22

52 5 3
                                    

Kwonjoo memandangi speaker miliknya yang sengaja selalu ia letakkan di meja nakas. Setelah konsultasi dengan bagian THT, dokternya mengatakan bahwa telinganya semakin pulih dan Kwonjoo bisa mencoba untuk mengurangi intensitas penggunaan masking device yang ia gunakan sebagai terapinya. Maka dari itu, Kwonjoo ingin mencoba tidak menggunakan alat itu saat terlelap nanti. Namun, sedikit keraguan terselip dalam hatinya untuk melakukan hal itu.

Ya sudahlah, semoga saja malam ini tidak mimpi buruk, Kwonjoo membatin lalu segera merebahkan dirinya di atas ranjang dan berusaha menejamkan matanya.

.

.

.

Meskipun cedera, kenyataannya telinga Kwonjoo tetaplah super sensitif akan suara kecil. Sejak dahulu, Kwonjoo memang mudah sekali terbangun karena terganggu oleh suara-suara.

Kwonjoo mengerjapkan matanya untuk beberapa saat. Saat kelima inderanya mulai fokus, Kwonjoo menyadari hal yang telah mengganggu tidurnya malam ini. Bukan karena ia mengalami mimpi buruk, melainkan gadis yang merupakan teman sekamarnya terlihat terus bergerak tak nyaman di ranjangnya.

"Minkyung-ssi? Jo Minkyung-ssi?" Kwonjoo memanggil nama gadis itu sembari menepuk badannya lembut. Namun, tak ada perubahan apapun.

Kwonjoo sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. Dia terlihat mengalami mimpi buruk yang membuatnya seperti mengalami hiperventilasi. Menyadari bahwa mungkin saja terjadi hal yang buruk, Kwonjoo bergegas keluar dari kamarnya.

Kwonjoo mengedarkan pandangannya di sepanjang koridor yang agak temaram, dirinya mengingat kalau biasanya ada perawat jaga yang berkeliling untuk mengecek tiap kamar pasien setiap beberapa jam. Saat menoleh ke sisi kiri koridor, Kwonjoo seketika tersenyum lega saat matanya menangkap sosok Yeoul di kejauhan.

"Perawat Jang!" seru Kwonjoo sembari melambaikan tangannya. Meskipin dirinya berseru, Kwonjoo berusaha mengatur volume suaranya supaya tak begitu mengganggu pasien yang lain.

Yeoul yang menyadari Kwonjoo memanggilnya pun mengerutkan dahinya.

Mengapa Nona Kang memanggilku di tengah malam begini? batin Yeoul. Ia pun bergegas menghampiri Kwonjoo.

"Ada apa, Nona Kang?" tanya Yeoul saat jarak antara dirinya dan Kwonjoo tak lebih dari dua langkah.

"Pasien yang jadi teman sekamarku ... sepertinya mengalami kejang atau semacamnya."

"Apa?!"

Yeoul bergegas masuk ke kamar, Kwonjoo pun mengekorinya. Dan benar saja, saat ini gadis bernama Jo Minkyung itu mulai berteriak histeris sambil menjambak rambutnya sendiri di atas tempat tidur. Yeoul meminta tolong pada perawat lain untuk memanggil dokter jaga serta membawakan obat penenang selagi dirinya berusaha menenangkan sang gadis dengan kata-kata.

Tak lama kemudian, Fater pun datang bersama dengan perawat lain yang membawa obat penenang. Obat itu langsung disuntikkan pada lengan Minkyung dan efeknya langsung bekerja hingga sang gadis pun mulai tenang.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Fater pada Yeoul.

"Saya pun tak begitu tahu. Saat saya datang, Jo Minkyung sudah seperti itu," jawab Yeoul.

"Sepertinya dia mengalami mimpi yang sangat buruk. Dia terus mengerang dan napasnya cepat," jelas Kwonjoo cepat. Fater menatap Kwonjoo sebentar sebelum mengembalikan atensinya pada teman sekamar Kwonjoo itu.

