19

37 5 5
                                    

Seperti biasanya, ruang santai menjadi ruangan yang paling sering ditempati oleh para pasien untuk menghabiskan waktu mereka. Ruangan terluas kedua selain aula di bangsal psikiatri ini terbagi menjadi beberapa bagian, ruang televisi di mana terdapat sebuah televisi berukuran cukup besar yang digunakan untuk menonton acara TV maupun film yang sudah diseleksi ulang sebelumnya. Kemudian ada sisi area berkumpul yang merupakan area terluas dengan adanya beberapa permainan meja dan kursi sofa. Di pojok ruangan terdapat beberapa rak buku dan meja baca yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pasien yang ada di sana.

Pagi ini, Kwonjoo tengah duduk di salah satu kursi yang ada di ruang santai. Tangannya tengah membuka berkas laporan kasus ancaman bom yang terjadi sejak sebulan yang lalu. Kemarin, Eunsoo berbaik hati memberikan salinan ini khusus untuknya—tentu setelah mendapat persetujuan dari Fater sebagai dokter Kwonjoo.

Setelah ia baca seluruh isinya, Kwonjoo hanya bisa menghela napas lelah. Kwonjoo merasa tak habis pikir dengan pola pikir kelompok yang bertanggung jawab atas teror bom yang terjadi belakangan ini. Di dalam hatinya, Kwonjoo memuji kinerja mereka yang berhasil menuntaskan kasus itu dalam kurun waktu sebulan saja.

Kwonjoo bersyukur kasus ancaman bom itu telah diselesaikan dengan sangat baik tanpa adanya korban jiwa. Setelah membaca laporan itu, Kwonjoo memahami betapa sulitnya mengusut kasus itu. Maka dari itu, Kwonjoo benar-benar bersyukur melihat seluruh timnya tidak tumbang.

Senyuman yang sedikit lebih lebar dari biasanya terpatri di bibir Kwonjoo saat manik matanya melihat tayangan televisi yang tengah menampilkan berita terkini yang menayangkan konferensi pers pihak kepolisian mengenai kasus ancaman teror bom di seluruh kota. Lebih tepatnya, Kwonjoo menonton rekan timnya yang tersorot kamera.

"Noona! Gongju-noona!"

Kwonjoo sedikit tersentak saat seruan  itu berhasil menarik atensinya dari layar televisi. Saat menoleh ke arah kirinya, wajah cerah Yeonshik langsung menyapa pandangan Kwonjoo.

"Sepertinya aku sudah bilang berkali-kali kalau namaku Kwonjoo, bukan Gongju, bukan?"

"Noona tahu sendiri kalau aku suka melihat reaksi orang-orang," Yeonshik terkekeh ringan. "Contohnya saja, aku suka melihat reaksi Perawat Jang saat kupanggil 'pendek' atau 'bar-bar', hahaha."

Mulut Kwonjoo terbuka, hendak menghentikan ucapan Yeonshik, tetapi itu sedikit terlambat ketika sebuah tangan menepuk pundak Yeonshik. Saat remaja itu menoleh, ia melihat Yeoul yang tengah tersenyum amat manis ke arahnya.

"Tolong ulangi lagi ucapanmu tadi, Kim Yeonshik?" ucap Yeoul dengan penuh penekanan. Membuat Yeonshik hanya bisa tertawa gugup. Dua jari Yeoul menyentil dahi Yeonshik hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Sontak, Yeonshik mengaduh sembari mengelus-elus jidatnya yang sedikit memerah.

"Ah, harusnya aku bicara lebih cepat padamu kalau ada Perawat Jang tepat di belakangmu," gumam Kwonjoo, sebelah tangannya menutup mulutnya, berusaha menahan tawanya.

"Oh iya, Nona Kang." Yeoul mengalihkan atensinya pada Kwonjoo. "Anda ingat jika hari ini ada pemilihan untuk Ketua Asosiasi Pasien, bukan?"

Kwonjoo mencoba mengingat-ingat perkataan Yeoul tempo hari. Ketika sudah berhasil mengingatnya, Kwonjoo mengangguk-angguk. Meski sudah mengingatnya, Kwonjoo masih tak begitu paham mengapa Yeoul berulangkali mengingatkannya.

"Oh, nanti siang ada pemilihan untuk Ketua Asosiasi Pasien?" sahut Yeonshik. Ia memandang Kwonjoo untuk beberapa saat dan beralih pada Yeoul.

"Sepertinya aku menantikan pemilihan kali ini," lanjutnya sembari tersenyum misterius. Kwonjoo sama sekali tak paham apa maksud perkataan dari sang remaja laki-laki itu.

