Mimpi mustahil

12.6K 274 8
                                    

"Ra gue mau nanya sama Lo." ucap Syella pada cewek berambut merah panjang berkuncir itu. Kini hanya tinggal mereka berdua setelah Molly dijemput duluan ketika dipinggir jalan.

"Lo serius masih ngejar Axel?" tatap Syella tidak yakin.

"Iya lah, emang kenapa. Masa nyerah gitu aja. Dia harus mengakui kalau gue itu pacarnya bukan musuhnya." jawab Alyra antusias. Mereka berjalan bersama dimalam hari. Alyra tidak masalah jika ada yang menemaninya pulang. Kalau dia sendirian mungkin Alyra harus meminta tumpangan gratis dengan temannya yang lain besok-besok.

"Lo sebenarnya tau kan kalau Rendra sama Mea itu mempunyai hubungan. Buat apa Lo ngebelain Mea tadi kalau Lo sendiri lebih dekat sama cowoknya? Gue bingung Lo itu mengejar Axel tapi dekatnya sama cowok orang. Gimana sih?!" tanya  Syella yang tidak habis pikir.

"Gue harap Lo harus tau batasan Ra, jangan sampai Rendra berpaling dan Axel membunuhnya, mungkin Lo juga kena akan meregang nyawa didetik terakhir lo." Lebih tepatnya sih Kevan sendiri yang akan melenyapkan hidup orang itu. Batin Syella meralatnya dalam hati. Saat memberitahu Alyra tentang hal ini. Syella lebih dulu berbisik tidak ingin suaranya terdengar oleh siapapun kecuali Alyra yang berada didekatnya.

"Gue sama Rendra gak ngapa-ngapain kok, jadi tenang aja,," jelas Alyra sedikit gugup mengatakan. Syella berdecih.

"Ta-tapi gue mohon Lo jangan kasih tau Axel ya kalau Rendra sering datang ke tempat gue sih. Eh, Kita cuma melakukan bisnis doang kok gak lebih,," sela Alyra terbata pelan sambil menahan malunya yang telah mulai diketahui oleh Syella.

"Bisnis gelap 'kan maksudnya?" cibir Syella bersidekap dada. Alyra melotot sambil meneguk ludahnya. "Ih kecilin suara Lo!!" Alyra langsung menutup mulut Syella sebentar.

"Iya-iya gue gak akan bilang apa-apa." sahut Syella malas. Cewek berambut bergelombang terurai panjang itu mengibaskannya sebentar. Alyra hanya tersenyum kikuk memilin sisi rok panjangnya dibawah.

"Kita berpisah disini ya. Rumah Lo masih jauh ya? Atau perlu sekalian gue anterin juga deh sambil nunggu mobil gue datang mau?" tawar Syella kemudian celingak-celinguk melihat sekitarnya sebentar.

"Gak usah, gue bisa pulang sendiri kok. Lagian gue juga udah terbiasa." tolak Alyra yang tidak ingin Syella lebih mengetahui keberadaan tempat tinggalnya.

"Eh, beneran Lo gak takut pulang malam-malam gini mana sepi lagi. Ih gue aja gak berani." Syella ingin mengajak cewek itu ketika mobilnya sudah tiba dihadapan mereka. Namun tetap sama Alyra menggelengkan kepalanya enggan.

***

"Rendra?! Kok lo malah disini sih?" Sengit Alyra saat melihatnya berada didepan rumah kecilnya itu. Ia sempat kaget, ia pikir ada orang lain ternyata cowok itu yang dikenalinya.

"Gue sengaja nungguin Lo pulang dari tadi." ucap Rendra menatap lama cewek itu dari motornya tempat dia bersandar sambil menghisap rokoknya dengan santai.

"Seharusnya Lo jagain cewek Lo Mea." ujar Alyra dengan nada suara yang terdengar berbeda kali ini. Rendra mengangkat sebelah alisnya. "Tumben Lo bahas dia?" cowok itu langsung membuang puntung rokoknya yang masih banyak sembarangan.

"Mulai sekarang Lo gak boleh lagi nyari gue! Atau perlu kita gak usah berteman lagi." Alyra melayangkan tamparan yang cukup keras ke wajah tampan Rendra hingga cowok itu meringis tertahan dan menatap tak percaya.

"Kok Lo tiba-tiba gitu sih? Emangnya Mea ada ngomong sesuatu sama Lo. Biar nanti gue yang jelasin." dengus Rendra berusaha untuk tenang walau ia tidak terima dengan perubahan Alyra yang mendadak marah padanya tanpa alasan yang jelas.

"Mending kamu lebih baik pergi aja deh Ren! Gue lagi capek!!" kata Alyra sedikit dingin sambil berlalu dari hadapan Rendra yang masih terpaku. Cewek merah itu langsung memasuki rumah kecilnya begitu saja tanpa mempedulikan Rendra yang masih membutuhkan dirinya.

Mylovelly Where stories live. Discover now