15

50 7 18
                                    

Saat membuka kedua matanya, yang Kwonjoo lihat adalah langit-langit ruangan serba putih yang cukup familiar untuknya. Digerakkannya kepalanya ke arah kiri dan kanan, mencoba melihat sekitarnya. Di sebelah kirinya, Kwonjoo menemukan speaker miliknya di atas meja nakas yang mengeluarkan suara alunan melodi yang menenangkan. Sedangkan di sebelah kanannya, Kwonjoo hanya menemukan infus yang digantungkan di tongkat infus.

Aku sudah kembali ke kamar inapku ...? Bagaimana dengan bom dan lainnya?

"Anda sudah siuman, Nona Kang?"

Kwonjoo sontak menoleh ke asal suara. Dilihatnya Fater bersama Yeoul yang berjalan mendekati ranjangnya. Kepalanya terasa berputar saat mencoba memaksakan diri untuk bangun, untungnya dengan sigap Fater dan Yeoul membantunya duduk dan menegakkan ranjangnya. Netra kecokelatan Kwonjoo menatap kedua orang yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan itu lekat-lekat.

"Apa yang terjadi? Pukul berapa sekarang? Bagaimana dengan ancaman bom itu? Apakah—"

Fater mengangkat sebelah tangannya, membuat Kwonjoo seketika bungkam. Pria berjas dokter itu melepas kacamatanya dan memijat pangkal hidungnya, ekspresi lelah jelas terlihat di garis wajahnya.

"Tenanglah, Nona Kang. Anda tak perlu terburu-buru," pinta Fater lembut. Mendengarnya, Kwonjoo hanya mengangguk pelan.

"Saat ini pukul sembilan malam lewat, Nona Kang," sahut Yeoul setelah melihat jam tangannya. 

Hampir empat jam aku pingsan ...? batin Kwonjoo syok.

"Dan untuk kasus ancaman bom itu ... Untungnya, semuanya sudah terselesaikan dengan baik tanpa ada korban jiwa," lanjut Fater. "Andaikan saja Anda telat semenit menemukan lokasi bom itu berada, tim pejinak bom takkan sempat untuk menjinakkannya."

Helaan napas panjang keluar dari bibir Kwonjoo. Ekspresinya menyiratkan kelegaan besar di wajahnya. Fater dan Yeoul yang mengetahui hal itu pun ikut tersenyum lega.

"Besok pagi akan ada pemeriksaan kondisi telinga Anda, mengingat sepertinya tadi tinitus Anda sempat kambuh," jelas Fater. Kwonjoo lagi-lagi hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya.

Fater memandang Kwonjoo selama beberapa saat. Mulutnya sedikit membuka, seakan ingin mengeluarkan sepatah kata lain. Namun sesaat kemudian, ia menggeleng kecil. Tindakan sesaat itu disadari oleh Kwonjoo yang menatapnya intens. 

"Beristirahatlah, Nona Kang. Sampai jumpa esok pagi," Fater dan Yeoul segera pamit dan hendak keluar dari kamar Kwonjoo. Namun langkahnya terhenti saat Kwonjoo membuka mulut. 

"Dokter Fater ... Bisakah kita berbicara sebentar?"

Mata gelap Fater beradu dengan mata cokelat terang milik Kwonjoo selama beberapa detik. Lalu ia menoleh ke arah Yeoul yang masih setia di sampingnya.

"Perawat Jang, kau duluan saja. Ini sudah lewat shift-mu, bukan?"

Yeoul segera paham apa maksud dari sang dokter psikiater itu. "Ah, ya. Kalau begitu, sampai jumpa esok, Nona Kang."

Sepeninggal Yeoul, Fater memosisikan tubuhnya menghadap Kwonjoo. Ia berjalan kembali mendekati sang wanita yang masih terduduk di ranjang rumah sakit.

"Apa ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan saya, Nona Kang?" tanya Fater kalem.

"Saya yakin Anda sudah menahan rasa penasaran Anda tentang apa yang saya lakukan tadi siang."

Satu kalimat yang diutarakan oleh Kwonjoo itu membuat Fater sedikit tersentak, karena apa yang dipikirkannya sejak tadi diketahui oleh Kwonjoo.

"Yah ... saya hanya ingin tahu saja. Saya tak ingin memaksa Anda, karena sepertinya Anda berusaha menyembunyikannya."

Guilty - Dr. Frost x VoiceOnde as histórias ganham vida. Descobre agora