sesenggukan sambil memukul dadanya sendiri—sakit sekali. Semua ini benar-benar Dejavu. Jeje tidak tahu apakah dia harus percaya pada ini semua atau tidak?

- ending fairy -

Napasnya tersengal-sengal, keringat pun membasahi seluruh tubuhnya. Jeje tertegun di atas tempat tidurnya sendiri. "Tadi ... hanya mimpi?"

"Syukurlah." Jeje beranjak, dia mengambil segelas air di dapur dan meminumnya. Kedua netra itu kini melirik ke jam dinding. Ini sudah jam dua belas, itu berarti Jaehyun tengah tertidur dengan pulas di kamar.

Gadis berambut hitam itu memutuskan untuk pergi ke halaman belakang seraya membawa segelas air. Ia duduk di ayunan, lalu mengadah menatap langit malam. Suasana yang begitu tenang dan juga hening membuat Jeje tersenyum.

Semilir anginnya kini menyapa permukaan wajah Jeje, beberapa helai rambut juga ikut tersapu ke belakang akibat angin tersebut. Jeje menunduk, menatap lurus ke arah rerumputan—mengingat kembali mimpinya.

"Jiji."

"Dia siapa? Kenapa tidak asing denganku?" gumam Jeje seraya mendengus pelan.

Kepalanya kembali mengadah, ia memandang langit malam yang dihiasi dengan bintang-bintang di sana. "Jika aku memang mengenal siapa dia, maka aku mohon pertemukan kami kembali, Tuhan."

"Aku mungkin saja lupa tentang kenangan bersamanya, tapi aku yakin ... Tuhan pasti tau dengan jelas bagaimana hubungan kita di masa lalu," sambung Jeje. Kedua matanya menatap sendu rembulan yang tergantung indah di atas sana.

"Aku tidak bisa bertanya hal ini dengan kak Jaehyun. Dia tidak akan memberitahuku, itu berarti aku harus mencari tau sen—argh!" Jeje segera memegang kepalanya ketika rasa pusing yang luar biasa menyerangnya.

Kepalanya berdenyut seakan-akan ditusuk berkali-kali oleh ribuan jarum. Sakit sekali. Jeje meringis, napasnya memburu saat rasa pening itu masih melekat di kepalanya. Sececah bayangan kini memenuhi benaknya.

Jeje kembali mendengar suara berat itu terngiang-ngiang. Belum lagi wajah samar pemuda tersebut .... Gadis itu mengerang pelan, ingatan-ingatan aneh kini memenuhi isi pikiran Jeje.

"J-Jiji."

- TBC -

Hellowwwww

Apa kabar kalian semua??

Adakah yg greget sama Jeje?T_T

Aku cuma mau bilang makasih banyak udah luangin waktu kalian buat baca chapter yang gak terlalu panjang ini💚💚💚intinya sayang banget deh sama kalian. Eh iya, jangan lupa jaga kesehatan dan ...

Jangan lupa bahagia-! Ini wajib pake banget ya💚✨

Yang lagi ada masalah jangan lupa senyum💚💚 kamu hebat loh udah bisa bertahan sampai sekarang😗😗

Udah yak, see you gais~~

Ending Fairy | Park Jisung✓Where stories live. Discover now