16

54 6 13
                                    

"Pagi, Nona Kang!"

Kwonjoo mengalihkan atensinya dari jendela ke arah Yeoul yang memanggilnya dengan riang. Sepanjang Kwonjoo berada di bangsal ini, tak pernah ia melihat wanita yang berumur lebih muda darinya itu menyapanya tanpa penuh semangat.

"Pagi juga, Perawat Jang," balas Kwonjoo ringan.

"Bagaimana tidur Anda semalam?"

Mata Kwonjoo menerawang ke arah pepohonan di balik jendela yang kini dedaunannya sudah gugur sepenuhnya. "Meskipun masih sering bermimpi, jam tidurku kini tidak lagi selarut sebelumnya."

"Syukurlah," balas Yeoul senang. Ia mengikuti arah pandang Kwonjoo yang masih asik menikmati pemandangan dari balik jendela. "Sepertinya sudah masuk musim dingin, ya? Rasa-rasanya, semakin hari semakin dingin."

Kwonjoo mengangguk kecil. Sudah lebih dari sebulan berlalu sejak ia datang ke bangsal perawatan ini. Walaupun pelan, tetapi Kwonjoo tahu dirinya sudah lebih baik. Pendengarannya pun juga jauh lebih baik, setidaknya tinitusnya tak muncul sesering sebelumnya.

Namun, tetap saja Kwonjoo masih merisaukan tentang perkembangan kasus ancaman bom di rumah sakit bulan lalu. Eunsoo hanya datang sekali sejak kasus itu, dan dia terlihat seakan tak ingin merepotkan Kwonjoo untuk terlibat dengan kasus tersebut.

"Nanti akan saya jelaskankan semuanya, Direktur Kang." Begitulah yang dikatakan Eunsoo saat Kwonjoo menanyakannya.

Yeoul yang melihat Kwonjoo terdiam hanya bisa tersenyum tipis. Ia melihat papan dada yang ia bawa sejak tadi.

"Nona Kang, jangan lupa nanti siang ada sesi konseling dengan Dokter Fater."

Kwonjoo kembali menatap Yeoul. "Tentu saya ingat."

Yeoul mengangguk. "Nanti saya akan menemui Anda lagi. Sampai jumpa nanti siang."

Wanita muda itu segera pergi keluar. Namun, baru beberapa langkah, kakinya terhenti sejenak tepat di depan pintu. Yeoul teringat sesuatu.

"Oh iya, katanya Yeonshik diperbolehkan pulang sebentar lagi. Serta, beberapa hari lagi ada pemilihan Ketua Asosiasi Pasien."

Kwonjoo mengerjapkan matanya beberapa kali. "Eh?"

Melihatnya, Yeoul tertawa kecil sembari mengendikkan bahu. "Saya hanya memberi tahu saja, kok."

Setelah mengucapkan itu, Yeoul langsung keluar. Meninggalkan Kwonjoo yang hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya.

.

.

.

Fater melepas kacamata bacanya dan memandang Kwonjoo lekat-lekat.

"Perkembangan Anda cukup bagus," ucap Fater. Diliriknya sekilas berkas milik Kwonjoo di tangannya. "Bagaimana kondisi telinga Anda saat ini?"

Kwonjoo mengangguk, senyuman kecil tersungging di bibirnya. "Menurut Dokter, kondisiku juga mulai membaik."

"Syukurlah." Fater pun ikut tersenyum. Namun, senyumannya kemudian menyurut.

"Nona Kang, apa yang Anda pikirkan tentang kemampuan pendengaran super Anda?"

"Entahlah ...."

Helaan napas pelan keluar dari bibir Kwonjoo. Matanya menyendu saat menerawang ke arah jendela.

"Setiap mendengarkan ucapan keji, benci, menyakitkan, penuh dendam ... saya selalu berpikir kemampuan ini adalah sebuah kutukan. Meskipun saya menggunakan telinga ini untuk menyelamatkan orang lain, adakalanya saya mendengarkan ungkapan kebencian dari sang pelaku yang tak mengenakkan. Selain itu, mendengar tangisan pilu penuh penderitaan dari korban ...."

Guilty - Dr. Frost x VoiceWhere stories live. Discover now