3

61 8 4
                                    

Di ruang konseling Dokter Fater, dua orang pria berbeda warna rambut tengah duduk berhadapan.

"Jadi, bisakah Anda memberi tahuku dengan lebih rinci, Tuan Baek?" Fater memulai pembicaraan dengan sebuah pertanyaan.

"Kami hanya berkenalan dan berbasa-basi saja. Sepertinya tadi dia mencari tempat yang tenang," jawab Nambong jujur. Toh, tak ada gunanya juga untuknya jika hanya diam.

"Hanya saja, ada satu pertanyaannya yang sedikit membuatku terkejut," lanjutnya dengan kalimat yang sedikit menggantung.

"Apa itu?"

"Katanya, saya mirip dengan seseorang yang dia kenal."

Fater hanya terdiam mendengar jawaban Nambong. Pikirannya tengah bekerja keras untuk memahami perkataan yang ditujukan Kwonjoo pada Nambong.

"Anda terlihat bingung, Dokter."

"... Apa?"

Nambong melengos dari tatapan Fater. "Saya hanya asal bicara."

"Mau bagaimana lagi, dia masih sulit untuk berbicara ...."

... Sama seperti kau dulu, lanjut Fater dalam hati.

"Anda sudah melakukan rapport*?" (*rapport: membangun hubungan awal yang baik antara konselor dan klien/pasien)

"Tentu saja sudah." Fater menghela napasnya. "Tetapi belum ada perkembangan yang signifikan."

Setelah terdiam sesaat, Fater mengangguk-angguk kecil sambil menepuk tangannya. "Baiklah, terima kasih untuk hari ini, Tuan Baek."

Paham jika dirinya telah dipersilakan untuk keluar, Nambong hanya balas mengangguk singkat dan beranjak dari duduknya untuk meninggalkan ruangan itu.

Fater menghela napas panjang setelah melihat pintu kantornya telah tertutup sempurna. Kedua tangannya ia renggangkan lebar dan punggungnya ia gerakkan ke kanan dan kiri beberapa kali, berusaha melepas rasa kaku dan lelah akibat terlalu lama duduk seharian ini.

Pikirannya kembali melayang pada Kwonjoo, pasien barunya yang belum ada seminggu dirawat di bangsal perawatan. Apa yang terjadi hari ini membuatnya sedikit merasa menyesal.

Sejak awal, Fater sudah diberitahu jika Kwonjoo cukup lama menjalani terapi untuk mengobati tinitusnya. Bahkan alasan Kwonjoo ditransfer ke departemen Psikiatri karena terapinya tak menunjukkan hasil yang positif akibat stres dan trauma yang dialaminya.

Namun, Fater pun juga akan kesulitan untuk merawat Kwonjoo jika wanita itu terus menghindari perasaannya sendiri.

"Pertama, Tuan Baek, lalu Yeonshik, sekarang Nona Kang ...." Sekali lagi, Fater menghela napas berat. "... Suatu kebetulan tiga pasienku yang punya akar masalah yang serupa."

.

.

.

"Kau dan aku berbeda dari orang biasa. Tak usah menyangkalnya."

Tuk! Tuk! Tuk!

Ctak!

"Apa yang kalian lakukan ini sia-sia saja."

"Tim Golden Time akan dibubarkan ...."

"Telingamu sungguh indah ...."

Cling ... Cklek ...

"Lebih baik mati sebagai manusia daripada hidup sebagai monster."

DOORRR!!

"AAHHH!!"

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now