6

62 7 17
                                    

Beberapa hari ini, Nambong merasa ada yang aneh dengan dirinya.

Sejak kapan aku mulai ingin tahu tentang orang lain?

Pertanyaan itu selalu lewat di pikirannya saat ia mengamati Kwonjoo dari kejauhan selama beberapa hari terakhir. Memang, saat wanita itu baru saja masuk, dia merasa sedikit tertarik. Namun sebagai pembelaan atas harga dirinya, saat itu Nambong hanya sedikit tertarik soal ekspresi yang ditunjukkan Kwonjoo sejak awal dia masuk ke bangsal perawatan.

Berbeda dengan saat ini.

Nambong penasaran hidup macam apa yang dijalani Kwonjoo sebelum datang ke tempat ini.

"Tuan Baek?"

Nambong yang sejak tadi merenung sembari bermain dengan rubik kesayangannya, langsung mendongakkan kepalanya saat mendengar namanya dipanggil. Tepat di depannya, Fater berdiri dengan senyuman kalemnya.

"Bisakah kita bicara sebentar di ruanganku?" pinta Fater.

Alis Nambong tertaut, sedikit penasaran apa yang ingin dibicarakan oleh dokter itu. Dirinya hanya memberikan anggukan singkat sebagai jawabannya. Nambong mengikuti langkah Fater menuju ruang konseling tempat biasanya Fater bekerja.

Setelah memastikan duduk di kursi kosong depan mejanya, Fater pun sedikit berbasa-basi. "Bagaimana kabar Anda?"

"Seperti biasanya," balas Nambong. Dia tahu jika Fater hanya berbasa-basi, jadi dirinya pun menjawabnya dengan asal.

"Apakah halusinasi Anda sudah menghilang?"

"Bukankah itu masih terlalu dini?"

Alis Nambong berkedut pelan mendengar suara Seol yang tiba-tiba muncul di sebelahnya. Fater yang bisa melihat ekspresi Nambong yang mendadak terlihat kesal itu seketika terkekeh.

"... Sepertinya Anda masih memilikinya, ya."

"Setidaknya, dia muncul tak sesering sebelumnya," balas Nambong singkat. Memang benar adanya, kini Nambong tak begitu terganggu oleh halusinasinya, Seol tak muncul sesering dahulu ketika dia menyembunyikan gejalanya tersebut.

"Lalu, apa yang Anda ingin bicarakan pada saya?"

"Ah, iya," Fater yang baru saja teringat akan tujuan utamanya memanggil Nambong pun langsung berubah lebih serius. "Bagaimana menurutmu soal keadaan Yeonshik saat ini?"

"Harusnya Anda yang lebih tahu, bukan?"

"Mungkin saja dia mengobrol banyak hal dengan Anda?"

Helaan napas keluar dari mulut Nambong. "... Dia mulai kembali aktif seperti anak seusianya."

Fater terkekeh. "Yah, dia memang sudah jauh lebih baik. Bahkan kudengar dari Perawat Jang, Yeonshik sudah mulai berani untuk mandi secara mandiri. Terima kasih atas saran Anda saat itu. Walaupun itu sedikit berisiko, pertemuan Yeonshik dengan ibu dari sahabatnya itu berhasil memutus lingkaran rasa bersalah Yeonshik."

Manik kelabunya menatap lurus mata amber Nambong. "Lalu, bagaimana dengan Anda sendiri?"

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Nambong. Meskipun begitu, Fater sudah bisa melihat bahwa pria berambut putih itu sudah mulai memahami tentang masalah di hatinya.

Baginya, itu sudah merupakan kemajuan yang sangat bagus.

Maka dari itu, Fater ingin mencobanya sekali lagi.

"Tuan Baek, bolehkah saya bertanya?"

Kali ini, mata Nambong kembali fokus menatap Fater. "Silakan."

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now