2

67 5 23
                                    

Sebelum mulai baca bab ini, disarankan untuk membaca bab "Karakter" bagi yang belum supaya lebih bisa membayangkan visualisasi tiap karakter 😉

.

.

.

Sejak tadi, Nambong sedikit kepikiran soal pasien baru itu. Sepertinya sudah lama dirinya tak tertarik untuk mencari tahu tentang seseorang, terutama setelah dirinya berada di rumah sakit.

Nambong sebetulnya tak ingin ikut campur urusan pasien lain, terlebih dirinya sendiri pun juga 'tak terurus'. Namun saat Nambong melihat wanita berambut seleher itu, Nambong langsung bisa tahu ekspresi mikro yang muncul di wajah wanita itu adalah rasa bersalah sekaligus tertekan yang berat.

"Kau kembali ke dirimu yang dulu, yang selalu penasaran."

Tak seperti sebelumnya, Nambong hanya terdiam saat Seol, halusinasi alam bawah sadarnya, kembali muncul dan berbicara. Nambong memilih untuk tak mengindahkannya dan fokus menyelesaikan rubik tercintanya.

Namun, kegiatannya harus sedikit terganggu saat telinganya mendengar langkah kaki beralaskan sandal rumah sakit berhenti di dekatnya.

"Permisi, bolehkah saya duduk di sini ...?"

Nambong mendongak. Mata amber beradu dengan manik cokelat suram.

Ternyata pasien wanita baru itu.

Nambong mengerjapkan mata sekali sebelum menjawab. "... Ya."

Duduk berjauhan di ujung kursi panjang dan keheningan yang mengelilingi beberapa saat, menciptakan suasana canggung yang kentara. Namun, Nambong sudah cukup dengan seperti ini. 

Atau mungkin, tidak sama sekali. 

Nambong merasakan sensasi menusuk di sisi kanannya. Bukan karena masalah fisik, tetapi Nambong menyadari ada orang yang terus-menerus menatapnya. Suasana canggung yang ia rasakan semakin aneh saja.

"Jika kau ingin mengatakan sesuatu, bicaralah." Nambong berucap tanpa beralih sedikitpun dari rubiknya. 

Dari sudut matanya, Nambong bisa melihat wanita itu sedikit tersentak. 

"Maaf membuat Anda merasa tak nyaman. Saya Kang Kwonjoo, salam kenal."

"Baek Nambong." Meski ada rasa ingin memperkenalkan dirinya dengan sebutan 'Frost', ia mengurungkannya. Mau bagaimana lagi, nama lahirnya memang seperti itu. 

"Sekali lagi, maafkan saya karena tadi terus menatap Anda, Baek Nambong-ssi. Saya hanya merasa Anda ... sedikit mirip dengan seseorang yang kukenal."

Nambong seketika menoleh. Kedua alisnya terangkat tinggi. Tentu saja, Nambong terkejut. Ini pertama kalinya ada seseorang yang mengatakan dirinya mirip dengan orang lain.

"Maksudnya?"

Oh, Nambong jadi bertanya-tanya apa yang dibilang 'mirip' itu. Apakah rambut putih alaminya, atau wajah datarnya, atau—

"Tatapan serta cara bicara Anda mirip dengan salah satu rekan saya dulu."

... Oh.

Mendadak, ada rasa penasaran yang menyeruak dalam hati Nambong. Dirinya jadi penasaran seperti apa orang yang dibicarakan oleh Kwonjoo hingga membuatnya memasang ekspresi campur aduk seperti itu.

"Seperti apa?"

"Saya memang tak pintar menilai secara akurat, tetapi menurut saya sinar mata nada bicara kalian sama-sama menyimpan luka pedih di hati kalian meski tertutupi oleh tatapan garang nan dingin."

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now