11

78.3K 5.7K 130
                                    

Tinggalkan vote ya.

Happy reading.

***

Dengan senyuman manis ia berjalan melewati koridor kantor ini, tampak sekali wajahnya sangat bahagia karena sebentar lagi ia akan bertemu pria yang sangat ia rindukan beberapa hari ini.

"Hai, mbak Ana!" sapanya ramah kepada sang sekretaris yang duduk di depan ruangan Gavril.

Yang disapa Ana pun tersenyum tak kalah ramah. "Mbak Airyn sudah lama tidak kelihatan."

Sebelum Gavril menikah ia sering datang ke sini sehingga lumayan dekat dengan sekretarisnya Gavril.

"Biasa mbak sibuk kuliah."

Airyn langsung masuk ke ruangan dengan langkah percaya diri, Gavril menyambutnya dengan senyuman bahagia. "Hai, Ryn. Tumben kamu datang."

Ia duduk ke pangkuan Gavril dan meraba-raba jakunnya yang menurut Airyn sangat seksi. "Aku sudah tidak bisa menahan rinduku, rasanya aku ingin mati."

Gavril terkekeh geli lalu mencium kening Airyn. "Aku lebih merindukanmu."

Airyn tersenyum puas mendengar jawaban itu karena Gavril masih mencintainya meskipun ia adalah suaminya Alana.

Posisi mereka sekarang sangat dekat, jika mereka mau bisa saja kedua bibir itu menempel dan saling melumat hingga kehabisan napas.

Gavril menggelengkan kepalanya dan langsung mendorong Airyn menjauh dari tubuhnya hingga Airyn hampir jatuh. "Ini salah, Ryn. Status kita sudah berbeda sekarang!" Gavril kembali fokus dengan lembaran kerja yang ada di hadapannya.

Sial, aku tidak berhasil menggodanya.

Airyn tampak kesal dan menghela napas beberapa kali. "Aku cinta kamu, kamu cinta aku. Lalu apa yang salah? Toh, Alana juga tidak akan tahu!"

"Karena aku adalah suami ADIK kamu sendiri!" Gavril menekankan kata adik agar Airyn ingat bahwa pria yang ia goda tadi adalah adik iparnya.

Ia berjalan ke arah meja Gavril dan pendangannya terhenti ke dua voucher dengan tulisan LOMBOK. "Voucher? Apa kita akan berlibur ke Lombok?"

Gavril mengangkat wajahnya dan menatap Airyn. "Bukan kita tapi aku dan Alana!"

Airyn menatap tak percaya lalu ia meraih dua voucher itu dan merobeknya hingga menjadi kepingan tak beraturan. "Kamu memang suami Alana tapi aku tidak akan biarkan kalian liburan, kamu hanya milik aku sampai kapanpun."

Gavril mengacak rambutnya frustasi. "Jangan karena aku mencintaimu jadi kamu bisa seenaknya mengatur hidupku, Airyn."

"Gav, kita saling mencintai sudah sepantasnya kita bersatu!"

"Aku sudah bilang kalau kita memang berjodoh cepat atau lambat kita bisa bersatu dan sekarang tolong biarkan aku menjalani kehidupan rumah tanggaku sebagaimana mestinya!" Gavril berbicara penuh ketegasan tapi masih dengan intonasi standar.

Airyn sudah tidak bisa menahan kedua kakinya lalu ia menangis terduduk di lantai. "Aku takut kamu mencintai Alana, aku takut kamu bukun jodohku, aku takut saat kita benar-benar berpisah justru aku tidak bisa melupakanmu dan aku takut sangat terjebak dalam kenangan masa lalu."

Airyn menghapus air matanya kasar. "Apa kamu juga seperti aku? Pasti jawabannya tidak karena hati kamu jauh lebih kuat daripada aku."

"Kamu pernah berpikir betapa sakitnya hati aku saat tahu Alana mengandung anakmu? kamu tahu betapa terlukanya aku saat harus membenci adikku sendiri hanya karena dia merebutmu dariku? dan kamu tahu betapa hancurnya hati aku saat kamu membaca ijab qabul untuk perempuan lain?"

Alana (Sudah Terbit) ✔Where stories live. Discover now