14. Sebuah Permainan

3.1K 415 222
                                    

"Kita bicara tentang kesalahan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kita bicara tentang kesalahan. Kita bicara tentang jatuh cinta. Kita bicara tentang kebersamaan. Namun, kita tidak pernah bicara tentang kita sebagai aku atau kamu, dua individu yang berbeda. Kita tak dapat menjadi kita, jika kita tak mengenal dekat kita sebagai aku dan kita sebagai kamu." ―Nayyara untuk Chatunya

-oOo-

“The reason it hurts so much to separate is because our souls are connected,” Nara menggumamkan kutipan favoritnya dari Nicholas Sparks. Ada rasa sesak karena kutipan itu sama dengan yang dialaminya sekarang.

Nara sedang gundah-gulana. Hatinya dalam fase melankolis sebab apa pun yang dirinya kerjakan merujuk kepada Javas. Sedari kemarin, kemarinnya lagi, dan kemarin kemarinnya lagi―pikiran Nara bertanya-tanya, apa dirinya yang salah atau Javas? Apa kesalahannya begitu besar sehingga Javas memutuskannya dengan mudah, setelah memperjuangkan Nara selama ini?

Apabila Javas mengakhiri hubungan ini segampang itu, percuma perjuangan Nara untuk meminum semua obat terapi kesuburan. Sia-sia juga dia menyisihkan waktunya untuk datang ke rumah sakit. Yang paling penting, Nara merasa jika ungkapan Javas soal betapa berharganya Nara pun ternyata kebohongan besar. Kalau Nara memang berharga bagi laki-laki itu, seharusnya tidak mudah bagi Javas melepaskannya.

Hah. Nara ingin melupakan, serebrumnya terasa akan meledak.

Aku harus move on, pikiran Nara berkata begitu. Lantaran yang terjadi sebaliknya, Nara terlalu memikirkan Javas hingga tak dapat memikirkan hal lain.

Aku sungguhan bisa gila. Nara menggerutu.

Nara tidak dapat melakukan banyak hal hari ini. Dia hanya duduk di kursi kerja, kubikelnya terletak di lantai lima. Nara belum mengenal banyak rekan satu unit yang jumlahnya hampir dua sepuluh orang. Sifat Nara yang lumayan tertutup dan Lucas―bosnya yang sering menghampirinya membuat rekan kerja Nara sungkan untuk sekedar mengakrabkan diri dengan gadis itu. Jadi lah, Nara sendirian di ruangan  ketika yang lain makan siang. Bukannya Nara tidak diajak, dia cuma sedang tidak enak badan serta pikiran. Nara enggan membuat semuanya semakin canggung akibat suasana hati yang buruk.

Nara menyibukkan diri dengan memainkan ponsel. Beberapa kali dia membuka dan menutup aplikasi chatting berharap ada satu nama yang muncul menanyainya sudah makan atau belum. Nara menunggu Javas menghubungi meskipun tahu jika pria itu marah. Satu minggu lamanya, Nara tak mendapatkan kabar dari Javas. Nara merasa satu minggu itu seperti neraka. Nara terlampau biasa mendengarkan suara dan keberadaan Javas. Kini Javas sungguhan menghilang, salah satu hal yang paling dibenci Nara ialah Javas yang tiba-tiba lenyap begini.

Nara tidak mengira jika pertengkaran kecil mereka berbuah asam. Menurutnya, dia hanya sedikit salah bicara. Kesalahan super kecil yang Nara kira akan dimaafkan Javas dengan mudah. Baiklah, selama ini memang Nara yang selalu meminta maaf, tapi Javas itu tipe orang yang bakal melupakan kesalahan Nara. Javas satu-satunya orang yang memaklumi Nara. Mungkin Javas sudah terlalu lelah untuk bertoleransi terhadap keegoisan kasihnya.

[Selesai] Perfectly Imperfect Where stories live. Discover now