25

28 6 2
                                    

Pagi ini di ruang konseling, Kwonjoo duduk menghadap Fater yang memandangnya dengan senyuman kalem nan profesional yang selalu ditunjukkan pada siapapun. Saat ini Kwonjoo tengah melakukan sesi konselingnya, yang jujur saja, Kwonjoo tak begitu yakin ini sesi keberapa. Yang jelas, kira-kira sudah dua bulan dirinya berada di bangsal ini.

Entah mengapa, Kwonjoo tiba-tiba teringat dua bulan yang lalu, di tempat dan situasi yang sama. Hanya saja, pikiran dan perasaannya kini sangatlah berbeda, dan hal itu membuat Kwonjoo tersadar bahwa ternyata dirinya pun bisa bangkit juga.

"Kudengar Anda mengajukan perpanjangan cuti hingga tiga bulan?"

Kwonjoo menaikkan kedua alisnya, sedikit terkejut akan celetukan Fater. "Ah, karena kupikir saya tak seharusnya begitu terburu-buru ... Lagipula yang mengajukan perpanjangan cuti bukanlah saya, melainkan rekan saya, entah dengan cara apa."

"Dari yang saya lihat saat konseling kelompok, rekan-rekan Anda sangat suportif dan menyayangi satu sama lain, ya."

"Tentu saja. Mereka sudah kuanggap sebagai keluarga," balas Kwonjoo dengan senyuman kecil namun begitu tulus di bibirnya.

"Karena itu, saya pikir Anda lebih baik manfaatkan sekitar dua minggu dari sisa cuti Anda untuk menikmati kehidupan pribadi Anda selain di kantor dan bangsal ini."

Kali ini, Kwonjoo benar-benar terkejut sekaligus bingung. Dipandangnya Fater dengan tatapan bertanya-tanya. "Apa maksudnya, Dokter Fater?"

Fater melebarkan senyumannya. "Anda ingat tujuan perawatan ini, bukan?"

Kwonjoo berpikir sejenak. "Untuk menyembuhkan PTSD saya, bukan?"

Fater mengangguk ringan. "Memang benar itu adalah alasan yang paling jelas. Namun, yang paling utama yaitu supaya Anda dapat kembali menjalani aktivitas Anda tanpa terhalang gejala-gejala yang menganggu akibat trauma Anda." Senyuman itu masih belum lepas dari bibirnya. "Melihat dari kemajuan Anda, saya rasa kini Anda tak perlu lagi untuk terus dirawat di tempat ini."

Melihat Kwonjoo yang masih terdiam, Fater hanya bisa tersenyum maklum dan membuka salah satu buku serta pulpen yang ada di atas mejanya.

"Saya dengar dari dokter THT, katanya gejala tinnitus Anda membaik?"

Meskipun sedikit bingung akan arah pembicaraan Fater yang mendadak berubah, Kwonjoo mengangguk sedikit. "Saya hanya perlu menjaga frekuensi suara yang harus didengarkan. Selain itu, gejalanya sudah jauh membaik."

"Apakah Anda masih mengalami insomnia dan mimpi buruk?"

"Jauh lebih menurun dibanding sebelumnya."

"Apakah Anda masih sering tiba-tiba teringat akan peristiwa traumatis Anda?"

"Cukup jarang sekarang."

"Apakah Anda masih sering berpikiran negatif dan menyalahkan diri sendiri?"

Pertanyaan itu sedikit membuat Kwonjoo kesulitan untuk menjawabnya. Namun, di dalam benaknya terlintas rekan-rekannya di Tim Golden Time yang selalu mendukungnya.

"... Tidak," ucap Kwonjoo setelah jeda beberapa saat.

Fater memutar bukunya setelah mencorat-coret setelah beberapa saat, membuat Kwonjoo dapat melihat apa yang ditulis sang dokter. Ternyata itu merupakan semacam catatan perkembangan Kwonjoo selama di bangsal perawatan, dan Kwonjoo melihat satu kalimat yang dilingkari.

"Seperti yang tertulis di sana, perawatan Anda berjalan dengan sangat baik sehingga Anda dapat keluar dari rumah sakit ini dalam waktu dekat," ujar Fater, membacakan apa yang ia tulis di bukunya itu. "Anda telah berhasil menghadapi masalah Anda dan mengatasinya dengan baik. Meskipun begitu, Anda tetap harus mengikuti beberapa sesi rawat jalan untuk kontrol pengurangan dosis dan lainnya, setidaknya dua minggu sekali selama sekitar dua bulan."

Guilty - Dr. Frost x VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang