5

73 8 2
                                    

"Saya ... Bisakah saya sembuh ...?"

Mendengar ucapan Kwonjoo membuat Fater diam untuk beberapa saat.

"Saya tidak akan menyerah, tentu saja. Karena itu ...," Fater tersenyum pada Kwonjoo. "... Yakinlah bahwa Anda bisa dan berhak untuk sembuh."

Mendengar kata-kata itu membuat Kwonjoo termangu. Ada perasaan sangat beruntung saat mendengar bahwa ada seseorang yang tak menyerah untuknya. Membuatnya sadar kalau dirinya tidak sendirian.

Karena itulah, Kwonjoo memutuskan untuk mencoba percaya.

"Terima kasih.

"Untuk ...?"

"Apa yang Anda lakukan saat ini dan seterusnya."

Kwonjoo menarik napas dalam-dalam.

"Setidaknya, suara-suara tak mengenakkan yang selalu mengganggu, kini mulai berkurang."

Apakah dia bahkan mengalami halusinasi pendengaran? batin Fater.

"Suara seperti apa?"

"Entahlah ...." Kwonjoo mengendikkan bahu. "Saat saya merasa stres atau tertekan, gejala tinitus itu terkadang muncul meskipun frekuensinya tak sesering sebelumnya."

Fater menyimak ucapan Kwonjoo dengan saksama, mengingatkan dirinya sendiri untuk mencatat semua informasi itu di dalam otaknya sebelum ia tulis di laporan nantinya.

"Nanti akan saya bicarakan lagi dengan dokter THT untuk menentukan pengobatan yang tepat untuk itu. Untuk sekarang, sepertinya kita bisa naikkan sedikit dosisnya," jelas Fater. Kwonjoo hanya mengangguk kecil.

"Lalu ketika Anda pingsan kemarin, aku sudah mendengarnya dari Tuan Baek dan Perawat. Namun, saya ingin mendengarnya darimu."

Dari sudut mata Fater, ia bisa melihat Kwonjoo sedikit tersentak. Kedua tangannya sedikit bergerak gelisah dan raut mukanya berubah gundah. Kwonjoo tak mengucapkan sepatah kata untuk sesaat, tetapi Fater tetap menunggu dengan sabar meski tak yakin jawaban apa yang akan ia dapatkan.

"... Suara ledakan."

"Ledakannya seperti apa? Dan apa yang Anda rasakan saat mendengarnya?"

"Entahlah ... Meskipun terdengar sedikit aneh, tetapi saya yakin itu suara ledakan, tembakan, atau semacamnya tepat ketika saya melepas earbud. Telinga saya mendadak berdenging kemudian hening seketika dan semuanya menggelap."

Fater mengangguk-angguk. Semua sama seperti apa yang ia dengar sebelumnya.

Kini, ia menanyakan apa yang hendak ia tanyakan sejak tadi.

"Bisakah Anda ceritakan pada saya mengenai ... mimpi Anda?"

Kali ini, Kwonjoo sama sekali tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia langsung menolehkan kepalanya pada Fater yang dibalas dengan tatapan serius. Sedetik kemudian, Kwonjoo memalingkan mukanya.

"Tak masalah jika Anda masih belum siap. Namun dengan memahami makna mimpi itu, kita mungkin bisa memecahkan masalah bawah sadar Anda," jelas Fater saat melihat ekspresi Kwonjoo yang campur aduk.

Otak Fater beputar keras memikirkan pasiennya satu ini.

PTSD memiliki beberapa gejala yang mengganggu, seperti ingatan berulang yang terjadi tanpa sengaja dan mengganggu, mimpi buruk berulang, flashback tentang peristiwa traumatik yang dialami, tekanan psikologis yang berkepanjangan, atau reaksi fisiologis seperti insomnia dan sebagainya. Pasien ini ... memiliki lebih dari satu di antaranya ....

Suara ponsel bergetar menginterupsi pembicaraan mereka berdua. Fater merogoh saku jasnya dan mengeluarkan ponsel miliknya. Dibacanya dengan saksama pesan yang ia terima sebelum membalasnya dengan cepat. Fater langsung beranjak dari kursi dan membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan, kemudian dipandangnya Kwonjoo yang masih duduk diam.

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now