13

56 6 5
                                    

Yeoul menggigit kuku jarinya, wajahnya menyiratkan kepanikan yang luar biasa. Tak hanya dirinya, para perawat dan dokter lainnya pun juga sama paniknya dengan dirinya. Semuanya saling bergumam satu sama lain dengan tegang.

Siapa yang tidak panik saat mengetahui kabar bahwa ada kemungkinan adanya teror bom di sekitar rumah sakit?

Yang pertama mendapat kabar tentang hal itu adalah Yeoul sendiri. Saat tengah berjaga sembari menulis laporan, ia mendapat telepon dari gedung rumah sakit utama untuk mengevakuasi pasien di bangsal perawatan karena beberapa tempat penting nan vital, termasuk rumah sakit, mendapat ancaman bom. Yeoul pun segera mengabarkan hal ini pada petugas lain, termasuk Fater yang tengah bertugas pada hari itu.

"Dokter Fater, bagaimana ini?" desak Yeoul panik pada Fater sebagai satu-satunya orang yang menjabat sebagai Profesor di antara mereka semua.

Saat Fater hendak membuka suara, suara derap kaki serta namanya yang terpanggil berhasil menginterupsinya.

"Dokter Fater, Perawat Jang."

Dilihatnya Kwonjoo, Nambong, dan Yeonshik yang setengah berlari menghampirinya. Bisa Fater lihat ketiganya memperlihatkan ekspresi yang berbeda, Kwonjoo dengan ekspresi panik dibalik wajah seriusnya, Nambong yang masih bertahan dengan wajah tanpa ekspresinya, serta Yeonshik yang tampak kebingungan akan apa yang terjadi. Yeoul yang juga mendengar namanya dipanggil pun berhenti menggigit kuku jarinya dan menoleh ke arah Kwonjoo yang memanggilnya.

"Ada apa, Nona Kang?" tanya Fater. Ia berusaha menjaga nada suaranya agar tetap tenang.

"Apakah kalian sedang membicarakan tentang ... ancaman terorisme di sini?"

Fater, Yeoul, dan sebagian besar petugas yang mendengar ucapan lirih Kwonjoo itu hampir tak bisa berkata-kata karena terkejut. Hal yang tak jauh berbeda juga dialami oleh Nambong dan Yeonshik.

"Dari mana Anda tahu ...?" tanya Fater bingung. Dia bahkan belum mengumumkan soal ini ke penjuru bangsal perawatan. Sedetik kemudian, Fater langsung tersadar akan tugasnya yang belum dilaksanakannya. "Tunggu sebentar, Nona Kang."

Fater langsung berbalik menatap Yeoul. "Bagaimana instruksinya?"

"K-kode ungu. Mereka meminta evakuasi seluruh pasien yang ada di tiap gedung karena ancamannya tidak menyebutkan secara spesifik dimana lokasi bomnya." Meski sedikit tergagap, Yeoul berusaha menyampaikan dengan lengkap.

"Cepat evakuasi seluruh pasien ke titik evakuasi sesuai prosedur!" perintah Fater cepat.

"Baik!"

Seluruh petugas yang berada di sana segera berhamburan untuk mengevakuasi para pasien yang ada di bangsal perawatan psikiatri itu, menyisakan Fater, Kwonjoo, Nambong, dan Yeonshik yang masih berdiri di sana. Terlihat jika tubuh Yeonshik sedikit gemetaran, lengkap dengan wajah panik yang amat kentara.

"Ini beneran ada ancaman bom ...?" Yeonshik bergumam lirih. Mengetahuinya, Fater menepuk sebelah pundaknya sembari tersenyum lembut.

"Ya, itu benar adanya. Karena itu, lebih baik ikuti yang lain pergi ke tempat aman. Kontrol rasa takutmu seperti yang kita pelajari selama terapi, oke?" ujar Fater lembut. Pelan-pelan Yeonshik mengangguk yakin. Fater beralih menatap Nambong. "Jaga Yeonshik. Kau tahu betul kondisinya, bukan?"

Nambong hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya.

Di sisi lain, Kwonjoo lagi-lagi hampir saja hilang fokus akibat gejala tinitusnya yang kembali muncul saat mengetahui tentang insiden bom itu. Untungnya, dirinya bisa menahan diri supaya tak ambruk dalam kekacauan seperti ini. Kwonjoo mengambil ponsel miliknya dari saku celana, dan segera mencari nomor kontak untuk menghubunginya.

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now