27

48.1K 4K 408
                                    

Thanks buat 100k readers.

Maaf kalau banyak typo. Lagi males edit hehe.

***

Di sebuah hamparan yang luas seorang pria tampan yang menggunakan pakaian serba putih menghampiri seorang perempuan cantik yang sedang duduk di bawah pohon rindang, perempuan itu sangat menikmati kesejukan dan keindahan tempat ini.

"Saski...,"

Karena merasa terpanggil wanita itu berdiri kemudian menoleh ke arah sumber suara.

"Kak Gavril, kenapa kakak berada di sini?" ia terkejut dengan kehadiran kakaknya yang seharusnya mereka sudah berbeda alam.

Pria yang bernama Gavril itu tersenyum yang membuat wajahnya semakin terlihat tampan. "Aku merindukanmu, bisakah aku berada di sini?"

Saski menggeleng kuat. "Tidak! Di sini bukan tempat kakak, pulanglah kak. Di sana banyak yang merindukanmu."

"Aku lebih suka di sini, tempat ini begitu nyaman dan damai."

"Akan ada saatnya kakak berada di sini tapi bukan sekarang, jangan membiarkan bayimu lahir tanpa seorang ayah."

Mendengar kata bayi membuat hati Gavril terenyuh kemudian ia mengangguk. "Baiklah, jaga dirimu Saski. Aku akan selalu merindukanmu."

Saski tersenyum. "Kakak juga. Aku pasti akan merindukan kakak."

Setelah obrolan singkat itu Saski dan Gavril berjalan ke arah yang berlawanan, berat untuk berpisah namun ini sudah takdir. Tuhan telah memanggil Saski terlebih dahulu.

***

Alana menatap nanar wajah Gavril yang sudah 2 hari belum juga sadarkan diri. Meronta kepada takdirpun percuma, menangis meraung-raungpun tidak ada tidak ada artinya, hanya doa yang bisa menyelamatkannya. Alana terus merapalkan doa agar suaminya cepat bangun.

"Apa sebegitu sayangnya kakak ke kak Airyn sampai kakak rela berkorban demi dia?" Alana menghapus air mata yang kini membanjiri pipinya.

"Kak, aku lebih baik melihat wajah dinginmu atau mendengar kemarahanmu daripada melihatmu terbujur kaku seperti ini dan tidak bisa mendengar suaramu."

Hati Alana terasa sesak, seakan ia tidak lagi sanggup bernapas. "Bukankah kakak pernah bilang sama aku, kalau kakak tidak sabar menantikan kelahiran buah hati kita. Kalau begitu bangunlah kak!"

Alana mencoba tersenyum meskipun sangat sulit. "Kurang dari 2 bulan dia lahir kak, ayo bangun ku mohon!"

Alana tidak sendirian di ruangan itu, ada Jasmin, Satria, Safira dan juga si kecil Zio. Bocah 5 tahun yang biasa bawel itu kini hanya diam memandangi Gavril. Jasmin dan Satria sangat terpukul melihat keadaan anak sulungnya, mereka takut jika Gavril menyusul Saski secepat ini karena hanya Gavril satu-satunya anak yang mereka punya saat ini.

"Abang kapan bangun? Zio kangen lihat wajah kesal abang karena ulah Zio. Maafkan Zio bang, ayo bangun. Kalau abang tidak bangun kasihan dedek Zea nanti tidak punya ayah."

Hati Alana semakin teriris mendengar perkataan Zio, ia takut anaknya terlahir menjadi anak yatim, ia benar-benar takut hal itu terjadi.

"Zio tidak boleh berbicara seperti itu, Zio berdoa kepada Allah biar abang cepat sadar," nasihat Safira yang diangguki oleh Zio.

Beberapa saat kemudian Airyn masuk ruangan bersama Lisa dan Winata tapi Jasmin tidak menyambut mereka dengan baik, ia menatap tajam Airyn yang kini sedang menangis melihat keadaan Gavril.

"Saya tidak sudi melihat wajah iblis di sini!" ucapan Jasmin sangat menohok hati Airyn, ia tahu kalau ucapan itu tertuju untuk dirinya. Sementara Winata dan Lisa hanya diam.

"Saya minta maaf tante, saya juga tidak berharap Gavril akan berlari ke arah saya lalu mendorong saya ke trotoar, sungguh tante!" ujar Airyn melemah dengan air mata yang terus mengalir.

"Dengar! Mungkin dulu saya respect sama kamu tapi tidak dengan sekarang! Kalau terjadi apa-apa dengan Gavril saya akan membawa kasus ini ke pengadilan!" Satria mengusap punggung istrinya agar sedikit lebih tenang. Satria bukannya tidak marah dengan Airyn tapi ia tidak ingin terbawa emosi karena itu tidak akan menyelesaikan masalah.

"Tujuan kami datang ke sini ingin meminta maaf secara khusus atas kejadian yang menimpa Gavril," Lisa yang sedari tadi diam saja akhirnya buka suara.

"Dan ini tidak sepenuhnya kesalahan anak kami, dia tidak bersalah. Gavril saja yang bodoh untuk apa dia menolong Airyn, oh apa Gavril masih SANGAT MENCINTAI Airyn?" Winata menekankan kata sangat mencintai.

Jasmin tersenyum miring dan menatap remeh Winata. "Saya kira karena anda dosen anda bisa lebih bijak menelaah masalah ini!"

"Untuk apa putri anda datang ke kantor anak saya lalu ingin bunuh diri di kantor anak saya?"

Skakmat! Winata tidak membalas perkataan Jasmin.

Jasmin beralih menatap Airyn. "Kalau kamu serius bunuh diri, kenapa harus di depan mata anak saya? Mau cari sensasi. Cih! Drama queen!"

"Dan tolong ya pak Winata dan ibu Lisa tolong didik Airyn agar menjadi perempuan yang baik!" Jasmin melirik Winata dan Lisa sekarang bergantian.

Alana yang sedari tadi diam saja, ia tertarik untuk buka suara. Alana menatap Winata lembut. "Ayah adalah seorang dosen, aku minta sebelum ayah mendidik mahasiswa ayah tolong didik dulu putri kesayangan ayah agar menjadi manusia sebenar-benarnya manusia bukan iblis berwujud manusia!"

"Kamu...,"

"Aku lelah cuma menjadi bonekanya ayah selama ini. Apapun yang ayah mau meskipun itu menyakiti hatiku, aku akan tetap menurutinya. Tapi sekarang? Aku sudah lelah yah, aku sudah jenuh."

Winata tidak sanggup berkata apa-apa, perkataan Alana sanggup menusuk hatinya, ia menatap wajah Alana yang kini sedang dibasahi oleh air mata.

"Dan buat kak Airyn, berhenti menjadi duri di antara rumah tangga aku dan kak Gavril. Tolong belajar ikhlas kak, jangan menghancurkan kehidupanku demi kebahagiaanmu," selama ini ia hanya memendam rasa sakitnya tapi sekarang hatinya sudah berteriak tidak sanggup.

***

Alana (Sudah Terbit) ✔Where stories live. Discover now