"Tolong pantau terus keadaannya," pinta Fater pada dua perawat di dekatnya setelah keadaan mulai tenang kembali. Helaan napas pelan keluar dari mulut Fater. "Padahal sudah lebih dari sebulan dia tidak seperti ini ...."

"Kalau boleh tahu ... Mengapa dia mendadak seperti itu?" Kwonjoo menginterupsi Fater dan Yeoul serta satu perawat lainnya dengan hati-hati. Ketiganya saling melirik satu sama lain untuk sesaat.

"Anda tahu kalau dia dirawat karena depresi berat, bukan?" Fater bertanya yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh Kwonjoo.

"Saat pertama kali dia kemari, dia mengalami kesulitan setiap saat mengalami halusinasi pendengaran. Namun, dia bilang suara-suara itu semakin lama semakin menghilang setiap malam ..." Fater mengalihkan pandangannya pada masking device yang mati milik Kwonjoo di meja nakasnya. "... sepertinya karena alat milik Anda, Nona Kang."

Kwonjoo ikut menoleh ke arah pandangan Fater dan menghela napasnya. "Pantas saja ...."

Fater menepuk pundak Kwonjoo dengan lembut. "Istirahatlah, Nona Kang."

Anggukan kecil Kwonjoo menjadi balasan dari ucapan Fater. Sang dokter dan para perawat itu kemudian mengundurkan diri dan keluar dari kamar.

Hening menyelimuti kamar itu. Kwonjoo berbalik dan memilih untuk duduk di atas ranjangnya, memandang teman sekamarnya itu dalam diam. Rasa kantuk kini sudah menghilang sepenuhnya. Biasanya memang Kwonjoo akan kesulitan untuk tidur kembali. Lagipula dirinya pun juga terkadang begadang, jadi mau tak mau Kwonjoo terbiasa untuk terjaga di tengah malam.

Mata cokelat terangnya menatap lurus, otaknya memikirkan apa yang terjadi tadi. Dirinya kembali teringat saat pertama kali bertemu dengan remaja yang menjadi teman sekamarnya itu. Tak banyak hal yang Kwonjoo tahu soal anak itu selain informasi yang umum diketahui di sini.

Jika ia ingat-ingat lagi, Kwonjoo tak pernah sekalipun mendengar suaranya. Saat Kwonjoo bertanya atau mengajak bicara, responsnya hanya anggukan atau gelengan saja, bahkan terkadang dia tak mengacuhkan ucapannya. Kwonjoo juga tak pernah bertemu pandang dengan anak itu, mengingat dia selalu menunduk sehingga sebagian wajahnya tertutupi oleh helaian rambut hitam panjangnya.

Kwonjoo menghela napasnya. Ada sedikit rasa bersalah karena secara tak langsung anak itu menjadi seperti itu tadi karenanya. Namun di sisi lain, Kwonjoo berusaha menepis pikiran itu.

Hingga pagi menjelang, Kwonjoo masih terdiam di tempatnya menatap ranjang seberangnya dengan alunan suara hujan yang lembut dari alat masking device yang meredam distraksi suara di sekitar ruangan itu.

.

.

.

Aneh banget ya bab kali ini? Sebenarnya ada beberapa alasan tersendiri mengapa aku up bab ini, tapi ada aja kendalanya yang bikin telat update 😪😪

Ada banyak hal yang kupikirkan untuk cerita ini. Namun, sulit rasanya merealisasikan pikiran ini ke dalam bentuk tulisan. Entah karena kurang diksi, imajinasi, atau semacamnya. Jadi maaf banget kalau semakin kesini rasanya makin lelet /bow/

Semoga aja bab berikutnya lebih ... Cerah? Doakan saja wkwkwk.

Karena cuaca akhir-akhir ini rasanya makin sering hujan, jangan lupa jaga kesehatan, guys! Karena sakit enak di liburnya doang, tapi nggak enak di sakit + setelah sakitnya wkwkwk.

See you!

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now