22. He Brings The Heaven To Her

6.2K 446 229
                                    

WARNING MATURE CONTENT!!!! +17? +21?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

WARNING MATURE CONTENT!!!! +17? +21?

"You are no longer virgin then and that happen because of me," kata Javas bangga.

-oOo-

"Cemberut terus," tukas Nara yang ia tunjukkan kepada laki-laki yang duduk bersila di hadapannya.

Javas dan Nara sedang bermain Uno. Mereka sama-sama tidak bisa tidur karena terlalu capek setelah pesta pernikahan. Awalnya, Nara yang insomnia lalu dia menjahili Javas sampai suaminya bangun. Javas tentunya tidak membiarkan Nara tidur terlalu malam, dia berusaha menina bobo Nara, namun si gadis tetap terjaga. Hasilnya, mereka main kartu berharap bisa mengantuk.

Javas membagi kartu lagi, mereka bermain putaran ke tiga. "Kenapa ya setiap main Uno sama kamu ... aku kalah terus?" gerutu Javas.

Nara mendekati Javas membuat ranjang mereka berderit. "Bukannya kamu ngalah sama aku, Sayang?" balas Nara sambil tersenyum karena ekspresi Javas yang lucu ketika dia memanggil Javas sayang. Laki-laki itu rupanya masih belum terbiasa.

Javas menggeleng beberapa kali agar dia tidak oleng, bagi pikiran si pria senyum dan suara Nara yang terlihat serta terasa menyenangkan. Raga Javas ini mudah sekali terpesona jika itu berkaitan dengan Naranya.

"Aku gak pernah ngalah tuh," lontar Javas serius.

"Berarti kamu kalahnya beneran, dong."

Bibir Javas semakin mengerucut. Dia mengangguk, mengakui dengan pasrah. Javas malam ini serupa anak balita yang sangat patuh. Si pria membiarkan Nara istirahat tanpa meminta ritual malam pertama apa pun. Javas dengan segera gosok gigi dan cuci tangan serta kaki sebelum naik ke ranjang sebab Nara tidak suka tempat tidurnya kotor. Javas membiarkan Nara menggunakan lengannya jadi bantal. Javas langsung pergi ke Indomaret terdekat membeli kartu Uno ketika Nara ingin begitu. Javas serupa jin botol yang mengabulkan setiap permintaan Nara dan tidak mengeluh sedikit pun. Dia ingin menjadi suami terbaik untuk Nara sedari awal, berusaha memahami keabsurdan istrinya.

"Tumben ya, Pak Javas yang pridenya setinggi langit bisa ngaku kalah," goda Nara.

Javas tidak menimpali dia justru bergerak mengecup pipi Nara. "Kita tidur ya sudah tengah malam," Javas berucap lembut mengabaikan ejekan Nara. Dia sengaja menempelkan bibirnya ke sudut bibir Nara agar gadis itu meringis geli.

Lucu, waktu mereka berkencan Javas dan Nara melakukan banyak hal yang lebih dari sekedar kecupan dan bertautan tangan, tapi ketika mereka sudah menikah tidak ada yang dikerjakan Javas selain mengobrol bersama Nara. Javas hanya tidak ingin terburu-buru. Mereka akan melakukannya nanti dalam waktu yang segera dan tepat. Lagi pula, Nara sedang dalam periode bulanannya jadi Javas sungguhan tak bisa berkutik meskipun Nara tadi sempat sangat kecewa karena tamunya datang pada saat yang tak tepat. Javas sih tidak terkejut. Dia sudah hafal soal siklus bulanan Nara, makanya dia sengaja tidak mengajak bulan madu ke tempat jauh dulu soalnya jelas Nara akan kram perut berdampak si gadis tidak akan menikmati perjalanannya. Nara menjadi kelewat moody saat memasuki minggu merahnya. Jadi, Javas tak ingin ambil risiko.

[Selesai] Perfectly Imperfect Where stories live. Discover now