21. Bagian Terbaik Dalam Hidupku

3.9K 418 114
                                    

Saat aku sadar kamu yang terbaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat aku sadar kamu yang terbaik ... aku tahu kamu tidak akan meninggalkanku sendirian.

Ketika kamu menjadi milikku ... aku tidak ingin kamu kehilangan apa pun karena aku.

Sewaktu aku mengatakan selamanya. Itu artinyai jika kita harus berpisah ... hanya usai umurku yang bisa memisahkan kita.

Karena memang tidak ada yang selamanya. Aku hanya berusaha menciptakan definisi selamanya untuk kita.

-oOo-

“Sampai kapan saya harus menunggu kalian main opera sabun?” Suara tegas dari seorang perempuan memenuhi rungu Damar dan Nayyara yang sedang berpelukan.

Jesalyn Lyla Mavendra tengah berdiri di ambang pintu sembari melipat tangan di depan dada. Tatapan wanita berusia awal tiga puluhan tersebut tampak mengejek. Dia memiliki ekspresi jengah yang kentara. Jesse ialah kakak perempuan Javas sekaligus yang paling tua dari generasi ketiga keluarga Mavendra cabang Subagyo. Jesse berdomisili di London kadang terbang ke New York untuk urusan bisnis. Dia tidak mempunyai cerita cinta karena sedari kecil pikirannya hanya terpaku pada cara memperkaya diri. Hubungannya serupa Tom dan Jerry dengan Javas, jarang sekali akur. Namun, jauh dalam lubuk hati keduanya saling menyayangi.

“Jesse!” Seru Damar, dia langsung melepaskan diri dari pelukan adiknya lalu berlari ke arah Jesalyn. Tanpa aba-aba Damar ganti mendekapnya. “Aku merindukanmu, cinta pertamaku Jesalyn,” lanjut Damar ceria, sepertinya air matanya tadi sudah susut. Emosinya berubah bahagia melihat kedatangan si perempuan bersurai panjang itu.

Tadinya Jesse tidak bisa hadir karena hari pernikahan Javas dan Nayyara bersamaan dengan rapat penting yang harus dipimpin Jesse. Akan tetapi, Jesse merelakan beberapa kerugian demi menyaksikan adik nakalnya yang lebih menyerupai kunyuk itu menikah.

Sementara mereka bercengkerama―hanya Damar yang terlihat ceria sedangkan Jesse tampak malas―Nara mendengus di tempat, menyesal sudah mengkhawatirkan Damar yang bersedih. Ternyata Damar baik-baik saja dan sekarang justru menghambur kepada Jesse dengan semringah.

Jesse yang tanpa perasaan pun mendorong Damar sekuat tenaga sampai teman masa kecilnya tersebut tersungkur ke lantai. Dia melirik Damar sebentar kemudian membuang muka.

“Dasar bodoh,” gumam Jesse jahat.

“YA! JESSE!” Protes Damar yang diabaikan Jesse begitu saja. Jesse sama sekali tidak menaruh prihatin atau merasa bersalah karena membuat Damar jatuh.

Nara menyeringai karena sang kakak mendapatkan balasan yang pantas.

Huh, masih saja bucin, gumam Nara dalam hati.

[Selesai] Perfectly Imperfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang