9

93.7K 7K 249
                                    

Hari ini pikiran Gavril benar-benar kacau bahkan ia tak fokus dengan setumpukan kertas yang ada di hadapannya, perkataan Alana semalam sungguh merusak moodnya. Ia merasa menjadi pria yang paling kejam karena sama sekali tidak peduli dengan ceritanya semalam dan ketidakpeduliannya justru mengganggu pikirannya.

Pikiran Gavril terbang ke masa lalu, lebih tepatnya 3 tahun yang lalu saat dirinya pertama kali bertemu dengan Alana.

Saat itu Gavril menemani adiknya menerima surat kelulusan di SMP Nusa Bangsa karena orang tuanya sedang ada urusan di luar kota jadilah Gavril yang menemani.

Saski memperkenalkannya dengan gadis bermata biru sekilas mirip bule, hanya sekilas. Gavril pertama kali melihat gadis itu kagum, mungkin karena kecantikannya atau karena senyumannya yang sangat manis.

"Kak Gavril, perkenalkan ini sahabat aku namanya Alana."

"Alana, ini kakak aku namanya kak Gavril."

Tidak ada yang spesial saat pertemuan pertama mereka.

Setelah masuk SMA mereka bersekolah di tempat yang sama dan Alana sering main ke rumah, Saski bilang karena Alana menyukainya tapi Gavril tidak menganggap serius, memangnya siapa yang percaya gadis 15 tahun menyukai bahkan mencintai pria 24 tahun. Kalaupun ada itu hanya sebatas rasa kagum.

Gavril lumayan dekat dengan Alana saat itu. Gavril, Alana dan Saski sering jalan, entah itu ke mall, ke kafe atau ke pantai.

Saat Alana naik kelas 12 ia sudah tidak sedekat dulu dengannya karena Gavril sudah punya kekasih dan siapa sangka kekasihnya Gavril adalah kakaknya Alana.

Pertemuan pertamanya dengan Airyn adalah di tempat reuni dan Airyn hanya menemani sahabatnya ke acara reuni tersebut, saat itu Gavril langsung jatuh hati dengan Airyn mereka bertukar nomor ponsel kemudian mereka dekat, sering jalan bareng dan akhirnya memutuskan menjadi sepasang kekasih.

Gavril pikir Airyn adalah jodohnya tapi ternyata ia menikah dengan Alana.

Lamunannya terhenti karena getaran ponsel yang ada di atas meja. Ia membuka chat tersebut ternyata dari Alana.

Alana : Kak, maaf ganggu kerjanya. Aku cuma mau titip beli seblak depan SMA-ku dulu. Aku ngidam itu.

"Aduh nak, kalau ngidam itu yang elite dikit."

***

Setelah pulang dari kampus Airyn langsung mengunci dirinya di kamar, Sejak hari pernikahan Alana dan Gavril sikap Airyn jadi seperti ini. Keluar kamar jika kuliah. Untuk makan pun jarang, bahkan sehari ia hanya makan sekali.

Lisa dan Winata khawatir dengan perubahan sikap Airyn yang kehilangan semangat hidup. Tapi mereka bersyukur Airyn tidak melakukan hal-hal buruk seperti clubing atau yang lebih parah bunuh diri.

Kalau Airyn sampai bunuh diri tidak lucu masuk koran. 'Seorang mahasiswi yang kini melanjutkan spesial kedokteran di Universitas Indonesia bunuh diri karena sang kekasih menikah dengan adiknya sendiri'

"Makanya kalau punya anak itu jangan terlalu dimanja, begini akhirnya kalau keinginannya tidak tercapai jadi uring-uringan begini!" omel Lisa ke suaminya yang baru saja pulang mengajar dari Universitas swasta di Jakarta.

Sedari kecil Winata memang selalu memanjakan Airyn, gajinya selalu ia sisihkan untuk memenuhi semua keinginan anak sulungnya itu tanpa terkecuali. Apapun permintaan Airyn selalu terpenuhi.

Bahkan saat Airyn ingin kuliah kedokteran yang biaya tidak sedikit Winata tetap menyanggupi, padahal Winata hanya seorang dosen biasa yang gajinya tidak sampai belasan juta perbulan. Tapi untuk uang pendaftaran Airyn saat itu ia rela menjual mobil BMW-nya dan hanya motor vario yang tersisa.

Alana (Sudah Terbit) ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن