36. Mereka Pun Mulai Bahagia

3.3K 195 20
                                    

Jangan lupa vote dan komentar!😁

Ini seperti special part dengan bagian yang sedikit banyak.

Kalian ingin bagian siapa yang lebih banyak?

Atau kisah siapa yang ingin kalian tahu?

-oOo-


Apa kalian sudah membaca bagian terakhir dari cerita ini? Pasti sudah, jika belum ayo mulai dari kisah intrik kisah cinta Javas dan Nara. Kalau tidak salah sebelum cerita ini ada, semuanya berakhir pada waktu Starlee yang sudah berusia dua tahun. Enak sekali, padahal dalam dua tahun yang sudah berlalu Javas dan Nara mengalami hiruk-pikuk, jungkir balik, dan kaki di kepala, kepala di kaki ketika merawat si bayi mungil.

Adaptasi menjadi orang tua lumayan menguras tenaga bagi Javas. Terutama dia harus menghadapi dua bayi. Bayi pertama Starlee yang memang masih kecil, lucu, dan menggemaskan. Bayi kedua ialah Nayyara―bayi besarnya yang super manja sedari dulu.

“Papinya Star, tolong ambilkan air,” pinta Nara saat Javas menggendong bayi mereka yang berumur dua bulan.

Nara sedang bersantai menonton Netflix. Javas hampir melakukan seluruh kegiatan mengasuh bayi karena tidak tega setiap mengingat betapa kesakitannya Naranya pasca melahirkan. Javas sempat mengambil cuti melahirkan (yang biasanya hanya dikhususkan untuk perempuan), iya untung perusahaannya sendiri kalau tidak Javas sudah didepak. Selanjutnya, Javas membawa pekerjaannya ke rumah kemudian membuat jadwal jaga bayi bergantian dengan Nara.

“Sayang, aku sedang menggendong Star,” Javas berucap sabar.

Nara menatapnya. “Jadi, kamu keberatan membantuku?”

Masalahnya, letak gelas air minum sangat dekat dengan Nara. Istrinya tinggal bergerak sedikit dari duduknya sudah sampai di nakas.

Javas menghela nafas panjang. “Tidak pernah keberatan.”

Javas dengan hati-hati meletakkan Starlee ke tempat tidur bayi di sebelah ranjang mereka lalu mengambilkan minum untuk istrinya. Pria itu meminta Nara geser ke samping karena sudah menjadi tugas Javas yang akan menina bobokan Star jika si bayi mungil terbangun tengah malam.

“You love her so much,” Nara berkomentar sembari meminum airnya. Nara menatap Javas yang mengusap-usap tangan Starlee.

“Tentu saja, dia bagian dari kamu dan aku.”

“Aku tidak pernah membayangkan seorang Javas bisa menggendong bayi dan bersikap lembut,” Nara menyandarkan kepala. “Tapi itu sering membuatku cemburu,” Nara mengakui.

Javas tertawa kecil. “Kamu cemburu dengan Star?”

“Hmm.”

“Apa kamu juga ingin digendong seperti Star?” Javas bertanya jahil.

Nara mengedipkan mata beberapa kali, dia takjub dengan ide suaminya. “Memangnya, boleh ya?” Nara mendekat ke arah Javas, merangkul leher pria itu.

Javas tersenyum sampai netranya melengkung menyerupai bulan sabit. “Boleh saja, kalau kamu pengen tulangku patah-patah karena gendong kamu. Mau aku jadi sakit?”

Nara cemberut. “Jahat, masa aku seberat itu.”

“Kalau dibandingkan sama Star, kamu berat banget, Sayang.” Javas berkata, dia mengubah posisinya jadi menghadap Nara. Pria itu mencium pipi istrinya. “Kangen kamu,” gumamnya.

Nara tertawa. “Aku selalu di sini, Chatu.”

“Lama enggak dengar kamu panggil aku Chatu.” Javas memberengut. “Kamu lebih sering panggil aku papinya Star dan Javas. Kesannya aku kayak kehilangan jadi diri,” protes Javas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Selesai] Perfectly Imperfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang