17

42 7 18
                                    

"Komandan Do!"

Entah sudah berapa lama Kwonjoo berjalan tanpa arah di sebuah gedung kosong sembari meneriakkan nama sang komandan tim. Kedua tangannya memegang sepucuk revolver hitam, telinganya terus bersiaga mendengar suara apapun yang bisa ia tangkap. Namun, gedung ini amat lengang. Begitu sepi hingga Kwonjoo pun jadi sedikit meragukan telinganya sendiri .

Saat melewati sebuah pintu, Kwonjoo mendadak berhenti. Telinganya mendengar suara mencurigakan yang berasal dari sana. Dengan hati-hati, tangan kirinya memutar knop pintu, sedangkan tangannya yang lain bersiaga dengan revolvernya. Kwonjoo langsung membuka pintu yang rupanya tak terkunci itu dan langsung mengacungkan senjatanya. Namun, seketika ia dikejutkan oleh pemandangan yang ada di depan matanya.

Komandan Do Kangwoo yang sejak tadi ia cari-cari, kini berada tepat di depannya. Dengan tubuh yang tergeletak di lantai semen yang dingin dan kubangan darah yang entah dari mana asalnya. Sontak, Kwonjoo berlari menghampiri sosok itu.

"Komandan Do! Apa yang terjadi?!" seru Kwonjoo sembari mengguncang pelan tubuh pria itu. Kedua manik cokelatnya mengalami dilatasi total saat melihat tangannya yang menyentuh bagian kepala sang pria bersimbah darah. Tanpa aba-aba, setetes air mata mengalir di pipi putihnya.

"S-siapa yang melakukan ini ...?"

"Bukankah itu kau sendiri, Direktur Kang Kwonjoo?"

Refleks, Kwonjoo kangsung membalikkan tubuhnya dan mengacungkan revolver miliknyake arah sosok pria berpakaian setelan jas hitam yang terlihat cukup berantakan. Sosok yang Kwonjoo kenali sebagai Kaneki, kakak Kangwoo sekaligus pemilik situs darkweb Auction Fabre, menyunggingkan senyuman miring.

"Kau tak percaya? Lihatlah jumlah pelurumu sendiri."

Dengan tangan yang gemetaran, Kwonjoo membuka bagian silinder revolver yang menyimpan peluru. Seketika Kwonjoo menjatuhkan senjata itu ke lantai saat menyadari bahwa satu peluru telah ditembakkan.

"Mustahil ...."

"Kau yang membuat Kang Woo mati."

"Tidak ...."

"Kaulah yang membunuhnya, Kang Kwonjoo!"

"TIDAK!!"

.

.

.

Kedua kelopak mata Kwonjoo seketika membuka lebar. Tubuhnya langsung berubah posisi dari tidur menjadi duduk. Napasnya terengah-engah, jantungnya berdetak kencang, dan keringat dingin membasahi tubuhnya. Butuh waktu beberapa menit hingga kondisi Kwonjoo kembali normal. Saat ia sudah bisa mencerna apa yang ia alami barusan, Kwonjoo hanya bisa termenung di tempatnya

Lagi-lagi Kwonjoo mengalami mimpi buruk di tengah malam. Isi dari mimpi-mimpi itu tak jauh berbeda, semuanya tentang kenangan saat malam kematian Do Kangwoo setahun yang lalu. Perasaan ini adalah hal yang paling tak ia sukai. Perasaan bersalah karena kematian Do Kangwoo, marah karena tak bisa membawa sang komandan untuk berobat maupun mencegahnya untuk mengorbankan dirinya, serta menyesal karena mereka belum sempat saling bicara satu sama lain.

Bagaimana jika saat itu dia tidak diculik oleh Kaneki?

Bagaimana jika dirinya tidak bersikeras untuk menangani kasus Auction Fabre milik Kaneki?

Bagaimana jika dia tak mencari Do Kangwoo hingga ke Jepang?

Bagaimana jika dirinya tak merekrut Do Kangwoo sebagai komandan timnya?

Guilty - Dr. Frost x VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang