22 | Titik Balik

53.7K 5.7K 483
                                    

There are so many fragile things, after all.

People break so easily, and so do dreams

and hearts.

( Neil Gaiman)


“Ya ampun Le, gitu aja ngambek!” Bryan menyentakkan kepalanya kesal, sementara Kania masih sibuk menusuk-nusuk lengan Lea dengan jari telunjuknya, berusaha mendapatkan perhatian Lea. Lea tampak tak peduli, gadis itu justru menyedot es jeruknya tanpa menganggap keberadaan Bryan dan Kania.

“Tau nih, ambekan banget, lagian bukannya bagus, ya? Kan jadi nyokap lo setuju lo sama Ke—nandra.” Mendapatkan tatapan datar dari Lea, Kania buru-buru membungkam bibirnya. Ia tak ingin cari masalah. Cukup seharian ini ia dan Bryan dicuekin Lea gara-gara ngadu ke Mami Kinara kemarin, jangan sampai omongannya yang sembarangan membuat ia dan Bryan harus ditendang jauh-jauh dari daftar teman Azalea.

Sadar bahwa kedua sahabatnya tidak akan berhenti mengganggunya sampai ia memaafkan mereka, Leapun menjauhkan gelas es jeruk di hadapannya, lalu bersidekap seraya membagi tatapan matanya antara Kania dan Bryan. Seperti anak kecil yang ketahuan mencuri permen, Kania dan Bryan sontak menundukan kepala, mereka bersiap mendengar omelan panjang Azalea.

“Gue nggak akan curhat apapun lagi sama kalian,” tandas Lea pedas, matanya masih memicing menatap kedua sahabatnya.

“Yah, jangan gitu dong, Le! Marahnya sama Bryan aja, yang keceplosan kan Ian bukan gue.”

Bryan mendelik ke arah Kania lalu berdecak, pemuda itu melayangkan tatapan tajam, lalu berseru kesal. “Lo kok nyebelin sih, K? Kan lo juga tuh yang bilang sama Tante Kinara, kalau Lea pernah bolos cuma demi ngobrol sama Kak Esa di rooftop?!”

“Ye, tapi kan elo Yan, yang nunjukin ke Tante Kinara fotonya Lea yang dipeluk sama Ken?!”

Mata Lea melebar mendengar pengakuan tak langsung kedua sahabatnya barusan.

Wait, what?!” jeritan Lea membungkam Kania pada detik pertama, gadis itu langsung meringis menyadari kesalahan mereka. “Kalian cerita apa aja sama Mami?!”

“Enggak! Sumpah nggak cerita apa-apa!” Bryan berkilah, dua jarinya teracung seolah sedang mengucap sumpah.

“Iya, nggak cerita apa-apa kok!” Kania mengangguk membenarkan. “Cuma cerita doang, kalau lo sebenernya udah naksir Kak Esa tapi gengsi, terus lo pernah di culik sama Ken, terus Ken pernah bawain bunga banyak banget, terus kita pernah di—hmp.” Kania tak dapat melanjutkan kalimatnya, karena mulutnya dibekap oleh Bryan, sementara pemuda itu tetap pada posisinya—mengacungkan dua jari sambil tersenyum lebar.

Lea memijat dahinya, lalu menghembuskan napas lelah. Percuma saja ia menahan diri, kedua sahabatnya ini punya mulut yang tidak mengenal kata rahasia. Lea masih ingin mengomel, tapi ia sudah tak punya banyak waktu. Akhirnya Lea menegakan tubuhnya, seraya merapihkan isi tasnya.

“Gue mau maafin kalian.”

“Serius?!” Bryan dan Kania memekik girang, tak percaya bisa semudah itu mendapatkan maaf Lea.

“Dengan syarat,” sebelum bangkit, Lea menyempatkan diri memajukan tubuhnya, membuat kedua sahabatnya melakukan hal yang sama. “Alihin perhatian Ken.”

“Hah?!” Kania dan Bryan berseru bersamaan.

“Gue ada urusan, dan gue yakin urusan gue bisa kacau kalau ada cowok satu itu, jadi kalian handle Kenandra.”

About ForeverWhere stories live. Discover now