16 | Seorang Tawanan

50.4K 5.7K 261
                                    

I wonder what i look like
in your eyes.

(Unknown)

Ia sedang diburu.

Mahesa membuka matanya perlahan, namun sejauh apapun matanya memandang, hanya warna hitamlah yang ia temui. Alih-alih di kamar perawatan,  seseorang justru membawanya ke sebuah ruangan gelap gulita. Mahesa ingin bangkit, tapi tubuhnya terikat pada sebuah kursi kayu.

Otomatis, tubuhnya mengkaku.

Ia tak lagi diburu, kini ia adalah tawanan.

Suara sepatu bergema, memantul di dinding, merobek keheningan yang merajai.   Langkahnya bertempo lambat, namun jelas tengah memangsa jarak.

Seseorang muncul dari ketiadaan, menyibak tirai kegelapan yang menyelimutinya. Napas Mahesa putus-putus. Keringat dingin membanjiri seluruh tubuhnya.

Ketika orang tersebut dapat dilihat rupanya, Mahesa tersekat.

Kini ia sadar, ia tak lagi memiliki peluang.

⏱️

Sampai di pagi datangpun, Lea masih tak mendapati satupun balasan dari Mahesa. Semua panggilannya pun terputus pada suara operator. Usahanya untuk mencari Mahesa di Kampus juga berakhir sia-sia. Tak ada satupun dari seniornya yang mengetahui keberadaan Mahesa. Pemuda itu lenyap seperti kabut.

“Coba di telepon lagi, Le,” ujar Kania mencoba menenangkan.

Lea menggelengkan kepalanya lemas. “Nggak bisa K, mail box terus.”

Seperti biasa, mereka tengah duduk di taman kampus dekat air mancur. Sejak tadi, Lea menscroll ponselnya, membaca semua portal berita online sambil berharap-harap cemas, bahwa tak ada satupun berita kecelakaan tadi malam.

“Kenapa nggak coba hubungin kembarannya aja? Ituloh, si bad boy caem,” kata Bryan membuat Kania menjentikan jarinya.

“Setuju! Cuma Ken doang harapan lo buat tahu keberadaan Kak Esa, Le.”

Lea mengerutkan dahinya. Ide untuk menghubungi Kenandra tampaknya bukan ide yang bagus, mengingat bagaimana hubungan kembar identik tersebut. Tapi Kania dan Bryan benar, cuma Ken yang bisa jadi benang merah di antara mereka.

Saat Lea tengah menatap ponselnya, Bryan tiba-tiba berseru heboh.

“Pucuk dicinta, ulam pun tiba.” Pemuda gemulai itu bertepuk tangan riang. “Baru di sebut namanya, sudah muncul, ulala~”

Lea dan Kania otomatis mengadahkan kepalanya. Tampilan Ken hari ini memang benar-benar berbeda dari Mahesa. Anting yang kemarin sempat dilepas kini bertengger lagi di telinga kiri Kenandra, dandanan rambutnya pun kini di gel ke atas, ripped jeans dan jaket kulit yang membungkus tubuh Ken, tampak kontras dengan kulitnya yang seputih pualam.

Dan yang paling menarik perhatian Azalea adalah mata elang penuh percaya diri itu tentu saja tidak dimiliki oleh Mahesa. Tak heran Bryan bisa membedakannya hanya dengan sekali lihat.

Lea menghela napas. Ia biarkan Ken menebas jarak di antara mereka. Sebelah tangan cowok itu memegang paper bag berukuran sedang sementara tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celana. Sangat Kenandra sekali.

Lea tahu ia sedang membutuhkan informasi dari Kenandra, tapi melihat mukanya saja sudah membuat Lea muak setengah mati. “Bryan, Kania cabut yuk, gue lagi males jadi tontonan.”

About ForeverWhere stories live. Discover now