31

84K 5.5K 137
                                    

Kalian banyak yang bingung dengan Abryan ya? Abryan itu bukan PHO atau semacamnya, Alana memang kenal Abryan di masa lalu dan Abryan di cerita Alana hanya sebatas lewat doang, dia punya lapak sendiri di sebelah.

***

Alana memperhatikan wajah Abryan dengan seksama, ia masih penasaran siapa sosok pria berwajah belasteran ini susah sekali mengingatnya tapi wajahnya sangat familiar, seperti pernah ia lihat sebelumnya tapi persis kapan dan di mana ia sama sekali tidak ingat.

Abryan yang merasa diperhatikan menaikkan sebelah alisnya. "Ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?"

Alana mengendikkan bahunya. "Aku merasa pernah melihatmu?"

Abryan tertawa membuat Alana semakin bingung. "Ternyata ingatanmu sangat payah! Awalnya aku memang tidak mengenalimu tapi saat bekerja aku mengingat kalau wajahmu tidak asing dan aku sudah ingat!"

Jadi benar dugaan Alana kalau mereka pernah saling kenal sebelumnya. "Memangnya apa yang kamu ingat?"

"Aku ingat kamu adalah Alana adik kelas kesayangan Lexa saat SMP, kalau tidak salah kamu kelas 7 dan Lexa kelas 9."

Alana ternganga mendengar cerita Abryan, ia jadi ingat tentang Lexandra, kakak kelas yang lumayan akrab dengannya tapi saat kelulusan dia menghilang begitu saja bahkan Alana tidak tahu keberadaan Lexandra sampai sekarang. Mengingat tentang Lexandra, ia jadi ingat pria yang ada di hadapannya ini.

"Kita terkadang jalan-jalan bertiga dulu. Apa kamu tidak ingat?"

"Iya, aku ingat! Lalu bagaimana dengan janjimu, apa kalian sudah menikah?"

Alana memang sedikit banyak tahu tentang hubungan Lexandra dan Abryan karena Lexandra sering menceritakannya apalagi dulu saat Abryan melanjutkan studynya ke Inggris, Lexandra bilang saat Abryan pulang nanti dia akan melamar Lexandra.

"Terkadang kenyataan tidak sesuai harapan! Ada hal yang tidak bisa aku jelaskan. Lalu di mana Lexa sekarang?"

Alana menghembuskan napasnya pelan. "Setahuku kak Lexa sangat mencintaimu dan mungkin sampai sekarang di masih menunggumu. Aku tidak tahu keberadaan kak Lexa sekarang."

"Jangan berjanji kalau ingkar, jangan memberikan harapan kalau hanya omong kosong belaka. Karena kita tidak tahu akan sesakit apa hati itu saat seseorang yang kita cintai tidak menepati janjinya sendiri," ujar Alana.

Abryan sangat paham dengan itu semua tapi ada alasan yang tidak bisa diungkapkan. Ketika keadaan yang menuntutnya untuk seperti ini. Ia bisa apa?

"Alana, jangan mengajari aku untuk menjadi pria yang baik sementara kamu sendiri belum menjadi istri yang baik."

"Maksudmu?"

"Kamu pikir perempuan yang sudah memiliki istri baik kabur dari rumah lalu tinggal di sama pria lain. Mungkin orang di luar sana akan berasumsi bahwa kamu——— ya you know lah gimana pendapat masyarakat."

"Aku melakukan ini bukan tanpa alasan!"

"Lari dari masalah? Lebih tepatnya seperti itu!"

"Semua orang punya alasan sendiri kan? Jadi kita tidak bisa menghakimi dia! Aku juga tidak akan menghakimi kamu karena kamu kabur dari rumah, aku tahu kamu punya alasan tersendiri. Begitupun aku, aku juga punya alasan tersendiri kenapa aku melakukan ini."

Abryan benar tidak seharusnya Alana hanya melihat dari satu sisi saja, jika memang itu keputusan Abryan ia harus menerima karena apa yang dikatakan Abryan itu benar, mereka punya alasan tersendiri.

"Aku senang-senang aja kamu tinggal di sini tapi aku rasa kabur itu bukan jalan terbaik. Kamu harus lebih dewasa lagi dalam menyikapi masalah, Alana."

Abryan menepuk pundak Alana. "Aku bukan bermaksud menggurui kamu, apapun alasannya, apapun masalahnya kabur bukan jalan terbaik dan itu hanya akan menimbulkan masalah baru. Kamu bulan lagi remaja labil yang kalau punya masalah kabur cari perhatian sana sini."

Alana (Sudah Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang