Part 43

1.9K 318 78
                                    

Hari ini Kino sudah jauh lebih baik.

Pria itu sudah tidak lagi demam atau sakit kepala. Buktinya, ia sudah bisa menuruni tangga dengan sangat cepat.

Alasannya hanya satu, yaitu Hyebin.

Seingatnya, Kino sedang bersama dengan Hyebin semalam. Tapi entah itu hanya mimpi atau benar-benar terjadi, Kino tak bisa membedakannya.

"Apa Hyebin ada disini?" tanya Kino kepada Arin yang baru saja ingin melangkahkan kakinya ke luar rumah.

"Kenapa menanyakannya padaku?" sinis Arin.

"Jawab, iya atau tidak!"

Arin mendengus. Ia menarik kepala Kino dan memutarnya ke lain arah. "Apa cinta sudah membutakan matamu, Oppa? Menurutmu siapa itu?"

Kino mengikuti arah pandang yang ditunjukkan oleh Arin dan tersenyum lega setelahnya. Beruntunglah ia sedang tidak bermimpi. Hyebin bersamanya semalam dan perempuan itu masih tetap berada dirumahnya pagi ini.

Arin mendengus lagi. Mungkin ini pertama kalinya ia melihat kakaknya seberlebihan ini kepada seorang perempuan. Tapi tak apalah, sejauh perempuan itu adalah Hyebin, Arin tidak terlalu mempermasalahkannya.

Arin menjitak kepala Kino pelan. "Lebih baik aku pergi daripada harus melihat drama kalian. Hubungi aku jika terjadi sesuatu, Oppa." ucap Arin yang tidak dipedulikan oleh Kino sama sekali.

Kino melangkahkan kakinya mendekat ke arah Hyebin yang sedang sibuk memasak di dapur.

Hyebin yang tidak menyadari kedatangan Kino, dibuat terkejut karena pria itu tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Kino.. Lepaskan. Kau tidak lihat aku sedang memasak? Apa kau mau memakan makanan gosong?"

Bukannya menjawab, Kino justru semakin mengeratkan pelukannya dan bersusah payah agar Hyebin tidak mendengar tangisannya.

"Lepaskan, Kino.." ulang Hyebin.

Kino menjulurkan tangannya untuk mematikan kompor yang berada di depan Hyebin dan langsung membalik tubuh perempuan itu untuk memeluknya kembali.

"Kupikir aku sedang bermimpi dan kau tidak ada disini." ujar Kino pelan.

"Hey.. Kau menangis?"

Jika di dengar dari suara Kino yang sedikit memberat, tentu saja Kino sedang menangis. Hyebin tahu itu.

Hyebin melingkarkan tangannya pada pinggang Kino. Membalas pelukan pria itu dan mengusap punggungnya pelan.

"Bukankah kau memintaku mengembalikan waktumu? Aku disini untuk bersamamu, Kino-ya.."

"Kau serius?"

Kino melepaskan pelukannya dan beralih menatap Hyebin. Iya, Kino berharap Hyebin bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Melihat Hyebin yang menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis, membuat Kino bernafas lega. Setidaknya, ia akan bersama dengan Hyebin hari ini. Kino sangat senang.

"Aigoo.. Lihat, bayi besar siapa ini?" goda Hyebin sambil menghapus air mata Kino.

Kino yang digoda oleh Hyebin seperti itu malah mengerucutkan bibirnya dan kembali memeluk Hyebin. "Akan aku adukan kau pada Ibuku!"

"Sebelum mengadu pada Ibumu, lebih baik kau sudahi acara berpelukan ini. Aku harus kembali memasak, Kino.."

"Kita pesan makanan saja agar aku bisa terus memelukmu."

"Begitu ya? Sayang sekali, seseorang yang sedang aku manjakan hari ini tidak menginginkan makanan buatanku."

Mendengar Hyebin berbicara dengan nada sedih, membuat Kino langsung melepaskan pelukannya. "Tidak, tidak. Aku sangat menginginkan makanan buatanmu, sayang."

Violet [Kang Kino]Where stories live. Discover now