31. Kita Akan Bicara Besok

3.7K 391 306
                                    

Kita akan Bicara―twelveblossom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita akan Bicaratwelveblossom

Kita akan bicara,
Bicara perihal masalah
Bicara perasaan yang terluka.

Kita akan bicara,
tentang kita yang bersilang jalan
dan tidak tahu, kapan akan pulang.

Kita akan bicara,
jangan kamu menolak
dan berucap, kita akan bicara besok.

-oOo-

"Maaf, Nayyara." Itu kalimat yang diungkapkan Javas setelah sepuluh menit duduk diam di hadapan Nara.

Baru saja ada insiden kecil di antara mereka. Nara sempat bingung karena mantan kekasih Javas bertandang ke apartemen. Nara yang awalnya sibuk menghias kuku bersama Aria dan Lizzy sempat tercengang sebentar ketika mendapati Anastasya menekan bel apartemen lalu mengaku datang ke sana atas undangan Javas. Untung saja Lizzy yang waktu itu bisa lebih galak dari siapa pun dapat mengusir Anastasya Keils tanpa adu jambak. Ariadna yang bertugas menelepon si keparat (baca: Javas Chatura Mavendra) dan menenangkan Nara.

Nara yang awalnya syok, mulai tenang karena segelas susu coklat dan tentu saja kedatangan Javas yang memberikan raut menyesal. Nara enggan menatap Javas, dia menunduk sembari membelai perut. Dalam hati Nara bicara, 'it's okay, Baby Bala-Bala. Kalau tidak ada Papi, mami akan merawat kamu sendiri'. Iya, pikiran Nara sedang dipenuhi prasangka. Setenang apa pun dirinya sekarang, Nara sudah lelah.

Nara capek hidup dalam insecure karena Javas itu too good to be true. Javas bisa menjadi suami yang sangat baik, dia berkecukupan secara finansial, dan rupanya menawan. Namun, dari segalanya ... Nara tidak tenang karena selalu takut pada suatu saat Javas akan sadar jika Nara tidak pantas memilikinya.

Nara takut ada lagi wanita lain yang ada di sekeliling Javas. Nara berusaha meyakinkan bahwa dirinya sudah cukup untuk Javas. Akan tetapi, kejadian seperti ini selalu meruntuhkan keyakinan yang Nara kira sudah kuat. Sekali lagi Nara ingin menyerah, sungguh.

Hanya saja ... Nara tidak dapat hidup tanpa pria yang kini menatapnya dengan cintanya. Nara tidak akan sanggup.

"Tidak masalah." Nara berkata begitu.

Nara memberikan suara datar. Apalagi, yang Javas harapkan. Nara tidak mengusirnya dan bersedia mendengarkan penjelasannya saja membuat Javas bersyukur. Sayangnya, Javas terlalu gelisah untuk menerangkan yang sebenarnya. Akhirnya, bibir itu terkunci.

"Aku ingin pindah dari apartemen ini," ujar Nara lagi. Nara menarik nafas panjang. Dia hanya ingin pergi dari sini. Menghindari mantan kekasih Javas yang kemungkinan datang kembali. Nara enggan membuat pertengkaran di antara dirinya dan sang suami.

'Aku ingin pergi jauh sekali, Javas.' Batin Nara melanjutkan.

"Aku ingin kita tinggal di mana masa lalu kamu tidak akan pernah datang ke aku lagi. Bisa?" Nara memejamkan matanya. Dia meraih tangan Javas. "Kamu tahu aku mudah capek. Kalau kamu terus membuatku begini, aku akan sangat capek. Aku ... aku akan memilih kita berpisah saja―"

[Selesai] Perfectly Imperfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang