Merasa kehilangan?!

410 29 0
                                    

Happy Reading!!

Semoga suka dan terhibur! Vote dan koment!!

Sejak kejadian itu Alyra pun berniat memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah besar ini dimana ayah angkatnya dari Ale benar-benar khawatir ketika Alyra tak berpamitan padanya namun hal itu tetap saja percuma karena Alyra sudah sedari dulu tahu jika dia akan pergi Hisza tidak mengizinkan begitu saja. Jadi Alyra tidak ingin kalau Hisza  melarangnya nanti. Biar Alyra saja yang pergi dan datang sesuka hatinya jika dia ingin masih tinggal disini. Hisza tak bisa mengaturnya kalau Alyra sudah menentukan pilihannya sendiri.

"Ale kamu berantem lagi sama Alyra?" tanya Hisza saat ia mendapati anak lelakinya itu terlihat santai meminum airnya.

"Ngapain juga dekat sama dia. Baguslah kalau dia pergi dari rumah ini. Toh dia kan anak liar mana betah kalau numpang ditempat orang lain." ucap Ale sedikit terkekeh. Hisza menahan emosinya mendengar jawaban dari sang anak yang begitu terdengar kurang menyenangkan.

"Seharusnya kamu bisa ngertiin dia Ale--?!"

"Ngertiin dia kayak gimana Pah? Ale gak pernah setuju jika terus hidup bersama kita. Lebih baik dia gak pernah ada sama sekali dari rahim wanita lain. Gara-gara dia Mama tega ninggalin Ale pah!!" ucap Ale tanpa sadar tak ingin mendengarkan Ayahnya.

Plak! Sebuah tamparan keras mendarat sempurna di wajah Ale. Hisza menatap marah dan penuh murka atas ucapan kasar anak lelaki itu. "Seharusnya kamu bersyukur kalau bukan dari ibunya Alyra mungkin kamu udah tiada sekarang! Sedangkan Mama kamu ninggalin kamu demi pria lain. Dasar anak bodoh! Masih saja mengharapkan belas kasihan ibumu yang membiarkan anaknya sendiri hampir mati!!" decih Hisza sinis ketika teringat mantan istrinya itu.

"Tapi Mama gak mungkin begitu Pah!!" sela Ale tak terima.

Ale menelan ludahnya pelan. Ia begitu terkejut mematung saat mendengar penuturan dari Hisza tentang kejujuran yang sebenarnya tersimpan selama ini darinya.

Flashback on

Saat itu beberapa tahun yang lalu Ale sedang asik bermain bola di halaman rumahnya. Ia terus memainkan dan melambungkan tinggi sesekali lalu menendangnya hingga bola itu akhirnya terpantul keluar dari pagar halaman rumahnya.

Riyolla tak begitu mengawasi Ale dan sedang fokus dengan gadgetnya sambil tersenyum senang. Tanpa menyadari jika Ale yang masih kecil berusia sekitar 5 tahuan lebih itu, keluar untuk mengambil bolanya kembali, dari luar pagar sana yang tidak tertutup dipinggiran jalan.

Hingga bunyi klakson nyaring memekakkan telinga mengejutkan semuanya. Tubuh kecil Ale akhirnya tertabrak oleh mobil yang melintasinya yang tak melihat jika ada anak kecil di tengah sana. Ale pun mengalami kecelakaan berat dan pendarahan yang cukup banyak hampir kehabisan darah setelah tiba dibawa ke rumah sakit.

Hisza yang benar-benar kaget jika Ale harus segera mendapatkan pendonor darahnya. Ia tak melihat adanya Riyolla sedang berada disini untuk menemani Ale. Melainkan hanya seorang wanita cantik berambut merah gelap seperti yang dikenalnya kekasih pasangan dari teman kerjanya ayahnya Alyra.

Hisza sempat heran melihat tak ada keberadaan Riyolla untuk menunggu sampai hasil pemeriksaannya keluar walau wanita itu tadi sempat ikut membawa Ale juga.

Kemana Riyolla? Kenapa tidak ada disini? batin Hisza berkecamuk.

Namun ternyata Riyolla tengah menemui pria lain yang seolah memaksanya, tanpa bisa mengkhawatirkan kondisi parah anaknya sendiri demi mementingkan urusan pribadi mereka berdua 
dan malah menitipkan Ale pada wanita lain yang kebetulan bersamanya tadi.

Hisza ingin marah sekali dengan istrinya Riyolla tapi dia kesampingkan dulu mengingat Ale dalam kondisi kritis. Untungnya wanita berambut merah gelap tadi mau mendonorkan darahnya tanpa pikir panjang saat tahu darah Ale juga sama dengannya. Hisza terperangah melihat keperdulian Merina pada anaknya walau bukan darah dagingnya dari wanita itu sendiri.

Mylovelly Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt