24 | Seseorang Di Tengah Kerumunan

46.5K 5.3K 322
                                    

I thought,

I knew what

real pain felt like,

but I didn't

untill I saw the way

you looked at her.

(a)

⏱️

Ken merebahkan diri di ruang tengah apartemennya. Tangannya bergerak menggeser layar pada ponselnya. Lalu, sebentuk senyum terkembang saat sebuah pesan masuk ke benda pipih tersebut.

Azaleaku: Udah sampe?

Kenandra: Udah. Kenapa khawatir?

Azaleaku: GR! Udh ah gue mau tdr bsk sibuk. Bye!

Setelah membuang ponselnya ke sembarang tempat, pemuda itu memejamkan matanya dengan senyum melengkung di bibir.

Dua hari berlalu sejak kejadian di taman sore itu. Ken tak tahu apa efek dari kejadian tersebut, apa taman itu memiliki kekuatan magis, atau keisengan Bryan membuat Lea merasa bersalah padanya, namun yang jelas sejak hari itu Lea jauh lebih perhatian.

Setidaknya, Lea tidak ragu menanyakan keberadaannya setelah ia mengantar gadis itu pulang ke rumah.

Selain itu, keajaiban lainnya adalah Bryan bisa pulang dengan selamat tanpa lebam apapun selepas ulahnya di taman. Meski setelahnya, Ken membuat sebuah kesepakatan rahasia dengan pemuda itu.

Senyum Ken belum luput dari bibirnya ketika sosok Rully muncul dari balik pintu. Seperti biasa pemuda itu mengenakan kemeja denim yang lengannya di lipat sampai siku. Rambutnya yang hitam jatuh tepat di atas kulit pualamnya.

Pemuda itu menjatuhkan diri di atas sofa, seraya menggelengkan kepala.

"Lo udah gila senyum-senyum sendiri?" tanya Rully sembari mengambil bir kalengan di atas meja.

Ken tertawa geli. "Ngatain gue gila kayak lo sendiri waras aja, inget Rul, kita sama, biasa dipanggil orang gila."

Rully mengangguk membenarkan. Ia menghirup birnya sebelum menenggaknya, rasa pahit yang terkecap dilidahnya tentu tak pernah sebanding dengan realita di depan matanya.

"Lo nggak capek Ken begini terus?" pertanyaan Rully membuat Ken menolehkan kepalanya.

"Maksudnya?"

"Iya, lo nggak capek begini terus?" kata begini yang ditekankan Rully membuat Ken mengerti arah pembicaraan mereka.

Ken tersenyum, tapi sebersit kesedihan terbit di mata gelapnya. "Gue masih bisa bertahan, Rul."

"Lo udah ketemu Prama di rumah Lea kan?"

"Cuma hari pertama, sisanya gue lebih sering ketemu Tante Kinara," jelas Ken. Ia tentu tak perlu menceritakan pada Rully bahwa besok atau lusa-atau kapanpun ketika ia sudah cukup siap-Ken akan mendatangi Prama, meminta pria itu memaafkannya, mengemis agar pria itu bisa berada di pihaknya.

"Udah dengar kabar Mahesa?" pertanyaan Rully yang tiba-tiba berbelok membuat Ken bangkit dari posisinya, ia berbalik agar bisa menatap wajah Rully.

About ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang