23

87.1K 5.5K 220
                                    

Vote dan commentnya ditunggu guys.

***

Karena ini hari minggu jadi Varel dan Zio menemani Alana membeli perlengkapan bayinya yang menurut hasil USG adalah berjenis kelamin perempuan. Yang paling bersemangat di sini adalah Zio, ia sangat antusias mencarikan baju-baju yang lucu untuk anaknya Alana yang diperkirakan lahir 2 bulan lagi.

Alana tidak seantusias Zio karena ia sudah merasa kelelahan menahan bobot perutnya yang besar. Ia memilih duduk dan biarkan saja mereka, yang memilih perlengkapan bayi Alana.

"Zio, jangan yang warna pink, norak!"

"Tapi dedeknya cewek jadi harus pink!"

"Nggak harus pink, bisa warna lain Zio!"

"Terserah Zio dong!"

Alana terkekeh geli mendengar perdebatan kakak beradik itu. Hanya karena pemilihan warna baju bisa membuat mereka beradu argumen dan tentu saja akan diakhiri helaan napas pasrah Varel karena Zio yang akan selalu memenangkan perdebatan.

"Zio, itu dot bayinya jangan yang gambar hello kitty, polos aja!"

"Abang jangan banyak komentar, selera abang itu jelek!"

"Zio kamu itu cowok kenapa suka seperti itu?"

"Karena ini bukan buat Zio ini buat dedek bayi!"

Varel lagi-lagi harus mengalah, ia membiarkan Zio memilih sendiri perlengkapan bayinya daripada mereka harus beradu argumen lagi dan Zio yang akan selalu memenangkannya.

"Zio itu lucu dan sangat menggemaskan, aku selalu tertawa dengan tingkahnya," ujar Alana saat Varel duduk di sebelahnya.

"Mana dada lucu dan menggemaskan, menyebalkan iya! Perasaan kecilnya gue dulu nggak semenyebalkan Zio deh."

Alana jadi ingat masa lalu di mana dirinya dan Varel bertetangga, bermain bersama dan pada akhirnya Varel yang harus pindah dan sekarang mereka bertemu lagi. Varel sudah seperti malaikat pelindung untuk Alana.

Ngomong-ngomong tentang malaikat pelindung, ia jadi kangen Azkil.

"Kangen Azkil," ujar Alana tiba-tiba.

"Kangen ya hubungi, kalau lo cuma pendam akan semakin menyiksa."

Mendendam rindu seperti memeluk kaktus.
Memendam rindu itu seperti menetesi alkohol ke luka yang belum kering.
Memendam rindu itu lebih nyeri daripada datang bulan.

"Kalau alasan lo kabur karena bang Gavril kenapa lo juga menjauh dari Azkil. Pasti ada alasan lain 'kan kenapa lo kabur?"

Alana memang memiliki alasan lain kenapa ia kabur dan ia belum siap menceritakan kepada siapapun termasuk Varel, rasanya lidahnya kelu untuk berucap dan hatinya akan semakin terluka jika mengingat itu semua.

"Gue cuma mau bilang apapun alasannya, lo nggak boleh lari dari masalah. Lo sekarang suami abang gue dan gue nggak mau dianggap perusak rumah tangga orang walau gue emang sayang sama lo."

***

Safira sangat kaget dengan kedatangan Gavril tiba-tiba, padahal Alana sedang bersembunyi di sini. Tapi Safira tidak mungkin mengusir keponakannya ini yang sudah jauh-jauh dari Jakarta ke Sidney.

"Gavril kamu apa kabar? Kenapa tidak bilang mau ke sini? 'kan tante bisa suruh Varel buat jemput."

Cih! Varel? Pengkhianat.

"Tidak apa-apa tante, aku 'kan sudah sering ke sini jadi tidak mungkin nyasar."

"Gavril mau makan apa? Biar tante siapkan."

Alana (Sudah Terbit) ✔Where stories live. Discover now