1

85 9 23
                                    

"Bagaimana keadaan Anda hari ini?"

Netra cokelat Kwonjoo memandangi sosok di hadapannya. Sosok itu merupakan seorang pria yang terlihat berusia tak jauh darinya. Rambut pendek kecokelatannya ditata hingga poninya menutupi dahinya. Setelan formal berlapis jas dokter putih terlihat sangat cocok dengan parasnya yang kalem.

Dia adalah psikiater yang akan menangani Kwonjoo selama di bangsal perawatan ini. Namanya adalah Dokter Fater. Namanya tak terdengar seperti nama Korea, bahkan tanpa marga satupun. Saat pertama kali mendengarnya, Kwonjoo sedikit merasa ragu, tetapi ia memutuskan untuk tak begitu peduli soal namanya.

"Saya masih perlu sedikit beradaptasi, tetapi secara keseluruhan cukup baik," jawab Kwonjoo tenang.

Walau ekspresinya terlihat tenang, postur tubuhnya justru terlihat sangat tegang dan kaku. Mata Fater tak bisa ditipu semudah itu. Meskipun terhalang oleh meja kerja yang membatasi mereka, Fater cukup paham jika Kwonjoo saat ini terlihat tegang.

"Tenang saja, Nona Kang. Ini bukan sesi interogasi kok, anggap saja kita mengobrol dengan santai," ucap Fater dengan senyuman tersungging di bibirnya, mencoba untuk mencairkan suasana.

"Ah, maafkan saya. Sepertinya saya masih terbawa suasana tegang di kantor," balas Kwonjoo sembari tertawa kecil. Setidaknya, itu sedikit melunturkan perasaan canggung di antara mereka.

Fater merasa maklum melihat sikap Kwonjoo. Itu adalah sikap defensif yang ditunjukkan oleh seseorang yang berusaha menutup dirinya dari orang lain. Mengingat Kwonjoo bekerja di Pusat Panggilan 112 yang diharuskan untuk bersikap profesional di situasi apapun, sepertinya hal itu sudah menjadi suatu kebiasaan.

Pria berjas putih itu mulai membuka-buka sekilas berkas yang ada di atas mejanya. "Saya sudah membaca laporan tentang kondisi Anda dari dokter sebelumnya. Untuk saat ini, saya akan memberikan resep obat anti-kecemasan terlebih dahulu kemudian memberikan terapi untuk mengurangi gejala PTSD. Bagaimana, Nona Kang?"

"Ah, baiklah ...."

Meski melihat ekspresi kosong Kwonjoo, Fater tak mengatakan apapun.

"Baiklah, untuk hari ini cukup sampai sini dahulu. Pada pertemuan selanjutnya, kita akan diskusikan jenis perawatan yang akan kita lakukan."

"Terima kasih, Dokter."

Beberapa saat setelah Kwonjoo menutup pintu, Fater menghela napasnya. Ia menoleh, menatap seorang wanita muda berambut kemerahan yang diam berdiri di samping kanannya sejak awal. Pakaian seragam yang dikenakannya memperlihatkan bahwa wanita itu adalah seorang perawat.

"Bagaimana menurutmu, Perawat Jang?"

Untuk sesaat, Yeoul sedikit gelagapan saat dirinya ditanya semacam itu. Jarang-jarang dokter di sampingnya itu bertanya.

"Sejak awal konsultasi, Nona Kang Kwonjoo terlihat tak nyaman. Mungkin karena dia belum lama berada di sini sehingga butuh adaptasi lebih, Dokter."

"Menurutku juga begitu, tetapi sepertinya ada hal lain," gumam Fater. Ia kembali melihat sekilas berkas yang masih berada di tangannya.

"Omong-omong, bagaimana dengan Tuan Baek Nambong?"

"Akhir-akhir ini tidak terlihat jika Tuan Baek mengalami halusinasi. Namun, tadi siang ketika hendak memberikan obatnya, saya sempat melihatnya tengah menggumamkan sesuatu, meskipun saya tak bisa mendengarnya."

"Baiklah. Selesai sudah pekerjaan hari ini. Terima kasih, Perawat Jang."

"Terima kasih juga, Dokter."

Saat Yeoul pamit undur diri, Fater menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang empuk. Matanya menerawang ke langit-langit ruang kerjanya.

"Mengetahui dan menerima itu sangat jauh berbeda ... Nona Kang sadar jika ada yang salah dengan dirinya, tetapi dia belum bisa menerima bahwa dirinya mengalami PTSD. Namun tak apa-apa, ini masih awal."

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now