19 | Sebuah Permohonan

52.2K 5.9K 658
                                    

"It never stops hurting, does it?"

"What?"

"Giving someone the best of you and watching them choose someone else?"

(Unknown)

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam ketika Lea merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Rambutnya yang basah ia biarkan terlilit handuk.

Mata Lea hampir terpejam ketika pintu diketuk, dari baliknya sosok Kinara Ilyas muncul dengan segelas mug di tangan kanan.

"Mami?" Lea sontak bangkit dari posisi tidurnya, sehingga haduk yang tadi melilit kepalanya jatuh ke atas kasur.

"Mami buatin susu buat kamu nih, diminum," Lea menerima mug dari Maminya, lalu menyesapnya perlahan. Manisnya cokelat terkecap di lidahnya, menimbulkan sensasi hangat di sekujur tubuhnya.

"Makasih Mami," ujar Lea sambil memeluk pinggang Maminya.

"Kamu pulang malam terus? Sibuk pacaran ya?" Kinara mengangkat sebelah alisnya, seraya mengambil tempat di samping Azalea. Matanya berkilat-kilat jahil.

"Pacaran apaan, pacar aja nggak punya," sahut Lea cuek. Ia menyesap kembali susunya. Susu cokelat selalu lebih manis daripada obrolan soal pacar.

"Loh, bukannya ada? Siapa tuh namanya?" Kinara mengetukan jari pada dagunya, pura-pura berpikir. Padahal, justru inilah yang menjadi tujuannya mendatangi kamar Lea malam ini. "Mahesa Januar?"

Lea nyaris tersedak susu yang ia minum, dalam sekejap rona merah menyebar di wajahnya.

"Apaan sih, Mami!" Lea berseru, namun wajahnya jelas malu-malu.

"Ih, Mami serius tahu!" Kinara tergelak kecil. "Ajak dong Esanya ke sini, Mami kan mau kenalan."

Saat mengajukan permintaannya jantung Kinara berdegup kencang, namun dengan lihai ia menyembunyikan kegugupannya. Mendengar permintaan Maminya, senyum Lea yang semula terkembang lebar, perlahan mulai meredup. Gadis itu menghela napas pelan. Ada keputus-asaan dalam hembusannya.

"Kak Esa hilang Mi," tukas Lea pelan. Jelas sekali dapat Kinara lihat ada rindu di mata Lea.

"Hilang?" ada sekat dalam suara Kinara. "Hilang gimana maksudnya? Hilang beneran? Diculik atau apa?"

Lea menggelengkan kepala, sebersit senyum terkembang di bibirnya mendengar pertanyaan konyol Maminya. Sayang Lea tak tahu, bahwa pertanyaan konyol barusan hanya cara Maminya untuk menyembunyikan kegugupan.

"Nggak gitu Mami," Lea tertawa kecil. "Kak Esa udah beberapa hari ini nggak bisa dihubungi, nggak ada yang tau dia kemana, tapi kata teman-temannya Kak Esa biasa ngilang begitu, satu-satunya jalan ya nanya sama kembarannya, tapi kembarannya itu nggak bisa kalau nggak bikin orang emosi."

Lea menekuk bibirnya. Sejujurnya, ia sangat khawatir dengan keadaan Esa, tapi ia tak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu pemuda itu membalas pesannya.

"Kenandra?" tanya Kinara Ilyas dengan suara begetar. Lea yang tak menyadari perubahan suara Maminya, menganggukkan kepala.

"Iya, siapa lagi manusia paling bikin emosi di dunia?"

"Kalau begitu ajak kembarannya aja."

"Ajak Ken gitu?" Lea jelas tak setuju.
Kinara menganggukan kepalanya antusias, wanita itu menggenggam tangan Lea. "Mami mau ketemu mereka Le, sekali aja, boleh ya?"

About ForeverWhere stories live. Discover now