04 | Kecewa Sebelum Jatuh Cinta

87.8K 8.7K 320
                                    

I'm not saying that.

I think of you constantly,

but i can't deny the fact

that each time my mind wanders,

it always find

some way back to you.

(s.d)

⏱️

Butuh dua hari istirahat total untuk bisa membuat Azalea kembali fit sperti sediakala. Dengan pingsannya Azalea di kelab beberapa hari lalu, maka mereka bertiga meresmikan kelab malam sebagai salah satu tempat paling haram dikunjungi.

Terutama kalau bersama Azalea Prameswari.

Kalau nggak sih, cus ajalah yaw, lumayan bo', bouncer-nya bikin mupeng.

Hihihi.

Dan untuk menghindari segala tipu daya kedua sahabatnya, Azalea berkeras untuk makan siang di kantin bersama yang super ramai daripada harus makan di Mall lalu berakhir di tempat nista seperti dua hari lalu.

Kenapa sih, nek? Makan di Mcdnya aja deh, abis itu langsung balik, janji,” Bryan masih menggerutu tak rela harus panas-panasan di kantin.

Padahal tadi Lea lihat sendiri, mata Bryan berbinar ketika memesan semangkuk bakso rudal favoritenya.

“Terakhir lo ribut laper dan maksa gue buat cabut, kita berakhir di kelab. Ingat?”

Bryan memajukan bibirnya tak melanjutkan protesnya.

Malas menanggapi Bryan, Lea pun beralih pada Kania. “Kata bokap, lo bisa ke rumah sakit nanti sore.”

Bukan Kania, justru Bryan yang bereaksi. Bryan Abighael a.k.a Mikha Tambayong itu menolehkan kepalanya anggun pada Kania. Hidung lancipnya mengkerut mendengar kalimat Azalea. “Yey kenapa lagi, nek?”

“Enggak bisa tidur,” ujar Kania santai, gadis itu menyeruput es tehnya seraya memilah wortel dan brokoli di dalam tupperware. Padahal bekalnya hari ini makanan sehat semua, tapi ia tak berselera.

Seperti mengerti, Bryan hanya menganggukan kepala. Ia mendorong mangkuknya menjauh, membuat Lea dan Kania sontak menoleh. Tak biasanya Bryan Tambayong tidak menghabiskan makanannya, apalagi ini bakso kesukaannya.

“Yey nggak makan, ay nggak makan.”

“Iaaan,” mata Kania kini berkaca-kaca, dengan cepat ia memeluk tubuh pemuda gemulai tersebut, sementara Bryan menepuk-nepuk punggung Kania penuh sayang. Azalea tersenyum hangat memandang kedua sahabatnya. Meskipun sering bertengkar, tapi siapapun dapat melihat bagaimana Kania Santoso dan Bryan Abighael sebenarnya saling menyayangi.

“Hm, maaf, semua meja di sini penuh, boleh saya gabung?”

Suara itu otomatis menginterupsi Kania dan Bryan, sementara Azalea kini mengangkat kepala, menatap sosok yang berada di samping meja.  Mahesa Januar berdiri kikuk, namun senyum melengkung di bibirnya. Mata teduh itu menatap Lea lembut, membuat darahnya berdesir hebat.

Jangan terpengaruh Lea! Ingat di kelab kemarin! Dia sama aja kayak cowok lain!

Lea baru ingin menolak, ketika dua temannya berseru cepat. “Boleh!”

About ForeverWhere stories live. Discover now