13 | Suara Dalam Kegelapan

59.8K 6.7K 533
                                    

There is a crack in everthing.

That's how the light gets in.

(Leonard Cohen)

Esa sudah lupa kapan terakhir kali ia bisa tertawa lepas, sampai akhirnya Azalea, Kania dan Bryan mengajarkannya kembali cara bersenang-senang. Berhubung film yang Kania pilih diputar pukul delapan malam, jadilah beberapa jam di Mall mereka habiskan untuk bersenang-senang. Main timezone, naik bom bom car, sampai belanja ponsel baru untuk menggantikan hp Bryan yang tewas karena kembarannya Mahesa.

Sungguh hari yang luar biasa. Terutama bagi Kania dan Bryan.

Gimana nggak luar biasa, kalau mereka bebas hepi-hepi tanpa khawatir harus sabunan pake shampo di akhir bulan nanti?

Sering-sering deh ya Lea jalan sama Kak Esa, royal banget, cyin~

Saat ini mereka sudah kembali ke bioskop demi menunggu film yang diputar lima belas menit lagi. Mahesa dan Bryan tengah mengantre untuk membeli popcorn dan minuman, sementara Kania dan Lea menunggu di depan studio.

Sebagai orang yang tahu balas budi, Kania dan Bryan tentu saja sudah memiliki sebuah rencana yang sangat mulia. Dengan senyum ambigu Kania mengeluarkan empat carik tiket dari tasnya, lalu menyerahkan dua tiket tersebut pada Azalea, sisanya ia simpan untuk dirinya dengan Bryan.

Lea mengernyitkan dahi saat melihat judul film pada tiketnya. “K, perasaan tadi kita bukan mau nonton film ini deh?”

Kania mengulum bibirnya membuat Lea langsung memicingkan mata.

“Kania,” panggil Lea setengah menggeram. “Lo sama Bryan ngerencanain apa?”

“Hehehe,” Kania mengacungkan dua jarinya tanda damai. Ia tak mungkin kan terang-terangan mengaku pada Azalea bahwa ia dan Bryan sengaja membeli tiket dengan dua film berbeda. Film komedi untuk dirinya dan Bryan dan Horror untuk Lea dan Mahesa?

“Itu bagus kok Le filmnya, sumpah, suer  nggak bohong!”

Apalagi buat orang yang lagi pdkt kayak kalian, cocok banget pasti! Bisa peluk-peluk tiap ada setannya.

Bisa membaca pikiran sahabatnya, Lea hampir saja mencabik-cabik Kania. Untung saja Bryan dan Mahesa datang sebelum pertumpahan darah sempat terjadi.

“Kenapa, Lea?” tanya Mahesa melihat raut kesal Azalea.

“Dia beliin tiket kita beda sama tiket mereka coba?!” Lea menunjukan tiketnya pada Mahesa, seraya menatap Bryan dan Kania penuh permusuhan. “Mana filmnya horor lagi!” semprot Lea tanpa tendeng aling.

Bukannya mendapat dukungan Mahesa justru tertawa seraya mengacak rambut Lea. “Kamu lucu ya kalau lagi marah-marah.”

“Saya serius kak Esa.”

“Saya juga serius, kamu lucu kalau lagi marah,” kata Mahesa seraya tersenyum. “Lagipula, bukannya bagus, jadi kita berdua kan?”

“Hah?”

“Iya, kita jadi bisa nonton berdua,” kata Mahesa santai, tak sadar bahwa kalimatnya membuat jantung Azalea melompat tak karuan.

Bryan dan Kania saling melempar lirikan.

Mission completed!

Michael Kors aku datang~

“Kak Esa, Lea, kita duluan ya! Have fun!” Sebelum Lea mendapatkan kesadarannya, dan melanjutkan aksi ngamuknya Kania buru-buru berpamitan. Cewek itu menarik tangan Bryan, meninggalkan Mahesa dengan Azalea.

About ForeverWhere stories live. Discover now