4

64 8 0
                                    

Kwonjoo melihat jam yang terpasang di dinding dekat lobi lalu memandang sekelilingnya. Hal itu ia lakukan beberapa kali.

"Tidak biasanya sesepi ini," heran Kwonjoo. Seingatnya, tempat ini pasti ada beberapa pasien yang lalu-lalang. Tetapi kini terlihat sangat lengang.

Yeoul yang berjalan dari arah berlawanan, tak sengaja melihat Kwonjoo yang hanya berdiri diam dengan ekspresi bingung sekaligus penasaran. Ia pun memutuskan untuk menyapanya.

"Selamat pagi, Nona Kang!"

"Oh, pagi juga, Perawat Jang."

"Bagaimana keadaan Anda pagi ini?"

Kwonjoo tersenyum. Entah mengapa, sikap ceria perawat yang terlihat lebih muda darinya itu membuat Kwonjoo sedikit merasa lebih baik.

"Saya baik-baik saja. Jauh lebih baik, malah."

"Syukurlah kalau begitu."

Kwonjoo berjalan mengikuti Yeoul yang menuju ke meja resepsionis bangsal perawatan. Yeoul yang mengetahuinya pun tak merasa keberatan, justru mereka asik mengobrol. Yeoul merasa senang-senang saja mendapat teman mengobrol, melihat tak banyak perawat dan dokter yang menemaninya hari ini. Hanya ada segelintir perawat dan dokter residen berwajah lelah yang kebetulan mendapat jadwal jaga di akhir minggu.

"Ini perasaanku saja, atau memang hari ini bangsal perawatan terlihat sepi?" tanya Kwonjoo.

Yeoul memandang sekelilingnya sejenak. "Hari Sabtu di sini memang sepi. Sebagian besar pasien biasanya pergi dengan keluarganya dan kembali esok Minggu, sedangkan yang tersisa biasanya memilih untuk menonton atau tidur di ruangannya." Kedua mata lebar Yeoul beralih menatap Kwonjoo. "Nona Kang juga bisa izin keluar untuk bertemu dengan keluarga atau teman Anda, loh."

Mendengar ucapan Yeoul membuat Kwonjoo sedikit merasa getir.

"Tak ada yang bisa kutemui selain rekan kerjaku. Sayangnya, hampir dipastikan mereka tengah sibuk sekarang."

Untuk sesaat, Yeoul merasa aneh saat melihat ekspresi dan mendengar jawaban Kwonjoo. Lalu, ia menyadari satu fakta.

Di data pribadi Kang Kwonjoo, tertulis bahwa dia tak memiliki satupun keluarga maupun wali.

Buru-buru Yeoul membungkuk berkali-kali. "Ah, m-maafkan saya!"

Kwonjoo berusaha menghentikan Yeoul yang terus-menerus membungkuk hingga dirinya ikut merasa tak enak.

"Tidak apa-apa, Perawat Jang. Itu bukan masalah besar, kok," ujarnya sambil tersenyum kecil.

"B-benarkah ...?"

Entah mengapa di mata Kwonjoo, Yeoul terlihat seperti anak kecil yang berlinangan air mata karena baru saja kehilangan boneka kesayangannya. Hampir saja Kwonjoo mengelus rambut kemerahan Yeoul kalau ia tak menahannya. Karena itu, ia hanya mengangguk ringan.

"Berarti hari Sabtu bisa dibilang hari bebas, ya?"

"Bisa dibilang begitu, sih."

"Lalu, bolehkah saya pergi ke taman?"

"Tentu saja! Justru akan lebih baik jika Anda sering-sering menghirup udara bebas. Mau saya temani, Nona Kang?"

Kwonjoo menggeleng kecil. "Tak perlu, Perawat Jang. Tumpukan berkas itu terlihat tengah menunggu untuk dikerjakan," ucapnya dengan nada sedikit bergurau.

Yeoul melirik tumpukan map dan buku yang memenuhi meja, kemudian bahunya merosot. "Ah, iya ... Ada banyak hal yang masih harus kulakukan."

Melihat perawat di hadapannya lesu, Kwonjoo hanya bisa tersenyum sambil berucap, "Semangat bekerja, Perawat Jang."

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now