33

78.9K 5.6K 404
                                    

Kalian pasti penasaran 'kan apa jawaban Alana? Sama saya juga penasaran.

Ok, back to the topic!

Kediaman Satria sekarang sedang ramai, di sini sudah ada dua keluarga yaitu keluarga Winata dan keluarga Satria. Alana sengaja meminta jalan tengah yaitu berdiskusi antara dua keluarga untuk sesuatu yang harus dia putuskan.

Alana yang membuka percakapan pada sore hari ini, jujur ia gugup tapi mau tidak mau ia harus melakukannya agar masalahnya clear. "Ok, aku akan mulai bertanya kepada kak Airyn, apa kak Airyn akan tetap bunuh diri lagi jika tidak bisa mendapatkan kak Gavril?"

Rasanya ini seperti ada di pengadilan, Airyn dan Gavril sebagai terdakwa dan Alana sebagai hakim ketua dan yang lainnya sebagai saksi.

Airyn menghela napas kemudian menggeleng pelan. "Patah hati benar-benar membuatku buta hati dan buta pikiran tapi sekarang aku sadar apa yang aku lakukan kemarin tidak akan menyelesaikan masalah."

Mereka semua bernapas lega mendengar jawaban Airyn.

"Apa kakak tetap akan memperjuangkan kak Gavril?"

"Bohong, Na. Kalau aku bilang rela melepas Gavril buat kamu karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah rela. Tapi aku bisa apa sekarang? Gavril sudah menentukan pilihannya dan itu kamu bukan aku. Sekeras apapun aku berjuang tetap dia akan memilihmu!"

Alana sangat paham bagaimana perasaan Airyn, mereka dua orang yang saling mencintai tapi karena dirinya, Gavril sekarang meninggalkan Airyn, Alana tetaplah perempuan yang memiliki hati lembut, ia tidak akan tega menyakiti siapapun meski mereka selalu menyakitinya.

Sekarang Alana beralih menatap Gavril. "Tolong jawab jujur apapun pertanyaanku." Gavril mengangguk.

"Apa kakak masih ada rasa sama kak Airyn?"

Mereka semua memandang Gavril menunggu jawaban apa yang akan dilontarkan oleh Gavril.

Gavril meghela napas dan memejamkan matanya sejenak. "Tidak lebih besar dari rasa sayang aku ke kamu."

"Aku tanya apa kak Gavril masih ada rasa sama kak Airyn?"

Gavril terdiam kemudian ia mengangguk. "Hanya sedikit. Kira-kira 0,1%. Rasa sayang aku ke kamu lebih besar. Airyn hanya masa lalu, Na. Sekarang kamu masa depanku."

Alana melihat raut wajah Airyn yang hampir menangis, ia tidak tega melihat kesedihan kakaknya itu, tidak peduli sebesar apa Airyn menyakitinya.

"Laki-laki tidak masalah 'kan punya istri lebih dari sa———"

Sebelum Alana melanjutkan ucapannya langsung dipotong oleh Gavril. "Jangan bilang kamu mau dimadu?"

Alana mengangguk seraya tersenyum tipis. "Aku ikhlas!"

"Mama tidak setuju, mama takut Gavril tidak bisa adil. Itu tanggung jawabnya besar sayang." Jasmin ikut menimpali.

Lisa mengangguki perkataan Jasmin. "Dimadu itu bukan perkara ikhlas atau tidak! bunda tidak setuju. Jangan berbagi suami."

Winata yang sedari tadi diam saja akhirnya buka suara. "Kalau itu memang keputusan Alana kita harus setuju. Tidak ada salahnya berbagi 'kan?"

Dua wanita tua itu menghela napas kesal mendengar ucapan Winata yang justru setuju dengan usulan Alana.

"Tapi saya kontra, pak Winata. Gavril harus memilih antara keduanya, ia sudah menetapkan pilihan hatinya pada Alana jadi tidak ada lagi Airyn di antara mereka!"

Bukan Winata namanya kalau yang langsung mengalah. "Apa pak Satria tidak dengar itu adalah usulan Alana sendiri, saya hanya mendukung keputusan dia! Kalau dia memang mau berbagi kenapa kita harus menjadi penghalang?"

Alana (Sudah Terbit) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang