30

57.6K 4.4K 132
                                    

Alana bangun tidur di tempat asing, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah, kalau diingat semalam ia pingsan di jalanan dan sekarang terbangun di tempat yang mewah.

Ia mencoba bangun dari tempat tidurnya tapi perutnya sangat berat, Alana menghela napas mungkin beberapa minggu lagi ia akan melahirkan tapi ia belum siap untuk kembali ke rumah Azkil atau menampakkan diri di hadapan mertuanya, ia tidak ingin membuat mertuanya khawatir dengan kondisinya sekarang.

"Eh mbak sudah bangun," Alana terkejut melihat sosok pria berwajah setengah bule yang memakai jas putih dan ia menebak bahwa pria ini adalah seorang dokter.

Tapi tunggu, sepertinya Alana pernah melihat wajah ini tapi di mana ya. Di rumah sakit? Mungkin saja.

"Kamu siapa?" itu pertanyaan yang terlontar pertama kali dari mulut Alana.

"Perkenalkan nama saya Abryan, saya semalam melihat kamu pingsan di jalanan dan saya membawamu ke apartemenku dan yang menggantikan pakaianmu itu saya, maaf!"

Alana meneguknya ludahnya susah payah, ia ingin protes tapi pria ini sudah menolongnya.

"Murni karena saya ingin menolongmu," ujarnya.

Alana mengangguk. "Abryan? Wajah kamu sangat familiar, sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya."

"Iyakah?"

Kepala Alana masih terasa pusing, jika dipaksakan berpikir, ia pasti akan pusing lagi. Biarlah mungkin nanti ia akan mengingat sendiri siapa sosok pria berjas putih di hadapannya.

"Kamu mau makan? Biar setelah ini saya antar kamu pulang?"

Alana tampak berpikir sejenak kemudian ia menggeleng. "Boleh saya tinggal di sini sampai saya melahirkan? Saya belum siap ketemu keluarga saya."

Dari awal bertemu dengan perempuan ini, Abryan sudah punya feeling jika perempuan ini memang mempunyai masalah, Abryan menghela napas kemudian mengangguk. "Iya boleh, asal saya tidak dituduh menculik bumil ya," ujarnya dengan diakhiri dengan kekehan geli Alana.

Alana bersyukur ditolong oleh orang sebaik pria ini, sudah baik, tampan lagi dan pekerjaannya sangat mulia.

"Makasih ya."

"Sekarang giliran kamu memperkenalkan diri kamu."

"Nama saya Alana."

Abryan menganggukkan kepalanya. "Alana di meja makan saya sudah siapkan makanan, kamu tinggal makan sekarang saya mau berangkat kerja dulu."

Alana mengangguk kemudian pria itu melenggang pergi, ia masih penasaran siapa sosok pria itu, wajahnya sama sekali tidak asing sepertinya ia pernah bertemu beberapa kali dengan pria itu tapi kapan? Di mana? Memikirkan itu semua membuat Alana pusing.

Alana memperhatikan tubuhnya dengan dress ibu hamil berwarna biru dongker yang sangat pas di tubuhnya sepertinya ini masih baru.

Apa dia membelikannya khusus untukku?

Senyuman tercetak di bibir mungil Alana kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya karena perutnya sudah minta diisi, ia melihat beberapa menu sarapan sudah ada di meja makan. Ada susu, roti, nasi goreng dan telur dadar lalu ia mulai memakan selembar roti selai cokelat dan meneguk segelas susu, setelah menghabiskan sarapannya ia membawa ke dapur dan mencucinya.

Apartemen ini sangat sepi, sepertinya pria itu hanya tinggal sendiri di sini, tempat ini sangat rapi dan bersih walau tidak ada pembantu apalagi pekerjaannya dokter yang sudah pasti jadwalnya padat.

Kak Gavril apa kabar? Sudah sadar atau belum.

Alana ingin menghubungi Jasmin tapi ia baru sadar kalau ponselnya ketinggalan di rumah Azkil dan ia tidak mengingat berapa nomor handphone Jasmin.

Alana (Sudah Terbit) ✔Where stories live. Discover now