Saat melihat Yeoul juga sama-sama tersenyum, Kwonjoo tak tahu lagi harus berpikir apa.

.

.

.

... Harusnya Kwonjoo bisa menebak soal ini.

Selain program perawatan langsung, bangsal perawatan memiliki beberapa program lain yang mendukung para pasien untuk dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Salah satunya yaitu Asosiasi Pasien.

Sejauh yang Kwonjoo ketahui selama berada di sini, Ketua Asosiasi memiliki tanggung jawab memimpin rapat reguler dan mewakili sesama pasien. Jabatan Ketua itu diberikan selama dua minggu, sebelum diadakan rapat kembali untuk menentukan Ketua Asosiasi berikutnya.

Selama dirinya berada di bangsal psikiatri ini, Kwonjoo pernah mengikuti rapat itu—itupun hanya sekali dan dirinya tak begitu memperhatikannya. Pemilihannya pun dilakukan secara demokratis, para staf medis tidak begitu ikut campur dengan hal itu.

Namun, sepertinya kali ini Perawat Jang Yeoul ikut andil dalam hal ini.

Kwonjoo tiba-tiba diminta ikut rapat, tiba-tiba diajukan menjadi calon Ketua, dan tiba-tiba menjadi seorang Ketua dengan suara bulat. Untungnya karena dirinya terbiasa menghadapi sesuatu yang mendadak, Kwonjoo bisa memahami dengan cepat apa yang terjadi hari ini.

"Apa ada yang ingin dikatakan, Nona Kang?" tanya Yeoul yang berada di dekatnya.

Kwonjoo menarik napas sejenak, kemudian dikeluarkannya satu pertanyaan yang sejak tadi berputar di otaknya. "Mengapa kalian semua memilihku ...?"

"Katanya Anda bekerja sebagai polisi, bukan?"

"Kupikir Nona Kang terlihat sangat cocok jadi Ketua, sih."

"Sebagai pembelaan, saya sama sekali tidak ikut campur, Nona Kang," bela Yeoul dengan sengiran lebarnya.

Kwonjoo hanya membalas ucapan Yeoul dengan senyuman canggung.

Anggap saja ini latihan sebelum kembali memimpin Pusat Panggilan, batin Kwonjoo berpikir positif.

.

.

.

Extra

"Halo, Ketua!"

"Selamat pagi, Ketua!"

Sejak pagi, Kwonjoo terus mendengar sapaan itu dari seluruh penjuru bangsal perawatan. Meskipun sedikit merasa canggung, Kwonjoo membalas tiap sapaan dari orang-orang di bangsal itu.

"Kupikir kau terbiasa berperan sebagai seorang pemimpin."

Kwonjoo menoleh pada Nambong yang tiba-tiba muncul entah dari mana dengan rubik kesayangannya. Kwonjoo terkekeh pelan mendengar ucapan pria berambut putih itu.

"Aku terbiasa untuk mengajukan diri duluan. Sepertinya ini pertama kalinya orang-orang tiba-tiba memilihku untuk jadi Ketua, rasanya sedikit canggung tapi menyenangkan juga," balas Kwonjoo dengan senyuman tipis di bibirnya. Nambong hanya membalasnya dengan sedikit lirikan, masih dengan tangan yang sibuk bermain dengan rubiknya.

.

.

.

Biasanya, masalah yang sering kuhadapi itu ada dua. Kalau bukan terlalu sibuk, ya terlalu malas 😃😃 /plak

Bab kali ini pembahasannya nggak begitu berat dibanding sebelumnya. Otakku sudah cukup berat memikirkan jalan kehidupan 😂

Bagi yang membaca Dr. Frost S3, mungkin agak familiar dengan isi bab kali ini. Yap, pembahasan soal Ketua Asosiasi Pasien itu muncul di arc [Angel's Share]. Namun, Kwonjoo nggak bakal mengambil alih peran Nambong pas bagian itu, kok. Tenang saja 😂😂

Omong-omong, pagi tadi (atau siang?) Lee Hana nulis pengumuman di postingan terbarunya. Katanya, dia bakal hiatus sebagai aktris selama kira-kira 1 tahun. Itu tandanya Voice 5 pun kemungkinan besar nggak akan tayang di 2022 😭😭

Tapi, sepertinya dia punya rencana project lain. Apapun project-nya, semoga lancar semuanya 😊😊
(dan aku berharap project-nya adalah rilis album lagu 😀😀)

Sekian untuk kali ini, sampai jumpa di bab selanjutnya~~

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now